news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Newcastle Jets: Muda dan Berbahaya

6 Februari 2019 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Newcastle Jets. Foto: Dok. Media Newcastle Jets
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Newcastle Jets. Foto: Dok. Media Newcastle Jets
ADVERTISEMENT
Persija sukses melaju lebih jauh di babak kualifikasi Liga Champions Asia (LCA) 2019. Namun, bukan berarti perjalanan Persija akan jadi lebih mudah.
ADVERTISEMENT
Bertandang ke Stadion Jalan Besar menghadapi Home United, Selasa (5/2/2019) malam WIB, Persija sukses membukukan kemenangan 3-1. Gol-gol dari Marko Simic, Alberto Goncalves, serta satu gol bunuh diri dari pemain Home United sukses membawa Persija pada kemenangan.
Atas hasil itu, Persija berhak melaju ke babak kedua kualifikasi LCA. Di babak kedua, sudah ada Newcastle Jets yang menanti mereka sebagai lawan. Kedua tim akan berhadapan pada 12 Februari mendatang di Stadion McDonald Jones. Pemenang dari laga ini akan berhadapan dengan Kashima Antlers sebelum memastikan diri lolos ke fase grup LCA.
Nah, sebelum keduanya bertemu, mari menelisik, sejauh apa sepak terjang dari Newcastle Jets itu? Apakah mereka memang klub yang tangguh?
ADVERTISEMENT
***
Secara usia, Newcastle Jets adalah klub yang tergolong muda. Jika Persija lahir pada 1928, maka The Jets baru menetas pada 2000 silam, tepatnya pada 1 Agustus 2000 di kota Newcastle, negara bagian New South Wales. Nama Jets sendiri didasarkan pada lokasi homebase Newcastle Jets yang berdekatan dengan RAAF Base Willamtown, markas angkatan udara Australia yang jaraknya 20 km di utara kota Newcastle.
Secara historis, perjalanan Newcastle Jets ini beriringan dengan reformasi yang kala itu sedang berjalan di sepak bola Australia. Reformasi ini digaungkan seiring dengan Soccer Australia, Asosiasi Sepak Bola Australia di masa lampau, yang dinilai banyak terlibat masalah, termasuk praktik suap dan korupsi.
ADVERTISEMENT
Usai reformasi yang dilakukan pada kisaran 2003 sampai 2005 tersebut, sepak bola Australia memunculkan dua wajah baru: FFA (Football Federation of Australia, pengganti Soccer Australia) dan A-League. Dua hal inilah yang perlahan membuat sepak bola Australia maju, dengan nama Newcastle Jets sebagai salah satu kontestannya.
Dari segi penampilan, jika ditelaah sejak musim 2005/06 silam, Newcastle termasuk klub yang fluktuatif. Ada masanya ketika mereka mampu menembus posisi lima besar (A-League hanya berisikan 10 tim), tetapi, ada juga masa ketika mereka berada di posisi paling buncit (peringkat 10), yakni pada musim 2014/15 dan 2016/17. Beruntung, A-League tidak menerapkan sistem promosi-degradasi.
Salah satu titik puncak penampilan Newcastle Jets di Australia adalah pada musim 2007/08 silam. Ketika itu, di babak Grand Final A-League, mereka berhasil mengalahkan Central Coast Mariners dengan skor tipis 1-0. Kemenangan ini mengantarkan mereka jadi juara A-League, sekaligus jadi gelar juara liga pertama untuk klub.
ADVERTISEMENT
Setelah berjaya pada 2008, mereka pun sukses melaju ke babak fase grup LCA 2009. Di ajang tersebut, Newcastle tampil apik dan berhasil melaju ke babak 16 besar sebagai runner-up Grup E, di bawah Nagoya Grampus. Akan tetapi, mereka gagal melaju ke perempat final usai ditumbangkan Pohang Steelers dengan skor 6-0, klub yang kelak menjadi kampiun LCA 2009.
Setelah lama tidak melaju kembali ke LCA, Newcastle akhirnya punya kesempatan untuk mencicipi kembali LCA usai jadi runner-up A-League pada musim 2017/18 (mereka kalah dari Melbourne Victory) melalui jalur kualifikasi.
***
Menelisik lebih dalam skuat Newcastle Jets, ternyata di dalamnya ada pemain yang pernah bermain di Indonesia. Ia adalah Roy O'Donovan, mantan penggawa Timnas Irlandia U-21 dan Timnas Irlandia B. Roy sudah menjadi bagian dari Newcastle sejak 2017 silam. Sebelum membela Newcastle, ia adalah bagian dari Central Coast Mariners.
ADVERTISEMENT
Pada 2015, Roy merupakan bagian dari skuat Mitra Kukar. Datang sebagai rekrutan top, dengan segala pengalamannya membela klub Inggris (salah satunya Sunderland), Roy justru tidak memiliki waktu untuk menggebrak. Sanksi yang dijatuhkan FIFA pada 2015 silam membuat liga bubar, dan Roy baru menjalani satu laga saja bersama Mitra Kukar kala itu. Dari Mitra Kukar, Roy memutuskan untuk menyeberang ke Australia. Sejak 2015 sampai 2017, ia membela Central Coast Mariners dan sukses membukukan 18 gol dari 45 laga. Kini, bersama Jets, Roy menampilkan permainan yang lumayan. Dari 26 laga, Roy mampu mencetak 14 gol. Khusus musim 2018/19 ini, Roy sudah mencetak 5 gol dari 9 laga.
ADVERTISEMENT
Selain Roy, sebenarnya ada beberapa pemain lain yang patut diwaspadai. Ada sang kapten Nigel Boogard, yang lugas mengawal lini pertahanan. Ada juga Ronald Vargas, sang pengatur serangan, serta Kaine Sheppard dan Dimitri Petratos, dua orang yang juga menjadi juru gedor Newcastle bersama dengan Roy. Ada juga Daniel Georgievski dan sang kiper, Glen Moss, yang sama apiknya.
Meski kini Newcastle masih duduk di peringkat 7 klasemen sementara A-League, dengan raihan 18 poin hasil dari lima kali menang, tiga kali imbang, dan sembilan kali kalah dari 17 laga, bukan berarti mereka tidak bisa menghadirkan ancaman bagi Persija.
Jika mereka lengah, maka bisa saja Newcastle Jets akan menjadi penghancur mimpi Persija mewakili Indonesia di LCA.
ADVERTISEMENT