Oh, Betapa Bebalnya para Pesepak Bola (Inggris)

20 Februari 2018 16:27 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gareth Barry mencuri taksi. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Gareth Barry mencuri taksi. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Alan Pardew punya niatan bagus ketika dia membawa anak-anak asuhnya melakoni kamp latihan di Barcelona. Di kota yang indah, hangat, dan jauh dari rumah, Pardew mencoba membangkitkan spirit para serdadunya yang tengah terpuruk di dasar klasemen Premier League. Namun, niatan baik itu justru berubah menjadi bencana.
ADVERTISEMENT
Empat penggawa senior West Bromwich Albion, Gareth Barry, Jonny Evans, Jake Livermore, dan Boaz Myhill, yang diharapkan menjadi tauladan bagi para pemain muda, justru berbuat ulah. Tak tanggung-tanggung, keempat pemain tersebut terlibat dalam tindak kriminal yang membuat mereka sempat dicokok Kepolisian Catalunya.
Dalam kondisi teler, Barry, Evans, Livermore, dan Myhill meminta sopir taksi yang mereka tumpangi untuk membelikan makanan cepat saji di restoran McDonald's setempat. Namun, alih-alih menunggu, Barry justru membawa kabur taksi tersebut dan meninggalkannya di depan hotel tempat mereka menginap.
Sontak, si sopir yang kebingungan pun melapor ke polisi. Barry, Evans, Livermore, dan Myhill pun ditangkap atas tuduhan pencurian. Meski sudah dilepaskan, kasus ini masih harus melewati proses persidangan dan apabila divonis bersalah, keempat orang itu harus melakoni kerja sosial di Catalunya selama 90 hari.
ADVERTISEMENT
Apa yang dilakukan Barry, Evans, Livermore, dan Myhill itu memang menghebohkan. Bagaimana bisa empat pemain senior seperti mereka melakukan tindakan sebodoh itu? Akan tetapi, di sisi lain apa yang mereka lakukan itu juga tidak mengejutkan. Pasalnya, ini bukan pertama kalinya ada pesepak bola, khususnya pesepak bola Inggris Raya, yang berulah ketika sedang melawat ke negeri orang.
Masih segar betul di ingatan para suporter Leicester City bagaimana beberapa pemain muda mereka berulah kala melakoni tur pramusim di Thailand pada 2015 silam. Di negara asal pemilik Leicester, Vichai Srivaddhanaprabha, itu Tom Hopper, Adam Smith, dan James Pearson merekam diri mereka tengah melakukan pesta seks dengan pelacur-pelacur Thailand.
Tak sampai di situ, dalam video yang beredar luas setelah Leicester menjadi juara Premier League tersebut, para pemain tersebut juga melontarkan kata-kata bernada rasial kepada para perempuan tersebut. Yang mengenaskan, Srivaddhanaprabha sebenarnya mengajak para pemain Leicester mengunjungi negaranya untuk memperkenalkan kultur baru serta keramahan warga Thailand.
ADVERTISEMENT
Hopper, Smith, dan Pearson (yang merupakan anak manajer Leicester kala itu, Nigel Pearson) kemudian dipecat. Nigel Pearson sendiri belakangan juga ikut dipecat karena tidak terima anaknya dipecat.
Adapun, apa yang dilakukan trio Leicester itu membuat ingatan publik melayang kepada aksi trio Tim Nasional Inggris di Hong Kong jelang gelaran Euro 1996. Paul Gascoigne, Teddy Sheringham, dan Steve McManaman, tiga legenda sepak bola Inggris, pernah kedapatan mabuk berat di sebuah bar di Hong Kong. Kala itu, Timnas Inggris memang tengah menjalani partai persahabatan di negara eks persemakmurannya tersebut.
Ada banyak foto Gazza, Sheringham, dan Macca yang beredar kala itu. Ada foto yang menunjukkan bagaimana mereka, dengan pakaian yang sobek, berpose dalam keadaan teler. Namun, foto yang paling populer adalah bagaimana Gazza dan Sheringham diikat ke kursi dokter gigi yang ada di bar tersebut dengan minuman beralkohol dituangkan ke mulut mereka.
ADVERTISEMENT
Jika Hopper, Smith, dan Pearson kemudian dipecat, Gazza, Sheringham, dan Macca tetap menjadi bagian penting skuat 'Tiga Singa' dalam gelaran Euro 96 tersebut. Bahkan, mereka tampil bagus dan berhasil mencapai babak semifinal. Aksi tak senonoh di Hong Kong itu kemudian dijadikan alat oleh Gazza untuk menyerang balik para pengkritiknya.
Ketika merayakan gol ke gawang Skotlandia, Gazza berpose seakan-akan sedang duduk di kursi dokter gigi. Rekan-rekannya pun kemudian menuangkan minuman Lucozade yang ada di sekitar lapangan ke mulutnya.
Dari sini, sah rasanya jika kita melontarkan pertanyaan: Ada apa sebenarnya dengan para pemain Inggris? Mengapa tingkah mereka bisa sebodoh itu?
Dalam studi yang dilakukan oleh Karolinska Institute di Stockholm, Swedia, ditemukan sebuah fakta menarik, yakni bahwa sesungguhnya pesepak bola itu pintar-pintar. Di situ, para ahli mengukur IQ, kreativitas, fleksibilitas kognitif, memori, dan kemampuan memproses informasi.
ADVERTISEMENT
Namun, kecerdasan itu tidak dibarengi dengan pendidikan yang cukup. Setidaknya begitulah menurut salah satu ahli di studi tersebut, Torbjõrn Vestberg.
