Milan Menang karena Bermain Solid, Bukan karena Piatek Seorang

30 Januari 2019 11:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses terciptanya gol kedua Kryzstof Piatek ketika melawan Napoli. (Foto: Dok. AC Milan)
zoom-in-whitePerbesar
Proses terciptanya gol kedua Kryzstof Piatek ketika melawan Napoli. (Foto: Dok. AC Milan)
ADVERTISEMENT
Hari yang menyenangkan untuk Milanisti di belahan Bumi mana pun akhirnya tiba. Bertanding di perempat final Coppa Italia 2019, AC Milan menang 2-0. Yang membikin girang bukan kepalang tentu karena lawan yang dikalahkan bukan tim kacangan. Yep, Napoli asuhan Carlo Ancelotti itu dibabat di San Siro pada Rabu (30/1/2019).
ADVERTISEMENT
Sepintas Milan tidak terlihat sebagai tim yang superior di laga ini. Di babak pertama saja, Napoli melepaskan delapan tembakan. Tapi, dari delapan upaya tadi cuma tiga yang tepat sasaran. Itu pun berhasil dimentahkan oleh Gianluigi Donnarumma sehingga selamatlah Milan dari kemasukan gol.
Milan yang cuma memenangi 41% penguasaan bola di babak pertama itu nyatanya bisa tampil lebih efektif. Laga baru berjalan 10 menit, Kryzstof Piatek sudah berhasil membawa Milan pada keunggulan pertama.
Ketika diserang, Milan merapatkan jarak antarlini tak jauh dari kotak penalti. Langkah ini membuat Napoli sangat jarang sampai ke kotak penalti lawan, utamanya karena tim berjuluk Partonepei itu sangat bergantung dengan Lorenzo Insigne dalam urusan menciptakan dan menyelesaikan peluang.
ADVERTISEMENT
Karena mengandalkan kerapatan ketika bertahan, Milan bertumpu betul pada serangan balik cepat melalui umpan lambung dalam upaya mencetak gol, termasuk gol perdana Piatek di laga ini. Prosesnya bermula dari umpan lambung yang dilancarkan Laxalt dari kotak penalti Milan. Kemudian, Piatek berhasil lepas dari jebakan offside yang dipasang lini belakang Napoli.
Dengan kecepatan tinggi, Piatek berhasil menerima umpan Diego Laxalt tak jauh dari kotak penalti. Setelahnya, penyerang berkebangsaan Polandia itu berhasil mencetak gol dalam skema satu lawan satu dengan kiper Alex Meret.
Gennaro Gattuso di laga Napoli vs AC Milan. (Foto: Alberto PIZZOLI / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Gennaro Gattuso di laga Napoli vs AC Milan. (Foto: Alberto PIZZOLI / AFP)
Gol kedua Milan tercipta dari umpan lambung yang dilepaskan oleh Lucas Paqueta yang dikejar oleh dua penggawa Napoli. Setelah menerima umpan lambung tadi, Piatek menggiring bola untuk melewati duet bek tengah Napoli, Kalidou Koulibaly dan Nikola Maksimovic, di kotak penalti lawan. Setelah itu, baru mantan penyerang Genoa itu melancarkan tembakan berujung gol.
ADVERTISEMENT
Barangkali tak ada yang segirang Gennaro Gatusso hari ini. Dalam wawancara usai laganya, Gatusso tak ragu untuk menyatakan kebanggaannya kepada tim. Permainan Milan hari ini ibarat oase di tengah-tengah periode gersang. Sebelum laga ini, Milan sudah bertanding dalam 11 laga sejak Desember 2018. Sialnya, dari 11 laga tersebut Milan cuma mampu mencetak gol di lima laga. Itu pun tak semuanya berujung pada kemenangan.
"Kami memainkan sepak bola yang luar biasa sebagai pembuka musim. Saya melihat kami mulai solid. Paqueta membawa kualitasnya di laga ini, (Sami) Castillejo memberikan kecepatannya. Seluruh tim berkembang. Yang saya pelajari di pertandingan ini, kami harus bermain solid dulu baru mencari cara untuk mencetak gol," jelas Gattuso, dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
"Piatek benar-benar mencetak gol kedua dengan cara yang rasanya tidak bisa dilakukan orang lain. Ia begitu mematikan ketika sampai di sepertiga akhir. Kami gembira ia ada di tim ini. Tapi, saya harus memberikan selamat kepada seluruh tim karena kami dapat bertanding dan bertahan sebagai sebuah unit, sebagai sebuah kesatuan. Setelahnya, baru Piatek dapat membuat perbedaan," ucap Gattuso.
Duel antara Albiol dan Bakayoko. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
zoom-in-whitePerbesar
Duel antara Albiol dan Bakayoko. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
Yang menjadi bintang di pertandingan ini bukan cuma Piatek, tapi juga Tiemoue Bakayoko. Pemain asal Prancis ini memang tidak mencetak gol, tapi Milan akan kehilangan keseimbangan tanpa kehadirannya.
Tak sebatas sering memberikan tekanan kepada lawan, Bakayoko juga acap bertindak sebagai penggagas agar Milan dapat memulai serangannya dari area belakang. Ia tak cuma memiliki koneksi yang baik dengan dua rekannya yang berperan sebagai gelandang, tapi juga dapat menggalang kerja sama yang solid dengan bek tengah dan kiper.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir, ia adalah seorang deep-lying midfielder di sepak bola modern. Ia dapat bertransisi dari bertahan ke menyerang, ia dapat memberikan tekanan dan melepaskan diri dari tekanan lawan. Ia belajar begitu banyak soal transisi, padahal di awal-awal kedatangannya ia membuat banyak kesalahan. Hari ini ia bahkan membuktikan bahwa ia dapat berlari secara diagonal dan menutup aliran umpan lawan. Ia adalah pemain yang sangat penting bagi kami," jelas Gattuso.
Kegembiraan macam itulah yang merasuk dalam diri Milan sekarang. Sepintas merayakan satu kemenangan memang terlihat berlebihan karena bagaimanapun menutup laga dengan kemenangan adalah kewajiban setiap tim.
Tapi, sewajar apa pun seharusnya kemenangan itu, kemenangan tetaplah kemenangan. Ia memantik sorak para perengkuhnya, ia mengingatkan kepada para suporter yang mungkin cuma bisa menyaksikan dari layar kaca bahwa di antara segala hal menyebalkan yang terjadi sepanjang hari, masih ada alasan untuk tertawa sesekali.
ADVERTISEMENT