Meresapi Sentuhan Sandi Sute

16 Maret 2018 16:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gelandang Persija, Sandi Sute. (Foto: Dok. Persija)
zoom-in-whitePerbesar
Gelandang Persija, Sandi Sute. (Foto: Dok. Persija)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sentuhan kecil Sandi Sute pada menit ke-74 laga kedua Grup H AFC Cup, Rabu (28/2/2018), menjadi titik balik kebangkitan Persija Jakarta untuk memperpanjang napas di kompetisi Asia. Sentuhan kecil itu membuat semua tampak indah bagi 'Macan Kemayoran'.
ADVERTISEMENT
Waktu normal tersisa 16 menit. Semua masih bisa terjadi. Persija, yang unggul 2-0 atas Tampines Rovers, harus bermain dengan 10 pemain setelah Jaimerson Xavier mengemas kartu kuning kedua. Angin berembus ke kubu Tampines. Hasrat mencuri poin tandang di Stadion Utama Gelora Bung Karno membuncah.
Hasrat itu sirna seketika karena gol ketiga Marko Simic yang seakan menyudahi semua perjuangan Tampines untuk mengejar ketinggalan. Kejelian Ramdani Lestaluhu melihat lubang di pertahanan Tampines patut diacungi jempol. Ia berhasil mengalirkan bola di antara dua pemain belakang hingga bermuara ke kaki kanan Simic.
Tanpa pikir panjang, Simic berlari dan terus berusaha menjaga bola agar selalu dekat dengan kakiknya. Langkah panjang membuat Simic dengan cepat memasuki kotak penalti. Saat striker Kroasia itu berhadapan dengan kiper, boom! Bola meluncur kencang ke dalam gawang yang mengubah papan skor menjadi 3-0.
ADVERTISEMENT
Gol tersebut tentu bukan gol penting seperti lesakan Mario Goetze ke gawang Argentina di final Piala Dunia 2014 atau lesakan Ole Gunnar Solskjaer yang mengantarkan Manchester United menjuarai Liga Champions 1998/99. Setidaknya, gol tersebut menjadi pemantik skuat asuhan Stefano Cugurra untuk terus bersaing di AFC Cup dan mengawali langkah Persija di jalur yang tepat untuk terus berpendar di kompetisi level Asia.
Gelandang Persija, Sandi Sute (kiri). (Foto: Dok. Persija)
zoom-in-whitePerbesar
Gelandang Persija, Sandi Sute (kiri). (Foto: Dok. Persija)
Tentu saja, Simic berhak mendapat sanjungan lewat dribel dan sepakan yang ciamik. Begitu pula dengan Ramdani yang benar-benar jeli melihat ruang di barisan bertahan lawan. Namun, jangan lupakan nama Sandi Sute.
Lewat sentuhan kecil di sepertiga pertahanan sendiri, Sandi dapat menghentikan serangan lawan dan menginisiasi serangan balik Persija. Agresifnya pemain Tampines berhasil diredam dengan satu sentuhan saja. Jarak antarpemain Tampines terlalu jauh sehingga tak dapat menutup lubang-lubang yang telah ditinggalkan.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemain yang jarang terlihat dan tak pernah menampilkan permainan indah, Sandi sebenarnya memiliki peran penting di dalam sistem permainan Persija. Hal tersebut dituturkan langsung oleh Teco --sapaan akrab Stefano.
Jika Sandi gagal menuntaskan tugasnya, sistem permainan Persija bisa tak akan berjalan. Peran Sandi begitu besar, tetapi namanya selalu bersembunyi di balik kebesaran Simic dan Addison, yang dianggap sebagai pahlawan kemenangan Persija atas Song Lam Nghe An (SLNA), Rabu (14/3).
Bermain di kompetisi Asia, Teco gemar menerapkan skema dasar 4-3-3. Hanya di laga perdana saja, Teco mencoba formasi 4-4-2 saat melawan Johor Darul Takzim (JDT). Apa yang dilakukan Teco tak lepas dari keputusannya menurunkan skuat lapis kedua.
ADVERTISEMENT
Pada laga tersebut, Sandi berdiri sejajar dengan Asri Akbar dan bertugas mengadang serangan lawan, mengatur tempo, serta mengalirkan bola ke lini depan. Tugas tersebut tak berjalan sesuai instruksi. Kedua pemain tampak kesulitan karena kualitas lini tengah JDT memang unggul.
