Menilik Pendamping Serasi untuk Virgil van Dijk

28 Desember 2017 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Van Dijk saat masih berseragam Southampton. (Foto: Reuters/Lee Smith)
zoom-in-whitePerbesar
Van Dijk saat masih berseragam Southampton. (Foto: Reuters/Lee Smith)
ADVERTISEMENT
Liverpool bergerak cepat untuk mendaratkan pemain buruannya. Kamis (28/12/2017) dini hari WIB, mereka resmi mendapatkan tanda tangan bek Southampton, Virgil van Dijk, untuk bergabung pada bursa transfer musim dingin.
ADVERTISEMENT
Kedatangan Van Dijk menjadi akhir yang indah bagi pencarian Liverpool untuk seorang bek tengah. Bagaimana tidak, Van Dijk telah menjadi incaran Liverpool sejak musim panas lalu dan juga dikabarkan telah menjalin kesepakatan lisan.
Pada akhirnya, semua pendekatan Liverpool mentok. Southampton, sebagai kesebelasan yang memiliki Van Dijk secara sah, menolak melepaskannya. Malangnya, Liverpool malah dilaporkan oleh The Saints ke FA karena melakukan pendekatan pemain secara ilegal.
Pilihan Southampton untuk menahan Van Dijk ternyata tidak menguntungkan. Selain ia kerap malas-malasan saat di tempat latihan, ia juga beberapa kali absen karena mengalami beragam cedera.
Tak tahan dengan ketidakberuntungan kala mempertahankan Van Dijk, Southampton rapuh juga. Lewat biaya sekitar 75 juta poundsterling (sekitar Rp 1,3 triliun), Van Dijk akhirnya menjadikan Liverpool sebagai pelabuhan karier berikutnya.
ADVERTISEMENT
***
Secara pengalaman, kedatangan Virgil van Dijk ke Liverpool memang tak seberapa menguntungkan. Di Premier League, ia punya pengalaman lebih sedikit ketimbang Dejan Lovren. Sementara di level Eropa, Joel Matip jauh lebih unggul.
Masalahnya, untuk mengukur sejauh mana kompetensi Van Dijk, pengalaman bermain semata tak bisa menjadi patokan. Pasalnya, secara teknik dan mental ketika berada di lapangan, ia memiliki banyak hal yang bisa jadi jauh lebih apik ketimbang dua pemain tersebut.
Secara teknik, dibanding bek Liverpool yang lain, Van Dijk memiliki dua keunggulan. Di antaranya adalah kemampuan mengalirkan bola dari belakang dan mencuri bola dari pemain lawan.
Sepanjang musim ini, Van Dijk melepaskan rata-rata 39,08 umpan ke daerah permainan lawan. Dari jumlah tersebut, 86% di antaranya mengenai sasaran dan 0,25 di antaranya menjadi umpan kunci.
ADVERTISEMENT
Selain mengalirkan bola dari lini belakang, Van Dijk juga piawai saat melakukan perebutan bola dari pemain lawan. Sepanjang musim ini, ia membukukan rata-rata 2,42 intersep, 0,42 take on, dan 4,92 kemenangan duel udara.
Dua kelebihan di atas membuat keberadaan Van Dijk di lapangan memberikan banyak keuntungan. Ia tak hanya bisa menjadi palang bagi lawan untuk menembus lini belakang Liverpool, tapi juga memberi variasi untuk serangan The Reds.
Meski demikian, Van Dijk selayaknya manusia yang lain. Pada beberapa hal, ia memiliki statistik yang tak cukup memuaskan, seperti keberhasilan tekel, pelanggaran, hingga kesalahan individual.
***
Dengan harga semahal itu, membangkucadangkan Van Dijk bisa jadi seperti bentuk penghamburan uang. Harganya yang begitu mahal membuatnya pasti selalu menjadi pilihan pertama di lini belakang.
ADVERTISEMENT
Nah, jika Van Dijk dipastikan mengisi satu tempat di posisi bek tengah, maka muncul pertanyaan: siapa yang bakal menjadi tandemnya?
Melihat statistik bertahan, Joel Matip menjadi nama yang paling pantas untuk menemani Van Dijk di posisi bek tengah. Jika Van Dijk begitu agresif ketika memotong pergerakan dan mencuri bola dari lawan, Matip begitu sabar.
Matip tak segan untuk menunggu lawan bergerak ke ruang yang sempit, untuk kemudian menutupnya. Matip juga tak segan untuk bergerak ke arah yang membuatnya memiliki potensi lebih mudah untuk merebut bola.
Dengan gaya bermain tersebut, Matip memiliki catatan defensif yang jauh lebih rendah dibanding milik Van Dijk. Satu-satunya kelebihan Matip dibanding Van Dijk adalah ia tak pernah melakukan kesalahan yang merugikan lini belakang Liverpool.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, bagi Juergen Klopp, tugas bek tengah bukan hanya soal bertahan. Klopp juga menginginkan bek tengah yang agresif dan memiliki kemampuan menyerang yang tak kalah bagus ketimbang seorang penyerang.
Jika hal tersebut masuk sebagai faktor pemilihan bek tengah Liverpool, bukan Matip yang layak untuk menjadi pasangan Van Dijk, tapi Dejan Lovren.
Lovren lebih agresif daripada Matip. Ia juga lebih berani ketimbang eks-pemain Schalke 04 tersebut. Secara statistik, jelas, ia memiliki catatan bertahan yang tak jauh berbeda ketimbang Van Dijk.
Rasio keberhasilan umpan Lovren dalam satu laganya mencapai 88%. Dalam satu pertandingannya, ia rata-rata membukukan 3,6 kemenangan duel udara, 4,87 sapuan, 0,33 blok, dan 1,33 intersep.
Keuntungan lain yang didapatkan jika memainkan Lovren sebagai tandem Van Dijk adalah kaki dominan pemain asal Kroasia tersebut. Jika Van Dijk dominan menggunakan kaki kanan, maka Lovren piawai menggunakan kaki kiri.
ADVERTISEMENT