Pemain Muslim, (Bulan) Puasa, dan Final Liga Champions

23 Mei 2018 17:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi sujud Mohamed Salah. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi sujud Mohamed Salah. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan kerap dipandang sebagai sebuah momok bagi atlet sepak bola Muslim, apalagi yang bermain dan berkompetisi di Eropa. Namun, kenyataannya tidaklah selalu seperti itu.
ADVERTISEMENT
Khusus untuk 2018 ini, mulai dari pertengahan Mei 2018 sampai pertengahan Juni 2018, umat Muslim di seluruh dunia menjalani ibadah puasa Ramadan. Ketika berpuasa, orang yang menjalaninya dilarang untuk makan dan minum sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Hal ini dilakukan selama 30 hari atau kadang 29 hari.
Dengan pantangan seperti itu, cukup banyak keseharian yang berubah dari para umat Muslim yang menjalani ibadah puasa. Selain soal asupan nutrisi yang berkurang, waktu istirahat pun menjadi berkurang, karena ada ibadah sahur yang harus dilaksanakan, dan itu cukup menyita waktu tidur.
Menyoal perubahan dari keseharian selama bulan Ramadan ini, hal tersebut tidak hanya dialami oleh orang-orang awam saja. Para atlet sepak bola di seluruh belahan dunia juga mengalami hal sama.
ADVERTISEMENT
Terbayang rasa lemas yang menghantui para atlet ketika harus tetap beraktivitas di bulan puasa ini. Tergambar juga bayangan akan kelelahan karena waktu istirahat yang kurang. Namun, hal ini bukan menjadi sesuatu yang harus ditakuti. Toh, cukup banyak kiat-kiat yang bisa dijalani seorang atlet sepak bola agar aktivitas harian bisa dijalani dengan maksimal.
Dokter Tim Nasional Indonesia U-19, Dr. Ifran Akhmad, memberikan kiat-kiat agar seorang pesepak bola Muslim tetap dapat menjalankan ibadah puasa di tengah intensitas latihan harian yang berat. Dengan pengaturan yang tepat, dia percaya bahwa seorang atlet sepak bola dapat menjalani ibadah puasa dengan baik meski harus menjalani rutinitas latihan yang padat.
"Asupan makanan ketika sahur, dan ketika berbuka, diperhatikan. Ketika sahur, 'kan kita tahu makanan Indonesia seperti apa, jadi memang harus disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak (para pemain). Yang penting, sih, kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, dan segala macemnya dari anak-anak tetap terpenuhi," ujar Ifran ketika dihubungi kumparanBOLA, Rabu (23/5/2018).
ADVERTISEMENT
"Namun, dengan catatan minuman-minuman seperti teh, kopi, soda, dihindari, karena mengandung kafein yang bisa membuat orang gampang dehidrasi. Kafein juga merangsang untuk pengeluaran cairan dari dalam tubuh. Sebisa mungkin ketika sahur, minuman seperti itu dihindari," ungkapnya.
Ilustrasi Buka Puasa Bersama (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Buka Puasa Bersama (Foto: Thinkstock)
Selain soal waktu makan yang harus diperhatikan, soal pemilihan nutrisi yang harus masuk ke dalam tubuh juga menjadi faktor penentu kebugaran seorang pemain. Karbohidrat memang sumber energi utama, tapi sumber-sumber energi dari zat lain juga bisa menjadi alternatif lain. Cairan dan waktu istirahat juga menjadi hal penting lain yang harus diperhatikan.
"Terus, kalau untuk makanan, perbanyak protein dan lemak, karena lebih lama diserap dan dicerna, jadi bisa nahan lapar lebih lama. Beda dengan karbohidrat, meski cepat diserap, karbohidrat lebih cepat bikin lapar. Kecuali kalau karbohidrat kompleks kaya nasi, masih bisa. Dia lebih lama dicerna, tidak seperti karbohidrat sederhana," ujar Ifran.
