news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pekerjaan Rumah FIFA dan Rusia di Piala Dunia 2018: Rasialisme

1 Juni 2018 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Rusia. (Foto: Mladen Antonov / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Rusia. (Foto: Mladen Antonov / AFP)
ADVERTISEMENT
Asosiasi Sepak Bola Rusia (RFU) dan FIFA harus bergerak cepat. Isu mengenai rasialissme yang cukup marak terjadi di Rusia harus segera dikurangi, jika ingin Piala Dunia 2018 kelak berjalan sesuai dengan harapan.
ADVERTISEMENT
FARE (Football Against Racism in Europe), sebuah badan yang menentang rasialisme di sepak bola Eropa, menelurkan sebuah data yang cukup menarik. Data ini berisikan tentang aksi-aksi rasialis yang terjadi di Rusia sepanjang musim 2017/2018.
Dari data tersebut, tampak bahwa aksi rasialis di Rusia, seiring dengan semakin dekatnya waktu penyelenggaraan Piala Dunia, mulai berkurang. Namun, data itu juga menunjukkan aksi rasialis yang terjadi di Rusia belum sepenuhnya hilang. Malah beberapa di antaranya yang masih masuk dalam kategori parah.
Data tentang Rasialisme di Rusia:
- Total dari 19 insiden nyanyian bernada hinaan terjadi selama musim 2017/2018
- Komite Disiplin Federasi Sepak Bola Rusia (RFU) memberikan hukuman larangan dua kali main kepada pemain dan pelatih yang bereaksi atas nyanyian bernada hinaan yang ditujukan kepada mereka
ADVERTISEMENT
- Beberapa komentar bernada rasialis diucapkan oleh pemain, manajemen klub, dan media Rusia
- Sebuah penyerangan terjadi dan diarahkan kepada kelompok suporter Irak yang berada di Orel.
Dari kesimpulan kasus-kasus di atas, tampak aksi-aksi rasialis masih terjadi di Rusia, bahkan ketika gelaran Piala Dunia 2018 tinggal menyisakan beberapa hari saja. Masih terjadinya aksi rasialis ini cukup disayangkan oleh Direktur Eksekutif FARE, Piara Powar.
"Ada beberapa alasan bagi kami untuk berharap agar otoritas yang bertugas di Piala Dunia nanti menindak secara tegas insiden-insiden rasialis yang terjadi, menggunakan segala sumber daya hukum dan keamanan yang ada," ujar Powar sebagaimana dilansir oleh BBC.
"Sayangnya, otoritas sepak bola di Rusia, bahkan FIFA, telah melewatkan peluang emas untuk mengubahnya jelang Piala Dunia dimulai," katanya menambahkan.
ADVERTISEMENT
Isu mengenai aksi rasialis di Rusia memang bukanlah sesuatu yang baru. Sejak lama, negara ini memang sudah dikenal sebagai negara yang tidak toleran terhadap kehadiran orang-orang asing. Contoh nyata terjadi pada saat Rusia bersua Prancis dalam laga uji tanding beberapa waktu lalu.
Berdasarkan pengakuan dari jurnalis foto Reuters yang hadir, saat itu terdengar ejekan-ejekan bernada binatang yang diarahkan kepada para pemain Prancis macam Anthony Martial, Paul Pogba, maupun N'Golo Kante. Ejekan semakin nyaring ketika pemain-pemain itu mengambil lemparan ke dalam dan tendangan penjuru. Ini belum ditambah dengan ejekan yang terjadi ketika laga Liga Champions dihelat di Rusia.
Jika Rusia dan FIFA gagal mengatasi hal ini, maka bisa diprediksi bahwa Piala Dunia 2018 nanti akan berjalan penuh kontroversi. Apalagi ada kabar yang mengungkapkan bahwa suporter ultras Rusia dan Argentina akan bergabung di Rusia nanti untuk melawan para hooligans dari Inggris.
ADVERTISEMENT