Napoli Sedang Gahar, Juventus Bisa Terkapar

28 Februari 2019 16:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi 'dab' Kevin Malcuit dan Adam Ounas. Foto: Reuters/Massimo Pinca
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi 'dab' Kevin Malcuit dan Adam Ounas. Foto: Reuters/Massimo Pinca
ADVERTISEMENT
Juventus, sang pemuncak klasemen Serie A, akan ditantang oleh Napoli yang saat ini duduk di urutan kedua pada Senin (4/3/2019) dini hari WIB. Jika menilik situasi di classifica saat ini, pertandingan tersebut tidak akan berpengaruh banyak. Apa pun hasilnya, Juventus akan tetap berada di puncak, sementara Napoli akan tetap di urutan kedua.
ADVERTISEMENT
Namun, kenyataan yang ada sebenarnya jauh lebih kompleks daripada itu. Sebab, Juventus saat ini sedang berada dalam tren buruk. Dari tujuh laga terakhir, dua kekalahan diderita Juventus, masing-masing di Coppa Italia dan Liga Champions. Dalam dua kekalahan tersebut Juventus tak mampu mencetak satu gol pun dan kemasukan lima gol.
Di Serie A, mereka memang belum terkalahkan. Akan tetapi, bukan berarti mereka tak bermasalah. Saat mengalahkan Lazio 2-1, Juventus tampil luar biasa buruk dan butuh sepakan penalti Cristiano Ronaldo untuk memenangi laga. Hal serupa terjadi di pertandingan kontra Bologna di mana mereka cuma menang 1-0 lewat gol tunggal Paulo Dybala. Lalu, di pertandingan melawan Parma mereka membuang keunggulan 3-1 dan harus rela bermain imbang 3-3.
ADVERTISEMENT
Rentetan hasil dan penampilan buruk itu pun membuat posisi Massimiliano Allegri di pos pelatih digoyang. Tak sedikit yang berkata bahwa ini adalah musim terakhir Allegri, terlepas dari apakah dia berhasil di Liga Champions atau tidak. Allegri dianggap sudah tidak mampu lagi menaikkan level permainan Juventus meski hasil akhirnya sebenarnya tidak buruk.
Di tengah situasi itulah Napoli akan datang sebagai lawan. Napoli sendiri tidak sempurna karena mereka menelan satu kekalahan plus dua hasil imbang tanpa gol dalam tujuh pertandingan terakhir. Namun, Napoli punya bekal mental lebih bagus. Selain karena telah berhasil meloloskan diri ke 16 besar Liga Europa, Napoli juga baru saja menghajar Parma dengan skor 4-0. Walau cuma sedikit, bolehlah Napoli kali ini diunggulkan. Apalagi, mereka bakal bermain di kandang.
ADVERTISEMENT
Saat mengalahkan Parma dengan skor 4-0 itu Napoli menunjukkan permainan terbaiknya dalam balutan formasi 4-4-2. Mereka bisa mencetak gol dengan cara apa pun. Dua gol, dari Piotr Zielinksi dan Adam Ounas, merupakan hasil build-up yang rapi. Kemudian, gol pertama Arek Milik lahir lewat tendangan bebas, sedangkan gol kedua striker Polandia itu tercipta usai dirinya memanfaatkan blunder pemain Parma.
Kemenangan atas Parma itu sekaligus melunturkan kritik yang sebelumnya diterima Napoli karena kegagalannya mencetak gol pada pertandingan melawan Fiorentina dan Torino. Menghadapi I Ducali, sistem permainan terapan Carlo Ancelotti bekerja sangat baik sehingga siapa pun yang berada di lapangan bisa langsung nyetel dan menunjukkan kebolehannya.
Pada dasarnya, formasi 4-4-2 milik Napoli tidak berbeda jauh dengan 4-4-2 pada umumnya. Satu-satunya hal unik dari formasi itu adalah keberadaan Zielinski di sayap kiri. Aslinya, Zielinksi adalah seorang gelandang tengah sehingga ketika bermain di sayap kiri pun dia tetap lebih kerap bergerak ke tengah. Ini membuat bek Elseid Hysaj bisa leluasa bergerak menyisir sektor sayap.
ADVERTISEMENT
Zielinski cetak gol cantik ke gawang Parma. Foto: Reuters/Massimo Pinca
Pergerakan Zielinski itu membuat permainan Napoli jadi sangat cair. Gol Zielinski ke gawang Parma, misalnya, terjadi lewat area half-space. Namun, pengaruh keberadaaan Zielinski di kiri tidak sampai di situ saja karena dengan demikian Napoli bisa dengan mudah menambah pemain saat menyerang maupun bertahan.
Ketika menyerang, pakem Napoli bisa dengan mudah berubah menjadi 4-3-3. Ini terjadi karena di sisi kanan ada Jose Callejon yang sudah terbiasa bermain sebagai penyerang sayap. Kemudian, saat bertahan, Napoli bisa dengan mudah merapatkan barisannya menjadi 4-4-1-1. Lorenzo Insigne atau Dries Mertens yang dipasangkan dengan Milik akan turun membantu pertahanan.
