Nick Pope: Pengantar Susu Keliling yang Berhasil ke Piala Dunia 2018

17 Mei 2018 14:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pope dalam latihan bersama Timnas Inggris. (Foto: Reuters/Andrew Boyers)
zoom-in-whitePerbesar
Pope dalam latihan bersama Timnas Inggris. (Foto: Reuters/Andrew Boyers)
ADVERTISEMENT
Jalan hidup seseorang siapa yang tahu. Nick Pope, juga tak pernah menyangka bahwa jalan hidupnya akan berubah dengan begitu cepat.
ADVERTISEMENT
10 tahun lalu, Pope remaja dilepas oleh akademi Ipswich Town karena tak dianggap cukup bagus. Hati Pope remuk. Ipswich adalah tim favoritnya dan dia menyimpan mimpi untuk bisa jadi kiper tim utama klub berjuluk The Tractor Boys itu.
Setelah itu, Pope sempat tak mau mengikuti berbagai trial untuk masuk ke klub sepak bola lainnya. Sampai kemudian tawaran dari klub semi-profesional Inggris, Bury Town, datang. Pope jelas tak menolak, apalagi kala itu dia langsung berpeluang menembus tim utama.
Benar saja. Sebelum ulang tahun yang ke-17 tiba, Pope menjalani debut untuk Bury Town saat kiper utama mereka, Marcus Graham, absen karena cedera. Namun, nasib yang datang kemudian yang buruk lagi. Graham sembuh, Pope kembali tersingkir.
ADVERTISEMENT
Setelah itu dia lebih banyak menghabiskan waktu di tim cadangan Bury. Saat itu, saking tak punya banyak waktu untuk bermain, Pope sempat mengikuti kursus bisnis marketing di West Suffolk College. Di sana pula dia menjadi bagian dari tim sepak bola universitasnya.
Saat itu, Pope mulai getir akan mimpinya. Dia tak punya kepercayaan bisa menjadi pemain profesional di kemudian hari. Bahkan di saat kursus itu, Pope juga memilih bekerja. Di pagi hari dia bekerja sebagai pengantar susu keliling di daerah tempat tinggalnya, dan setelahnya bekerja di toko retail fesyen.
Namun, perlahan-lahan dia mulai mendapat kesempatan bermain. Pope mendapat kesempata bermain bersama tim universitas, di tim cadangan Bury, hingga di tim utama Bury. Jam terbangnya sebagai remaja cukup banyak, dan dari situ dia merasa mulai berkembang.
ADVERTISEMENT
"Saya telah berada di Bury dan West Suffolk College selama tiga tahun dan itu membantu perkembangan saya dengan banyak bermain. Manajer Bury, Richard Wilkins, juga mengawasi sisi sepak bola di kampus, jadi dia bisa melihat kedua sisi mata uang, dan dia memberi saya banyak nasihat bagus," ujar Pope dilansir Cambridge News.
Pope yang penuh kejutan. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Pope yang penuh kejutan. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
Akan tetapi, segala pengalaman tersebut tak kunjung membuat Pope teguh untuk menjadi pemain profesional. Ketika berusia 19 tahun, dia malah berniat menjadi mahasiswa, dengan ingin masuk ke Universitas Nottingham untuk jurusan sports science. Namun, itu semua urung terlaksana.
Pemandu bakat Charlton Athletic melihat Pope tampil ciamik bersama Bury di laga melawan Billericay Town. Mereka kemudian tertarik untuk mengajak Pope menjalani trial, plus dengan iming-iming berbagai keuntungan.
ADVERTISEMENT
Pertama, Pope akan disertakan pada tur pramusim Charlton. Kedua, Charlton juga akan membiayai kuliah Pope di Universitas Roehampton untuk jurusan yang tetap sama, sports science. Selain itu, pria asal Suffolk itu juga diikutkan berbagai kursus. Sejak saat itu, Pope tak lagi menjadi pengantar susu lagi. Dia menjalani trial bersama Charlton.