"Itulah mengapa mereka kadang-kadang terlihat bodoh," ujar Vestberg seperti dikutip dari Telegraph.
Di Inggris, situasinya memang demikian. Para pesepak bola pada usia muda tidak punya benar-benar cukup waktu untuk melakoni pendidikan formal. Meski secara teknis mereka tetap bersekolah, pendidikan jadi formalitas saja karena aktivitas mereka senantiasa dipusatkan di lapangan. Hal itu diperparah dengan fakta bahwa kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga kelas pekerja yang tidak menganggap edukasi sebagai hal utama.
Johnson (kiri) saat berkostum Portsmouth. (Foto: AFP/Graham Stuart)
zoom-in-whitePerbesar
Johnson (kiri) saat berkostum Portsmouth. (Foto: AFP/Graham Stuart)
Maka dari itu, tak heran jika berkelakuan bodoh menjadi hal lumrah bagi mereka. Apa yang dilakukan Glen Johnson dan John Terry sepertinya bisa dijadikan contoh lain.
ADVERTISEMENT
Ketika membela Portsmouth, Johnson pernah kedapatan menaruh dudukan toilet mahal ke kotak yang seharusnya jadi tempat dudukan yang lebih murah. Aksi ini tentu saja tidak berhasil dan selain harus membayar dudukan toilet dengan harga asli, Johnson juga harus membayar denda tambahan. Ketika ditanyai pun pemain satu ini cuma nyengir karena menganggap apa yang dilakukannya itu lucu.
Sementara itu, Terry yang pernah mengapteni Johnson di Chelsea pun tak kalah nyeleneh. Suatu kali, pemain yang kini berkostum Aston Villa tersebut pernah ketahuan mencatut biaya tambahan untuk para peserta tur Stamford Bridge. Menariknya, bagi Terry ini bukan hal aneh karena dia memang dibesarkan di keluarga yang mencari uang dengan cara ndeso seperti itu. Perlu diketahui, ayah Terry, Ted, adalah seorang bandar narkoba.
ADVERTISEMENT
Namun, hal-hal seperti ini tidak cuma terjadi pada pemain Inggris saja. Mantan bek kiri Lazio dan Internazionale, Aparecido Cesar, bahkan pernah melakukan hal bodoh yang sampai membawanya ke balik jeruji.
Ceritanya, saat masih memperkuat klub lokal Brasil, CA Juventus, Cesar pernah mencuri mobil bersama rekan-rekannya. Mobil yang dicurinya itu sedianya bakal dijadikan bonus untuk pemain terbaik klub. Melihat hal itu, Cesar berinisiatif untuk mengubah mobil itu menjadi uang kontan.
Singkat kata, mobil pun dicuri dan uang hasil penjualan dibagi rata oleh Cesar dan rekan-rekannya. Bodohnya, uang hasil penjualan mobil itu pada akhirnya dibelikan mobil oleh Cesar. Kebodohan itu akhirya terendus dan Cesar pun harus mendekam selama empat tahun di penjara.
ADVERTISEMENT
Cesar kala bermain untuk Inter. (Foto: AFP/Damien Meyer)
zoom-in-whitePerbesar
Cesar kala bermain untuk Inter. (Foto: AFP/Damien Meyer)
Selain Cesar, pesepak bola non-Inggris lain yang pernah kedapatan mencuri adalah David de Gea. Pada 2011 lalu, saat baru bergabung dengan Manchester United, kiper asal Spanyol tersebut pernah mengutil donat di pusat perbelanjaan Tesco. Alasannya, dia berpikir bahwa dia tidak harus membayar karena orang-orang berutang atas penampilannya untuk 'Iblis Merah'. Luar biasa, bukan?
Lalu, ada pula kisah empat pesepak bola klub Israel, Bnei Sakhnin, yang mencuri parfum dari toko duty-free di bandara pada 2008. Ketika itu, Bnei Sakhnin tengah menghadapi laga Piala Intertoto menghadapi Deportivo La Coruna dan para pemain tersebut mengambil barang-barang bernilai ribuan dolar Amerika Serikat. Usut punya usut, mereka tidak tahu kalau duty-free itu bukan berarti gratis.
ADVERTISEMENT
Dari sini, terlihat bahwa sesungguhnya aksi-aksi bodoh tidak hanya dilakukan oleh para pesepak bola Inggris saja, melainkan dari banyak negara. Bahkan, para atlet Amerika Serikat yang mengenyam bangku kuliah saja masih melakukan hal-hal tolol seperti pebasket Gilbert Arenas yang kedapatan membwa pistol ke ruang ganti.
Artinya, mungkin tidak adil untuk mencap semua pesepak bola Inggris bodoh karena kebodohan adalah milik umat manusia, bukan milik kalangan tertentu saja. Memang, para pesepak bola Inggris cenderung lebih bebal dan banal dalam melakukan aksinya. Akan tetapi, eksposur dari media-media yang berlebihan juga berperan dalam membuat stereotip ini seakan-akan menjadi kebenaran hakiki.
Faktanya, tak sedikit pesepak bola Inggris yang sebenarnya punya otak encer. Graeme Le Saux, misalnya, merupakan sosok yang akrab dengan dunia literasi. Kemudian, ada pula Wayne Rooney yang, meski kerapkali melakukan hal bodoh, tetap mampu menunjukkan kecerdasannya ketika diundang menjadi narasumber Sky Sports. Lalu, jangan lupakan pula Gary Neville yang kini menjadi pundit dan pengusaha sukses.
ADVERTISEMENT
Namun, karena kabar buruk adalah kabar baik, sisi positif ini jadi jarang terekspos. Alhasil, stereotipe bodoh dan bebal para pesepak bola ini pun menjadi langgeng.