Nwankwo Kanu dan Upaya Menyelamatkan Anak Afrika dari Penyakit Jantung

14 September 2018 22:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks pemain Timnas Nigeria, Nwankwo Kanu. (Foto: Thomas Coex/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Eks pemain Timnas Nigeria, Nwankwo Kanu. (Foto: Thomas Coex/AFP)
ADVERTISEMENT
Nwankwo Kanu tidak akan pernah melupakan peristiwa ini. Pada suatu malam di tahun 2000, kamar hotel tempatnya menginap didatangi oleh seorang ibu yang membawa anak perempuannya.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Kanu dan pemain Timnas Nigeria sedang melakoni pemusatan latihan untuk persiapan Piala Afrika 2000. Ibu itu melacak hotel tempat Kanu menginap. Ia datang ke sana dengan berbekal pengetahuan bahwa Kanu selamat dari penyakit jantung dan mendirikan Kanu Heart Foundation, badan yang berfokus membantu anak-anak tidak mampu di Afrika yang menderita penyakit jantung.
Harapan sang ibu tinggal Kanu seorang. Itulah sebabnya ia nekat datang ke hotel tersebut dan menemui Kanu secara langsung. Si ibu berteriak histeris. Terlebih saat menyadari anaknya tiba-tiba kolaps di hotel tersebut.
Kanu tak berpikir panjang. Saat itu juga, ia berjanji kepada ibu tadi bahwa anaknya akan menjadi anak pertama yang dioperasi dengan bantuan Kanu Heart Foundation. Tak tanggung-tanggung, anak itu diterbangkannya dari Nigeria ke London, untuk dioperasi di Great Ormond Street Hospital. Anak itu bernama Eniton. Ia selamat dari kematian akibat penyakit jantung. Kini, Eniton sedang menanti kelulusan dari Lagos State University.
ADVERTISEMENT
Pada 1996, Kanu harus berjuang keras untuk mengatasi penyakit jantung yang dideritanya. Peristiwa ini terjadi saat ia baru saja ditransfer oleh Inter Milan dari Ajax Amsterdam. Dalam wawancaranya bersama David Hytner untuk The Guardian, Kanu mengaku penyakit yang dideritanya itu tak hanya menjadi salah satu ujian hidup terberatnya, tapi juga mengubah cara pandangnya tentang hidup.
"Mereka memberitakan bahwa saya memiliki masalah dengan jantung dan terancam tidak bisa bermain sepak bola lagi. Berita ini tersebar di seluruh koran di Italia. Inter, klub saya saat itu, sadar akan hal ini, dan mengajak saya berdiskusi. Saya sedikit tidak suka dengan cara hal itu (masalah jantungnya) diberitakan," ujar Kanu kepada The Guardian.
"Saat itu, semua serba naik turun bagi saya. Tapi, saya berhasil melaluinya. Saya naik meja operasi, dan masa-masa di Inter ini membuat saya jadi lebih kuat. Memang, salah satu ujian kehidupan terberat adalah ketika Anda diuji lewat permasalahan hidup dan mati. Hal itu mendorong saya jadi lebih kuat," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Selain membuatnya lebih kuat, hal itulah, menurut Kanu, yang mengubah cara pandangnya terhadap dunia. Merasakan bagaimana rasanya ikut dalam sebuah operasi, merasakan bermalam beberapa hari lamanya di rumah sakit, membuatnya mengerti bahwa ada banyak nyawa yang harus diselamatkan. Apalagi di Afrika, kesadaran masyarakat akan kesehatan masih rendah karena mahalnya ongkos perawatan.
Atas alasan dan kisah inilah, ia mendirikan The Kanu Heart Foundation. Dalam sebuah tempat bernama Rowlandson House, yang berlokasi di London, Inggris, Kanu masih bekerja sampai saat ini membantu anak-anak tidak mampu di Afrika yang terkena masalah jantung.
"Sejauh ini, sudah ada 542 nyawa yang berhasil kami selamatkan. Tapi, kami tidak puas. Kami akan terus menyelamatkan nyawa yang ada. Minggu ini saja, ada 10 pasien dari Sudan yang kami bantu operasinya. Kami senang mendengar operasinya berjalan sukses. Empat orang sudah pulang ke rumah masing-masing, dan enam orang lain akan segera menyusul," ujar Kanu.
ADVERTISEMENT
"Kami bekerja sama dengan beberapa rumah sakit di Afrika. Kami juga melakukan check-up, berbicara dengan para orang tua sekaligus mendidik para orang tua soal jantung. Kami juga akan membantu biaya operasi mereka. Tapi, ada satu mimpi yang belum kami capai sampai saat ini: memiliki rumah sakit khusus jantung di Afrika. Sekarang, kami sedang membangun rumah sakit tersebut di Nigeria," tambahnya.
Kanu pun bersuara lantang untuk meningkatkan kesadaran orang-orang akan bahaya penyakit jantung. Ia menyebut, baik itu pihak klub maupun Timnas, banyak yang belum menyadari betapa berbahayanya penyakit jantung.
"Sudah cukup, tidak ada lagi Marc Vivien-Foe dan Cheick Tiote yang lain. Masalah jantung ini harus mulai ditanggapi secara serius oleh klub maupun federasi sepak bola sebuah negara," ungkap Kanu.
ADVERTISEMENT
"Sampai sekarang, saya masih menyuarakan hal ini karena saya tahu, saya bisa saja meninggal dunia atau tidak bisa bermain sepak bola lagi jika Inter Milan tidak menyadari masalah jantung yang saya miliki. Masalah jantung itu adalah masalah yang penting, karena melibatkan nyawa," tambahnya.