ADVERTISEMENT
"Untuk cairan, minimal harus minum air putih lah, itu sudah bagus. Tapi nggak boleh minum banyak dalam satu waktu, karena bakal dikeluarin lewat kencing lebih cepat. Jadi dianjurkan dari buka sampai sahur itu minumnya sedikit tapi sering. Itu lebih bisa disimpan, daripada langsung minum banyak, karena harus sesuai dengan kebutuhan tubuh."
"Lalu istirahat juga harus cukup, tidur harus berkualitas, itu juga penting, Namanya sedang puasa, istirahat 'kan sedikit kurang, jadi istirahat harus cukup, apalagi aktivitas banyak," tambahnya.
Apa yang dianjurkan oleh Dr. Ifran ini serupa dengan apa yang pernah juga diutarakan oleh mantan dokter tim Liverpool, Zaf Iqbal. Repetisi konsumsi makanan dan minuman dalam jumlah kecil, serta jenis makanan yang harus dikonsumsi, akan memengaruhi kekuatan serta kesehatan pemain yang menjalani ibadah puasa.
ADVERTISEMENT
Menyoal atlet-atlet yang menjalankan ibadah puasa ini, kita bisa sedikit menilik panggung final Liga Champions musim 2017/2018. Dalam ajang yang akan dihelat di Stadion Olympic, Kiev, tersebut, ada beberapa pemain Muslim yang berada dalam kebimbangan. Pertandingan tersebut diadakan seturut dengan ibadah puasa tahun 2018 ini.
Pemain-pemain seperti Mohamed Salah, Sadio Mane, Karim Benzema, Achraf Hakimi, dan Emre Can adalah para pemain Muslim yang akan terlibat dalam partai final Liga Champions musim 2017/2018 yang dihelat di Kiev. Di antara lima pemain tersebut, Salah sudah memastikan diri akan tetap menjalani ibadah puasa. Hal ini dikonfirmasi oleh Daily Mirror dan juga El-Ahly, media dari Mesir.
Kepastian Salah menjalani ibadah puasa ini membuat dirinya tidak akan makan dan minum selama kurang lebih 18 jam, mengingat waktu musim panas di Eropa kerap menyajikan waktu berpuasa yang lebih lama dibandingkan di Indonesia. Kelelahan diprediksi akan menghantui Salah.
ADVERTISEMENT
Saat manajer Liverpool, Juergen Klopp, belum memastikan treatment seperti apa yang akan dia terapkan kepada Salah, pelatih Tim Nasional (Timnas) Mesir, Hector Cuper, sudah mengungkapkan bahwa dia sudah menyewa ahli nutrisi yang akan membantu dia mempersiapkan tim jelang Piala Dunia 2018.
"Kami akan mengatur dan memonitor makanan, minuman, serta waktu tidur mereka sehingga hal tersebut tidak akan berefek pada tubuh mereka. Mungkin ini akan menjadi sedikit masalah bagi pelatih, karena harus menyusun jadwal latihan sedemikan rupa, tapi kami tidak bisa melarang pemain menjalankan ibadah puasa Ramadan," ujar Cuper.
"Kami sedang berupaya dan mencari cara agar kelelahan ketika berpuasa ini tidak menyakiti tubuh pemain," tambahnya.
Sejauh ini, pemain Muslim lain seperti Mane, Hakimi, Can, maupun Benzema belum memastikan diri apakah akan menjalani ibadah puasa atau tidak (Mane kemungkinan besar akan tetap berpuasa). Namun, jika kelak mereka tetap berpuasa, hal tersebut tidak akan memberikan pengaruh banyak bagi para pemain, karena pada intinya, asal bisa menjaga makanan, minuman, dan waktu istirahat, tubuh tidak akan terpengaruh sedemikian rupa.
ADVERTISEMENT
Lagi pula, menurut Dr. Yacine Zerguini, seorang ahli ortopedi asal Aljazair, bukan hanya kondisi fisik yang memengaruhi kekuatan seseorang dalam berpuasa. Kondisi mental juga memberikan pengaruh yang tak kalah kuat. Semakin seorang pemain yakin bahwa dia tetap bisa beraktivitas seperti biasa, dia akan semakin kuat berpuasa, begitu juga sebaliknya.