Ngotot Pertahankan Filosofi Jadi Penyebab Kekalahan Ajax dari Spurs

9 Mei 2019 15:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain-pemain Ajax lunglai usai kalah dari Tottenham. Foto: AFP/Emanuel Dunand
zoom-in-whitePerbesar
Pemain-pemain Ajax lunglai usai kalah dari Tottenham. Foto: AFP/Emanuel Dunand
ADVERTISEMENT
Kiprah Ajax Amsterdam di Liga Champions musim 2018/2019 berakhir dengan tragis. Setelah mampu melalui adangan tim seperti Real Madrid dan Juventus, skuat muda Ajax disingkirkan oleh Tottenham Hotspur dalam dua laga di babak semifinal.
ADVERTISEMENT
Yang membuat tragis adalah cara tersingkirnya Ajax itu. Tim besar dari Belanda ini sebenarnya sudah menjejakkan satu kaki di final setelah menang dengan skor 1-0 di laga leg pertama yang berlangsung di kandang Spurs.
Pada laga leg kedua yang berjalan di Johan Cruijff Arena, Kamis (9/5/2019) dini hari WIB, Ajax bisa dibilang telah memasukkan hampir semua tubuhnya ke partai final setelah mengakhiri babak pertama dengan keunggulan 2-0.
Namun, di babak kedua, Ajax tampak kalut. Penyerang sayap Spurs, Lucas Moura, sukses membuat kedudukan menjadi 2-2 lewat dua gol cepat yang ia cetak di menit 50-an. Nasib Frenkie de Jong dkk. berakhir bak tragedi setelah Moura melengkapi hattrick-nya di menit ke-90+6.
ADVERTISEMENT
Spurs sukses lolos ke final lewat agresivitas gol tandang, meninggalkan Ajax yang termenung memikirkan bagaimana caranya membuang keunggulan agregat tiga gol.
Pemain Tottenham Lucas Moura melakukan selebrasi usai mencetak gol ketiga bersama rekannya. Foto: Reuters/Piroschka Van De Wouw
Pujian tentu membanjiri Spurs, yang sukses membalikkan keadaan. Namun, bagi Jose Mourinho, andil Ajax lebih besar dalam menentukan hasil laga leg kedua ini. Menurut Mourinho, kengototan Ajax untuk mempertahankan filosofi bermain jadi alasan utama mengapa mereka kalah dari Spurs.
“Bagi saya, filosofi bermain adalah hal yang penting bagi satu tim untuk berkembang. Setiap tim butuh dasar itu, butuh filosofi, butuh gaya bermain yang disesuaikan dengan kualitas pemain. Ajax layak mendapatkan kredit atas filosofi mereka,” ujar Mourinho kepada BeIN Sports.
“Namun, sepak bola adalah sebuah peperangan, dan untuk menang Anda butuh strategi. Untuk menang, terutama di laga besar, terkadang Anda harus melupakan filosofi yang Anda anut. Dan saya pikir, Ajax harus melakukan itu di babak kedua.”
ADVERTISEMENT
Mourinho—sebagai pelatih yang pernah memenangkan Liga Champions sebanyak dua kali—tentu tak asal bicara. Ia menunjuk bagaimana dua bek tengah Ajax, Daley Blind dan Matthijs de Ligt, meninggalkan posnya demi melakukan ofensif, kendati sudah unggul dengan skor agregat 3-0.
“Ketika mereka menyerang, Blind dan De Ligt berada di luar garis pertahanannya. Hal yang paling dasar adalah, ketika Anda harus mempertahankan keunggulan, jaga keseimbangan anda. Jangan sampai tidak seimbang.”
“Keseimbangan dimulai dengan menjaga garis pertahanan tetap pada posisinya. Setelah itu, tempatkan pemain-pemain tertentu di lini pertahanan,” tambah Mourinho.
Gol pertama Spurs menjadi bukti paling sahih ucapan Mourinho. Spurs mampu memanfaatkan celah yang ditinggalkan oleh De Ligt dan Blind. Bisa dilihat, dalam gol tersebut, pemain Ajax yang mengejar Moura dan Dele Alli adalah De Jong, sang bek kanan Noussair Mazraoui, dan gelandang Lasse Schoene.
ADVERTISEMENT
Pemain Tottenham Lucas Moura berusaha melewat pemain Ajax Noussair Mazraoui. Foto: Reuters/Piroschka Van De Wouw
Mourinho menambahkan pernyataannya bahwa Ajax tidak memperlakukan laga ini seperti seharusnya. Selain itu, mantan pelatih Manchester United itu memberikan kredit kepada Spurs, yang menurutnya mampu beradaptasi dengan baik.
“Ajax terpaku pada filosofi mereka. Mereka bermain di babak kedua seperti melawan Vitesse di Liga Belanda. Mereka bermain selayaknya pertandingan ini adalah pertandingan babak grup, atau laga di Eredivisie. Saya pikir, saat ini mereka tidak akan memercayai apa yang terjadi pada mereka.”
“Sedangkan Spurs, mereka berubah. Mereka menggunakan sepak bola langsung yang mengagumkan. Mereka mungkin beruntung, tetapi merekalah yang mengejar keberuntungan itu,” kata Mourinho.