Nicolas Otamendi, 'Si Jenderal' Manchester City

13 Februari 2018 20:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Otamendi merayakan gol kemenangan. (Foto: Reuters/Darren Staples)
zoom-in-whitePerbesar
Otamendi merayakan gol kemenangan. (Foto: Reuters/Darren Staples)
ADVERTISEMENT
Jenderal, yang mengacu pada pangkat kemiliteran angkatan darat, tak bisa ditempuh dengan jalan yang mudah. Mereka diharuskan memiliki segudang pengalaman sebelum merangkak ke strata itu.
ADVERTISEMENT
Tak terkecuali Nicolas Otamendi. Pemain yang memiliki julukan 'Si Jenderal' itu juga melakukan proses yang tak sebentar sebelum akhirnya dipercaya jadi tulang punggung Pep Guardiola bersama Manchester City.
Julukan 'Si Jenderal' disematkan tak ada kaitannya dengan kemiliteran. Memang Otamendi gemar menghabiskan waktunya untuk berlatih tinju semasa remaja yang kemudian memengaruhi fisik dan karakter permainannya yang energik.
Tinju atau olahraga bela diri lekat kaitannya dengan militer. Sekali lagi, bukan karena itu Otamendi dilabeli 'Si Jenderal'. Tentu mudah diingat tentang seleberasi khas Otamendi yang melakukan aksi hormat ke para penonton usai mencetak gol. Ya, itulah mengapa dirinya kemudian mendapat julukan seperti itu.
Momen tersebut tak lagi langka, khususnya di musim ini. Terang saja, sudah empat kali pemain yang lahir di Buenos Aires itu melakukannya, artinya empat kali sudah Otamendi mencetak gol bagi City di pentas Premier League.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai agresivitas, Otamendi pernah lebih banyak lagi mencetak gol saat masih berseragam Valencia. Total 6 gol sukses disumbangkannya untuk 'Kelelawar Mestalla' itu di edisi 2014/2015.
Gol-golnya saat itu didominasi lewat tandukan dari situasi set-piece. Nah, kali ini caranya sedikit berbeda karena Otamendi tak hanya mengandalkan situasi bola mati sebagai medium untuk menghasilkan gol. Bukan meninggalkan cara konservatif seperti itu, tapi lebih kepada kontribusinya yang lebih kompleks, yakni membangun serangan atau sering disebut ball-playing defender.
Otamendi saat berseragam Valencia. (Foto: JOSE JORDAN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Otamendi saat berseragam Valencia. (Foto: JOSE JORDAN / AFP)
Well, sebagai seorang pemain belakang, keberhasilan itu tak lahir begitu saja. Adalah sistem permainan Guardiola yang kemudian menjadi wadah yang menampung bakatnya dalam bermain ofensif.
Sudah menjadi rahasia umum jika Guardiola mewajibkan para pemainnya untuk bisa mengolah bola, biarpun itu seorang penjaga gawang. Apalagi untuk bek sentral yang ditugaskan membangun serangan dari lini belakang.
ADVERTISEMENT
"Menjadi bek tengah di tim kami tidaklah mudah. Anda bermain 40 meter di depan (gawang), membiarkan banyak ruang di belakang, Anda harus membantu build-up serangan, mereka tidak hanya bertugas untuk sekadar bertahan," kata Guardiola kepada Goal.
Ungkapan Guardiola itu cukup menjelaskan betapa pentingnya sosok bek sentral dalam komposisi timnya. Siapa lagi jika bukan Otamendi yang dimaksud. Hanya sekali dirinya absen tampil di ajang Premier League, itupun karena akumulasi kartu kuning.
Akan menjadi logis karena Otamendi adalah pusat dari build-up serangan sebelum akhirnya sampai ke kaki Fernandinho serta Kevin De Bruyne dan kemudian disebarkan ke trisula City. Menurut Whoscored, Otamendi telah melepaskan rata-rata 90,2 umpan per laga. Unggul jauh dari Fernandinho yang cuma menyentuh angka 83,9 serta De Bruyne dengan 73,3.
ADVERTISEMENT
Nama yang disebut belakangan boleh menjadi yang paling aktif dalam mengirimkan assist. Tapi, aksinya akan sia-sia andai suplai bola ke tengah tersendat. Itulah penggambaran pentingnya tugas Otamendi sebagai pengalir bola.
Jika kurang yakin betapa pentingnya sosok Otamendi, laga kontra Liverpool bisa dijadikan acuan. Adalah gegenpressing dari pasukan Juergen Klopp itu yang menyebabkan City gagal membangun serangan.
Pressing yang ditujukan kepada Otamendi kemudian berhasil mengebiri distribusi bola ke lini tengah. Itulah alasan mengapa De Bruyne tak mencatatkan satu pun umpan kunci di laga yang dihelat di Anfield tersebut.
Bukan cuma di panggung Premier League saja Otamendi jadi pilar dalam skema Juego de Position Guardiola, tapi juga ajang Liga Champions. Menurut situs resmi UEFA, Otamendi mencatatkan total 457 umpan sukses, peringkat keempat di bawah Ever Banega, Marco Verratti, dan Sergio Busquets yang semuanya merupakan gelandang!
ADVERTISEMENT
Sementara itu Guardiola bukan tak mempersiapkan bek lain sebagai opsi alternatif. Pelatih yang berhasi mengantar Bayern Muenchen menjuarai Bundesliga tiga kali itu telah memproyeksikan John Stones sebagai ball-playing defender untuk melengkapi bek konservatif macam Vincent Kompany. Oke, Stones memang apik dalam distribusi bola, tapi pemain yang dibeli dari Everton itu tak memiliki atribut bertahan yang apik.
Nah, itulah yang membuat Otamendi menjadi spesial. Selain mampu diplot sebagai pengalir bola, pemain berusia 30 tahun itu juga melaksanakan kewajibannya sebagai bek. Dia menjadi pemain yang paling intens mencatatakan intersep dibanding rekan-rekan setimnya dengan rata-rata 1,7 per laga. Sedangkan untuk urusan tekel, Otamendi yang membukukan rata-rata 1,8 di tiap pertandingan juga masih lebih baik ketimbang Stones dan Kompany.
ADVERTISEMENT
Tak berlebihan mengaggap sebutan 'Si Jenderal' yang disematkan kepada Otamendi bukanlah sekadar julukan semata. Sebab dia bukan cuma jenderal di lini pertahanan City, melainkan juga jenderal dari Juego de Position yang diusung Guardiola.