Mengapresiasi Trent-Alexander Arnold, si Penopang Kemenangan Liverpool

8 Mei 2019 9:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Trent Alexander-Arnold jadi penentu kemenangan di laga vs Barcelona. Foto: Reuters/Carl Recine
zoom-in-whitePerbesar
Trent Alexander-Arnold jadi penentu kemenangan di laga vs Barcelona. Foto: Reuters/Carl Recine
ADVERTISEMENT
Di sudut lapangan Anfield, remaja 20 tahun menghitung-hitung kemungkinan sebelum melepaskan pandangan ke area pertahanan lawan sebelum menarik napas panjang dan mengeksekusi sepak pojok.
ADVERTISEMENT
Yang dipindainya bukan hanya berapa orang pemain Barcelona yang ditumpuk di area tersebut. Yang diawasinya bukan cuma Lionel Messi yang termasyhur itu. Yang ia pelajari dalam sepersekian menit itu adalah kecenderungan para pemain lawan saat mengantisipasi sepak pojok di sepanjang laga.
Sepasang mata yang awas itu ibarat scanner yang memvalidasi prediksinya soal kecenderungan penggawa Barcelona yang tak awas mengatasi crossing rendah. Maka, beraksilah ia--bukan dengan umpan lambung, bukan pula sepakan mendatar.
Manuvernya memang diawali dengan gestur seperti hendak melepaskan umpan mendatar. Alih-alih demikian, ia justru melepaskan umpan silang, tapi rendah, hingga tengah kotak penalti yang disambar oleh Divock Origi.
Tak ada penjagaan berarti di sana. Dari sekian banyak pemain, hanya Gerard Pique yang menerka. Tapi, Pique pun sudah terlambat mengantisipasi. Lantas, itu menjadi gol keempat untuk Liverpool, keunggulan agregat 4-3 untuk 'The Reds'.
ADVERTISEMENT
Alexander-Arnold tak mencetak satu gol pun di laga ini. Tapi, gol tidak menjadi satu-satunya cara untuk menahbiskan seorang pemain sebagai pahlawan.
Berhitung mundur, Klopp memutuskan untuk tak memainkan Alexander-Arnold di leg pertama. Sang juru taktik asal Jerman mewaspadai kecenderungannya yang naik membantu serangan.
Membangun serangan dari area belakang bukan perkara haram bagi Klopp. Namun, yang dilawannya adalah Barcelona yang juga andal membangun serangan dengan memanfaatkan agresivitas bek sayap.
Keasyikan menyerang bukannya tak mungkin membuat lini pertahanan Liverpool lumpuh. Berangkat dari situ, Joe Gomez menjadi pilihan--meski semua tahu seperti apa jadinya di laga tersebut.
Di laga tadi, Alexander-Arnold lebih banyak menghabiskan waktunya di area opposition's half. Itu berarti, menyerang memang menjadi fokus primer Alexander-Arnold.
ADVERTISEMENT
Kegigihannya menjalankan peran bek modern terlihat dari catatan umpannya. Pemain asal Inggris ini menjadi pemain Liverpool yang paling banyak menciptakan umpan di Liga Champions dan Premier League.
Pemain Liverpool menyapa suporter. Foto: Reuters/Carl Recine
Idealnya, Mohamed Salah yang bertugas sebagai penyerang kanan. Sebagai penyerang, Salah cenderung menggunakan dribel untuk mempertahankan possesion atau berlari melampaui penyerang tengah.
Berkaitan dengan gaya permainan Salah yang seperti ini, tanggung jawab ofensif ada di pundak Alexander-Arnold. Ketenangan dan keberanian yang didasari oleh perhitungan matang menjadikan Alexander-Arnold sebagai salah satu penyuplai umpan utama.
Nah, perkara mengumpan, Alexander-Arnold punya dua tugas. Pertama, melepaskan umpan-umpan pendek untuk mempertahankan possession. Kedua, melepaskan umpan ke depan untuk menggebrak pertahanan lawan.
Namun, Alexander-Arnold tidak asal memegang bola, mengoper bola ke sana ke mari tanpa visi yang jelas sehingga jadi mubazir. Catatan statistik yang dirangkum Squawka memberikan gambaran seperti apa kualitas umpan Alexander-Arnold.
ADVERTISEMENT
Penggawa The Three Lions ini sudah berhasil membukukan 14 assist di Premier League dan Liga Champions untuk Liverpool. Torehan ini mengantarkannya sebagai pencipta assist terbanyak untuk The Reds.
Bila dibedah, ada tiga assist yang dibuatnya di Liga Champions. Dua di antaranya bahkan muncul di laga ini. Umpan tariknya berubah menjadi assist begitu disambar Geoginio Wijnaldum di tengah kotak. Assist kedua tentu yang berasal dari sepak pojok tadi. Catatan itu dipermanis dengan 66 umpan silang dan 21 chances.
Pertanyaannya, apakah kualitas bertahannya buruk? Tidak. Namun, Alexander-Arnold bukan tipe bek yang melakukan aksi defensif dengan tekel. Di laga ini saja, ia tak mencatatkan satu upaya tekel pun.
Walau demikian, bukan berarti Alexander-Arnold tak berkontribusi dalam menggalang pertahanan. Bersama Pique, ia menjadi pemain dari kedua tim yang paling rajin menciptakan intersep--dengan masing-masing empat intersep.
ADVERTISEMENT
Alexander-Arnold sudah membuat 18 intersep di Liga Champions, terbanyak di antara pemain Liverpool lainnya. Sebagai catatan, banyaknya statistik intersep biasanya menandakan pemain tersebut memiliki penempatan posisi yang bagus.
Tapi, tugas defensif tak cuma dilakukannya dengan intersep. Sistem gegenpressing rancangan Klopp membentuk organisasi pertahanan untuk merebut bola secara cepat. Satu pemain akan langsung menekan pembawa bola secara agresif, sementara rekan satu timnya mendukung dan memotong semua opsi umpan jarak pendek.
Kegembiraan pemain Liverpool usai menang dari Barcelona. Foto: REUTERS/Phil Noble
Ketika lawan berusaha bermain dari belakang, para pemain Liverpool akan sangat menekan saat bola berada di half-spaces. Tujuannya seperti ini: lawan dipaksa untuk bermain melebar ke area tempat bek sayap menekan secara agresif--termasuk Alexander Arnold. Harapannya, bola tersebut akan diluncurkan ke area tempat bek tengah ataupun kiper beroperasi.
ADVERTISEMENT
Kapasitas Alexander-Arnold menjalankan peran kompleks ini tak pelak melahirkan puja-puji dari Klopp. Si genius, julukan itu yang disematkan Klopp kepadanya.
"Kita semua tahu bahwa kamu membutuhkan keberuntungan di situasi rumit seperti momennya Trent Alexander-Arnold. Saya melihat bola sudah masuk ke gawang dan tidak paham bagaimana caranya ia melakukan sepak pojok tadi. Semuanya terjadi dalam waktu begitu cepat. Ya Tuhan, dia benar-benar genius," jelas Klopp.
Tinggal satu langkah lagi Liverpool akan menjadi raja Eropa. Hanya, partai final Liga Champions tak selalu melahirkan kejutan menyenangkan. Toh, kekalahan di partai puncak yang begitu memuakkan dialami Liverpool musim lalu.
Lantas yang mesti dipastikan oleh Alexander-Arnold adalah agar kualitasnya itu dapat membantu mengantar Liverpool ke takhta juara. Bagaimanapun, tempat para pemain membuktikan kualitas adalah lapangan hijau, bukannya di atas lembaran kertas semata.
ADVERTISEMENT