Menjejak Lima Piala Dunia seperti Lothar Matthaeus

6 Juni 2018 23:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Matthaeus coba merebut bola dari pemain Prancis. (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Matthaeus coba merebut bola dari pemain Prancis. (Foto: AFP)
ADVERTISEMENT
Jerman tak pernah habis melahirkan legenda. Dari sekian nama, ada Lothar Matthaeus termasuk salah satunya.
ADVERTISEMENT
Pada 2014 lalu, Guinness World Records memberi Matthaeus sebuah sertifikat: pemain dengan jumlah caps paling banyak di Piala Dunia dengan total 25 pertandingan dari lima Piala Dunia berbeda.
“Saya tak menduga bisa menerima penghargaan ini. Penghargaan ini seakan mengingatkan saya atas kejadian di masa lalu saat saya memimpin Jerman menjuarai Piala Dunia 1990,” kata Matthaeus seperti dikutip dari situsweb Guinness World Records.
Piala Dunia 1990 di Italia menjadi satu-satunya gelar dunia yang diraih oleh Matthaeus. Selain Piala Dunia 1990, ia juga berpartisipasi di Piala Dunia Spanyol 1982, Meksiko 1986, Amerika Serikat 1994, dan Prancis 1998.
Matthaeus lahir di Erlangen, Bavaria. Meski terletak di salah satu provinsi terbesar, Erlangen bukan kota yang ramai. Masih banyak hutan di tengah-tengah pabrik yang mulai menjamur di beberapa sudut kota.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil Matthaeus mencintai sepak bola. Tahu demikian, ayahnya, Heinz, lantas berinisiatif untuk memasukkannya ke sebuah tim sepak bola. Sialnya, tak ada kesebelasan usia remaja yang dianggap Heinz representatif di Erlangen.
Matthaeus kemudian dimasukkan ke kesebelasan di wilayah tetangga, 1. FC Herzogenaurach. Dua tahun di sana, potensinya terlihat. Dalam beberapa turnamen untuk anak-anak di Bavaria, ia berhasil membawa Herzogenaurach menjadi juara.
“Matthaeus begitu dihormati di Herzogenaurach. Semua anak seusianya selalu berpikir untuk menjadi seperti dirinya. Tak salah memang, karena ia bisa bertahan dan menyerang dengan sama baiknya,” kata bekas rekan setim Matthaeus di Herzogenaurach, Fred Peter.
“Saya selalu memperhatikan kemampuan Matthaeus sejak pertama melihatnya. Kami memang jadi kompetitor untuk masuk tim utama, tapi di sisi lain, saya selalu menganggapnya sebagai idola,” imbuh Peter.
ADVERTISEMENT
Karier profesional Matthaeus dimulai sejak ia memperkuat Borussia Moenchengladbach di 1979. Meski demikian, karena merasa tak berkembang, ia memutuskan untuk hijrah ke kesebelasan terkuat di Jerman, Bayern Muenchen, di musim panas 1984.
Matthaeus coba merebut bola dari pemain Prancis. (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Matthaeus coba merebut bola dari pemain Prancis. (Foto: AFP)
Keputusan tersebut tak disesali oleh Matthaeus. Di Muenchen, ia meraih tiga gelar Bundesliga (1984/85, 1985/86, dan 1986/87), satu gelar DFB Pokal (1985/86), dan satu gelar DFB Supercup (1986/87).
Sukses di Muenchen membuat Matthaeus memutuskan untuk hijrah ke Italia, tepatnya ke Inter Milan. Empat musim di Inter, ia berhasil membawa Nerazzurri menggondol satu gelar Serie A, satu gelar Supercoppa Italiana, dan satu gelar Piala UEFA.
Secara karakteristik, Matthaeus dikenal sebagai gelandang box-to-box yang punya kemampuan lengkap. Posturnya yang tak menjulang tak membuatnya kalah saat melakoni duel udara. Pun demikian dengan posisi bermain yang tak membuatnya kesulitan saat mengkreasi serangan.