Sepanjang 90 menit pertandingan, Asri lebih banyak bermain di lini pertahanan sendiri. Sementara Sandi lebih sibuk memegang bola dan mengirimnya ke lini depan. Tercatat ada 23 umpan dan 4 tekel sukses dari Sandi.
Akibat menyimpan pemain inti, skema serangan Persija di sisi sayap tak berjalan dengan sempurna. Singkatnya, ada perbedaan kualitas antara sayap kanan dan sayap kiri. Oleh karenanya, Sandi hanya mengarahkan serangan ke satu sisi saja.
Apa yang dilakukan Sandi berujung kegagalan. Kegagalan Sandi saat itu menjadi kegagalan juga bagi Persija. Pada laga itu, Persija takluk 0-3.
ADVERTISEMENT
Di laga kedua melawan Tampines Rovers, Sandi kembali mengusung peran ganda. Kendati memainkan Rohit dan Ramdani, Teco tampaknya tetap mempercayai Sandi untuk menginisiasi serangan lewat umpan-umpan pendek di tengah lapangan dan menyodorkan operan daerah ke sisi sayap.
Ini dapat dilihat dari catatan umpan berhasil Sandi yang mencapai 70 kali, kebanyakan mengarah ke dua sisi lapangan. Adapun, Rohit cuma mengemas 39 operan sukses (dominan ke sayap kiri) dan Ramdani 45 umpan (dominan ke sayap kanan).
Selain kesuksesan sebagai distributor bola, Sandi pun mampu membaca permainan Tampines Rovers dengan baik. Terbukti, gol ketiga Persija pada laga ini bermula dari sentuhan kecil Sandi untuk mengubah aliran bola dan melakukan serangan balik yang brilian.
ADVERTISEMENT
Sandi Sute (Gelandang Persija Jakarta) (Foto: Dok. Media Persija)
zoom-in-whitePerbesar
Sandi Sute (Gelandang Persija Jakarta) (Foto: Dok. Media Persija)
Keberhasilan Sandi mengemban dua peran sekaligus melahirkan kepercayaan dari Teco. Pada laga-laga selanjutnya di kompetisi Asia, Teco terus memberikan dua tugas kepada Sandi: mengalirkan bola dan mengomandoi lini tengah.
Harus diakui pula, Rohit dan Ramdani tak bermain jelek. Mereka mendapatkan peran baru: membuka ruang di lini pertahanan lawan bermodalkan daya jelajahnya. Kehadiran kedua pemain ini bisa membuat Sandi nyaman untuk mengirimkan umpan.
Akan tetapi, pada laga ketiga melawan SLNA, Rohit dan Ramdani tak dapat berbuat banyak. Penjagaan zona yang diterapkan SLNA sanggup mematikan pergerakan kedua pemain.
Alhasil, Sandi harus bekerja lebih keras. Ia terus bergerak menjemput bola ke lini belakang. Membawa bola sedikit demi sedikit ke garis tengah lapangan dan mengumpan bola. Pada laga tersebut, Sandi benar-benar menjadi nyawa Persija.
ADVERTISEMENT
Kondisi yang sama terjadi di laga keempat. Yang menjadi perbedaan dalam laga ini ialah gol Addison Alves pada penghujung pertandingan. Pemain asal Brasil itu berhasil menjadi pahlawan kemenangan. Seperti biasa, nama Sandi tak terdengar karena gaung pencetak gol.
Padahal, Sandi berhasil menuntaskan dua tugasnya dengan baik. Dalam laga yang dilangsungkan di Stadion Utama Gelora Bung Karno itu, Sandi mencatatkan 40 umpan sukses, 2 intersep dan 3 tekel. Perlu digarisbawahi, umpan yang dilakukan Sandi dominan diarahkan ke lini depan, ke daerah di mana Persija membangun serangan.
Sekilas, Sandi mirip dengan Sergio Busquest, bukan menyoal kualitas, melainkan keadaan. Busquets mengemban lakon penting dalam distribusi bola. Di La Liga, dia mencatatkan 1.571 umpan sukses, yang 68,4 persen di antaranya mengarah ke depan, atau hanya kalah dari Ivan Raktic di skuat Barcelona. Namun, seperti Sandi yang tidak terdengar karena pembicaraan tentang Simic, Busquets juga selalu tertutupi oleh Lionel Messi.
ADVERTISEMENT