Michel Platini Ditangkap Terkait Dugaan Korupsi Piala Dunia 2022

18 Juni 2019 17:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Michel Platini saat masih menjabat sebagai Presiden UEFA. Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis
zoom-in-whitePerbesar
Michel Platini saat masih menjabat sebagai Presiden UEFA. Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis
ADVERTISEMENT
Michel Platini kembali berurusan dengan hukum. Mantan Presiden UEFA itu ditangkap oleh kepolisian Prancis terkait dugaan korupsi karena meloloskan Qatar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
ADVERTISEMENT
Dari laporan beberapa media seperti Sky Sports dan Reuters, Platini ditangkap pada Selasa (18/6/2019) pagi waktu setempat, di Nanterre, sebuah kawasan di barat kota Paris. Sementara Independent menyebut Platini sudah dibawa ke Kantor Anti Korupsi Kepolisian Yudisial (OCLC OFF) untuk diinterogasi.
Ini bukan kali pertama Platini terlibat kasus korupsi. Pada Desember 2015, pria berusia 63 tahun tersebut dijatuhi hukuman larangan beraktivitas di dunia sepak bola selama enam tahun oleh Komite Etik FIFA.
Ia dinyatakan bersalah karena mendapat bayaran ilegal sebesar 1,35 juta poundsterling dari mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter, pada 2011.
Legenda Timnas Prancis itu kemudian mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), tetapi cuma mendapat pengurangan masa hukuman menjadi empat tahun. Lantaran kondisi itu, Platini akhirnya mengundurkan diri sebagai Presiden UEFA pada Mei 2016.
ADVERTISEMENT
Michel Platini mantan Presiden UEFA. Foto: REUTERS/Ruben Sprich
Sementara terkait dugaan teranyar ini, Platini dilaporkan melakukan beberapa pertemuan rahasia dengan pejabat Qatar dan Federasi Sepak Bola Asia (AFC) pada 2010 untuk memuluskan langkah Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Dari investigasi The Telegraph, Platini disebut melakukan pertemuan dengan mantan presiden AFC, Mohamed Bin Hammam, dan mantan Perdana Menteri Qatar, Tamim bin Hamad al-Thani. Qatar pada akhirnya terpilih setelah mengalahkan kandidat lainnya, yakni Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan, dan Jepang.
Penangkapan Platini memperpanjang daftar kontroversi dan masalah dalam persiapan penyelenggaran Piala Dunia 2022. Salah satunya soal kasus keselamatan dan kesejahteraan pekerja. The Guardian sempat melaporkan bahwa persiapan dan pembangunan sejumlah infrastruktur untuk Piala Dunia 2022 memakan 1.500 korban jiwa dari 2015 sampai 2018.
ADVERTISEMENT
Selain peralatan kerja yang tak memenuhi standar, waktu kerja berlebihan menjadi musabab lain. Al Arabiya mewartakan, sebuah badan pengawas menemukan fakta para pekerja harus bekerja sampai 72 jam per pekan. Selain itu, ada pula pekerja yang tak pernah libur dalam 148 hari.
Padahal, cuaca Qatar sangat ekstrem. Di siang hari, suhu udara bisa mencapai 47 derajat celcius. Amnesty Internasional pada 2013 lalu pernah melaporkan bahwa banyak dari pekerja yang tidak diperbolehkan minum saat sedang berada di situs pengerjaan proyek.
Pemerintah Qatar sendiri sebetulnya sudah kerap mendapat tekanan dari dunia internasional. Mereka kerap dianggap lalai dalam mengontrol perusahaan-perusahaan swasta yang terlibat dalam persiapan Piala Dunia 2022.
Adapun, proyek ini sendiri rencananya menghabiskan dana sampai 100 miliar dolar AS yang diperuntukan membangun sembilan stadion, satu bandar udara, satu jalan raya yang terhubung ke Bahrain, satu jaringan rel kereta, satu jaringan kereta bawah tanah, dan 29 hotel baru, yang kelar dalam tempo kurang dari 12 tahun.
ADVERTISEMENT