ADVERTISEMENT
Torehan gelar Matthaeus di level klub memang istimewa. Namun, ia akan selalu diingat lewat peran kala berseragam Tim Nasional Jerman.
Matthaeus memulai karier bersama Jerman Barat U-21 pada 1979. Meski gagal membawa Jerman Barat berprestasi, penampilannya selama memperkuat tim junior membuatnya dipanggil tim senior.
Perjalanan karier Matthaeus di tim senior Jerman Barat dimulai saat ia diikutsertakan pada Piala Eropa 1980. Debutnya ditandai dengan penampilan pada laga melawan Belanda, saat ia dimasukkan oleh pelatih Jupp Derwall untuk menggantikan Bernhard Dietz di babak kedua.
Matthaeus merebut bola dari pemain Meksiko. (Foto: Omar Torres/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Matthaeus merebut bola dari pemain Meksiko. (Foto: Omar Torres/AFP)
Berikutnya adalah sejarah.
Laga demi laga yang dilakoni oleh Jerman di era 1980-an hingga 1990-an selalu diikuti oleh Matthaeus. Empat pelatih yang pernah menangani Jerman di era tersebut tak pernah alpa untuk mendaftarkannya di turnamen besar, termasuk Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
Debut Matthaeus di Piala Dunia dimulai dari Piala Dunia 1982 yang digelar di Spanyol. Laga perdananya di Piala Dunia dimulai dari pertandingan kedua menghadapi Cile. Ia masuk pada menit ke-61 menggantikan gelandang kunci, Paul Breitner.
Dari laga tersebut, Matthaeus terus diberi kesempatan untuk tampil pada mayoritas pertandingan. Meski hanya menjadi cadangan Breitner di posisi gelandang tengah, kompletnya skill Matthaeus membuatnya terus diberi kesempatan.
Matthaeus mulai tampil rutin sebagai starter di Piala Dunia sejak Piala Dunia 1986. Tujuh pertandingan yang dilakoni oleh Jerman selalu ditandai oleh keberadaannya. Sayang, penampilan apiknya berakhir tragis karena gagal membawa Die Mannschaft juara usai kalah 2-3 di final dari Argentina.
Peran mayor kembali didapatkan oleh Matthaeus saat tampil di Piala Dunia 1990. Menjabat sebagai kapten dan pemimpin di lini tengah, ia mencetak total empat gol dan membawa Jerman menjuarai Piala Dunia untuk ketiga kalinya.
ADVERTISEMENT
Matthaeus mendapatkan peran berbeda saat Jerman tampil di Piala Dunia 1994. Di usia yang mulai memasuki 33 tahun, ia diberi tugas untuk tampil sebagai seorang bek tengah. Sayang, aksinya di Piala Dunia kali ini berakhir setelah dikalahkan oleh Bulgaria.
Matthaeus tak masuk dalam skuat awal yang dipersiapkan oleh Berti Vogts untuk Piala Dunia 1998. Bencana dialami oleh Jerman menjelang turnamen dimulai. Cedera yang dialami oleh Matthias Sammer membuatnya kembali mendapatkan panggilan.
Setelah hanya menjadi cadangan di laga perdana, Matthaeus diturunkan dalam pertandingan kedua saat menghadapi Yugoslavia. Penampilannya dalam laga tersebut membuatnya menjadi pemain kedua yang tampil di lima Piala Dunia berbeda, setelah Antonio Carbajal.
Pertandingan perempat final Piala Dunia 1998 menghadapi Kroasia menjadi laga terakhir Matthaeus di Piala Dunia. Penutup karier Matthaeus di Piala Dunia tak berakhir manis usai Jerman kalah dari Kroasia 0-3.
ADVERTISEMENT
“Piala Dunia 1998 menjadi turnamen terakhir saya di level internasional,” kata Matthaeus. ”Menyenangkan rasanya bisa bermain dalam 122 pertandingan di level internasional (25 di Piala Dunia). Sayang, laga terakhir saya di Piala Dunia berakhir menyedihkan.”