Sementara itu, Juventus kemungkinan besar akan tetap turun dengan pakem 4-3-3 andalannya. Dengan situasi yang dialami Juventus sekarang, lini tengah Napoli yang berisikan Allan Marques, Fabian Ruiz, dan Zielinski akan dengan mudah mendominasi pertandingan. Napoli unggul dalam hal teknik dan kecepatan serta mampu mengimbangi kekuatan Juventus di sektor tengah.
ADVERTISEMENT
Juventus sebenarnya sudah mampu mengalahkan Napoli pada pertemuan pertama musim ini dan kemenangan tersebut jadi salah satu pertandingan di mana Juventus bermain bagus. Akan tetapi, di situ pun Juventus tidak bisa secara konsisten menancapkan dominasi mereka atas Napoli. Ketika Napoli bermain dengan sepuluh orang, Juventus justru kesulitan mempertahankan kemenangan mereka.
Sekarang, situasinya sudah berubah. Napoli yang dikalahkan Juventus ketika itu adalah Napoli yang masih beradaptasi dengan sistem Carlo Ancelotti. Ketika itu Napoli masih kerap kebingungan, utamanya dalam menghadapi serangan balik. Saat ini, Napoli sudah jauh lebih kokoh dalam bertahan.
The smiling Ancelotti! Foto: LEON NEAL / AFP
Bukti sederhananya, kekalahan 1-3 dari Juventus itu terjadi pada pekan ketujuh dan jika kekalahan itu dihitung mereka sudah kemasukan 10 gol hanya dalam 7 giornata. Sekarang, Serie A sudah memasuki pekan ke-25 dan dalam 18 pekan berikutnya Napoli cuma kemasukan 8 gol. Dengan kata lain, Napoli sudah berbenah meski mereka belum cukup mematikan untuk bisa menyaingi Juventus.
ADVERTISEMENT
Ketangguhan pertahanan Napoli tersebut tercermin dari betapa sedikitnya rata-rata jumlah tembakan yang mereka terima. Hanya Juventus (10,7) tim yang menerima tembakan lebih sedikit per laganya di Serie A musim ini ketimbang Napoli (11). Untuk itu, kerja keras para pemain tengah dan belakang mereka sangat layak diapresiasi.
Dengan pakem 4-4-2 ini pertahanan Napoli utamanya digalang oleh dua gelandang tengah serta kuartet bek mereka. Tak heran jika nama-nama yang biasa ada di sana begitu menonjol dalam urusan statistik bertahan.
Allan dan Fabian Ruiz yang ada di tengah dalam satu pertandingan Serie A bisa menghasilkan 9,3 aksi bertahan yang meliputi tekel, intersep, sapuan, dan blok. Sementara, di belakang ada Kalidou Koulibaly (3,8) dan Nikola Maksimovic (3,5) yang sama-sama menonjol dalam urusan membuat sapuan serta Kevin Malcuit yang gape dalam melakukan tekel (2,1).
ADVERTISEMENT
Fabian Ruiz pada laga melawan Lazio. Foto: Reuters/Alberto Lingria
Kekokohan Napoli dalam bertahan ini wajib diwaspadai oleh Juventus. Apalagi, ketangguhan ini juga dibarengi dengan daya gedor lumayan. Milik sampai saat ini jadi pemain paling menonjol dengan torehan 14 golnya. Namun, eks striker Ajax itu tak sendiri karena Napoli sejauh ini punya 10 pencetak gol berbeda, termasuk Mertens dan Insigne yang sama-sama sudah mengemas 8 gol.
Dalam menyerang sendiri, Napoli masih mengandalkan umpan-umpan pendek seperti pada era kepelatihan Maurizio Sarri. Akan tetapi, kali ini serangan mereka tak lagi mudah dibaca --walau sulit dihentikan-- seperti musim lalu. Kali ini, serangan Napoli lebih kaya opsi karena Ancelotti juga memberi kebebasan bagi para pemain untuk berkreasi.
Salah satu wujud kreasi ini adalah bagaimana Adam Ounas memberi assist cungkilan kepada Simone Verdi di ajang Liga Europa. Selain soal daya kreasi, ini juga menunjukkan bahwa Napoli punya amunisi yang cukup untuk melumpuhkan Juventus.
ADVERTISEMENT
Menghadapi situasi seperti ini, Juventus punya dua opsi. Pertama, mereka bisa menggunakan cara yang berisiko rendah seperti musim lalu dengan bertahan dan mengandalkan serangan balik. Kedua, menggunakan cara musim ini dengan keluar menyerang dan memainkan sepak bola ekspansif. Keduanya bisa saja berhasil, tetapi melihat bagaimana Juventus bermain akhir-akhir ini, rasanya konfrontasi terbuka bukan pilihan bijak.