Namun, kariernya tak lantas melejit. Pope baru menerima kontrak profesionalnya bersama Charlton pada 7 Februari 2012. Kemudian, pada 4 Mei 2013, dia menjalani debut profesional bersama klub berjuluk The Addicks itu pada sebuah laga di ajang Championship menghadapi Bristol City.
Akan tetapi, sebelum dan sesudah menjalani debutnya itu, Pope lebih banyak 'disekolahkan' di klub-klub semi profesional. Tercatat dia pernah bermain di Welling United, Cambridge United, Aldershot Town, hingga York City. Dan di masa-masa peminjaman itulah Pope mendapat menit bermain yang banyak.
ADVERTISEMENT
Bahkan pada 2013 itu, Charlton memberinya perpanjangan kontrak hingga 2018. Meski, dia baru benar-benar menjadi pemain inti Charlton pada musim 2015/16 silam, di ajang Championship. Di musim sebelumnya, dia masih bermain di League Two (divisi empat Liga Inggris) bersama Bury FC.
Namun tiba-tiba, menjelang musim panas 2016 berakhir, tawaran yang lebih hebat datang untuknya. Klub promosi Premier League, Burnley, ketika itu tertarik untuk merekrutnya. Pope jelas tak menolak. Dia kemudian menandatangani kontrak berdurasi tiga tahun dengan harga yang dirahasiakan.
Tapi Pope tahu, di Burnley dia akan jadi pemain pelapis saja. Sebab, sulit untuknya menembus tempat utama karena di sana ada Tom Heaton yang bermain luar biasa dan mampu menembus skuat Tim Nasional (Timnas) Inggris. Namun, jalan hidup orang siapa yang tahu.
ADVERTISEMENT
Usai menjalani musim 2016/17 tanpa satu pun kesempatan bermain di Premier League, kesempatan untuknya datang pada awal September 2017 ketika Tom Heaton mengalami cedera. Kala itu, debut Pope pada ajang Premier League datang dalam laga melawan Crystal Palace.
Setelah itu, pos penjaga gawang nomor satu Burnley jadi milik Pope. Dia menjalani 35 pertandingan di Premier League 2017/18, mencatatkan 11 clean sheet, melakukan 114 penyelamatan, dan menjadi salah satu kiper terbaik Premier League. Bahkan, kiper berusia 26 tahun itu terpilih jadi pemain terbaik Burnley musim ini.
Pope berseragam Burnley. (Foto: REUTERS/Ian Walton)
zoom-in-whitePerbesar
Pope berseragam Burnley. (Foto: REUTERS/Ian Walton)
Karier pemain yang tiga tahun lalu masih berlaga di League Two itu sedemikian cepat melesat. Tak heran, di bulan Maret lalu, dia dipanggil untuk pertama kalinya ke Timnas Inggris oleh Gareth Southgate. Kurang dari 10 tahun, Pope menjelma dari tukang susu keliling menjadi kiper Timnas Inggris.
ADVERTISEMENT
Dan durian runtuh yang datang untuknya tak datang begitu saja. Rabu (16/5/2018) lalu, Southgate mengumumkan 23 nama skuat Inggris yang akan diberangkatkan ke Piala Duia 2018 dan di dalamnya terdapat nama kiper dengan tinggi 191 sentimeter itu.
Dari stadion berkapasitas 3.500 penonton di Bury, Pope berpeluang tampil di stadion-stadion megah di Rusia sana. Perjalanan hidup yang tak pernah terpikir dalam benak seorang kiper yang di masa remajanya tak cakap menendang bola tendangan gawang.
"Saya bermain di beberapa liga yang dingin dan gelap. Saya berada di tim cadangan Burry di Essex dan Suffolk Border League. Saya pikir itu divisi tujuh. Little Oakley --salah satu tempat yang membuatmu butuh peta. [Di sana] hanya 10 orang dan seekor anjing. Anda harus membuktikan diri di setiap level untuk mencapai tahap selanjutnya," jelas Pope dilansir BBC.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin selalu menjadi diri sendiri. Akan jadi kehormatan besar untuk mewakili negara Anda dan pergi ke Piala Dunia. Anda harus lapar, tamak, dan sedikit memaksakan diri. Ini tantangan baru dan tantangan yang ingin saya hadapi," pungkasnya.