Pemain-pemain Muda yang Siap Menggebrak Premier League 2019/20

8 Agustus 2019 13:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moise Kean, Mason Mount, Aaron Wan-Bissaka, Phil Foden, dan Youri Tielemans, lima pemain muda yang bisa menggegerkan Premier League musim 2019/20. Foto: Composite/AFP & Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Moise Kean, Mason Mount, Aaron Wan-Bissaka, Phil Foden, dan Youri Tielemans, lima pemain muda yang bisa menggegerkan Premier League musim 2019/20. Foto: Composite/AFP & Reuters
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Fase karier Matthew McConaughey sebagai aktor, barangkali, secara garis besar bisa dibagi menjadi tiga. Yang terbaru adalah era McConaissance, alias era di mana McConaughey akhirnya menjadi aktor papan atas Hollywood. Di era itulah kemampuan akting pria Texas itu benar-benar terlihat. Peran yang dia dapat pun lebih serius dibanding sebelumnya.
McConaissance hadir karena McConaughey sempat 'terpuruk' sebagai aktor. Ini adalah fase kedua, ketika dia lebih kerap bermain di film komedi romantis untuk memerankan karakter kaya stereotip. Dari film ke film, dia seperti selalu memerankan karakter yang sama dengan jalan cerita yang tak jauh berbeda.
Kemudian, ada Wooderson. Ini adalah momen di mana McConaughey pertama kali mencuat lewat film 'Dazed and Confused' besutan Richard Linklater. Dalam film tersebut McConaughey memerankan pecundang yang sok keren bernama David Wooderson.
ADVERTISEMENT
Wooderson sebenarnya bukan karakter utama di 'Dazed and Confused' karena film tersebut mengisahkan kehidupan anak-anak SMA yang tengah merayakan hari terakhir bersekolah. Wooderson di situ hadir sebagai sebuah pengingat bahwa apabila anak-anak itu tidak bisa menjalani transisi kehidupan dengan baik, mereka akan menjadi sepertinya.
Namun, terlepas dari itu, Wooderson adalah sosok menyenangkan. Dia supel dan selalu berusaha untuk bertingkah lebih muda dari usianya. Dia pun memandang dunia sebagai lantai dansa raksasa, di mana semua orang sudah semestinya selalu berpesta.
Tak aneh jika kemudian Wooderson jadi karakter paling ikonik dalam film tersebut. Menjadi tua itu menyebalkan dan Wooderson secara konstan melakukan penyangkalan terhadap fakta yang bisa dengan mudah dia saksikan di cermin kamarnya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, penyangkalan Wooderson itu muncul karena dia adalah seorang optimis yang naif. Kata-katanya soal gadis-gadis SMA itu adalah bentuk keyakinan yang tak bisa dibuat-buat. Dia boleh saja terus menua, tetapi dia tahu dunia akan tetap baik-baik saja karena anak-anak muda akan selalu ada.
Nah, di sepak bola pun begitu keadaannya.
Premier League 2019/20 akan dimulai pada Sabtu (10/8) dini hari WIB. Kompetisi ini pada dasarnya memang sudah menarik dan menyenangkan berkat kehadiran bintang-bintang di dalamnya. Namun, bintang-bintang itu bukan satu-satunya daya tarik dari Premier League.
Keberadaan pemain-pemain muda penuh potensi juga membuat Premier League jadi semakin menarik untuk diikuti. Musim ini, pemain muda yang siap meledak pun jumlahnya terus bertambah, termasuk mereka yang didatangkan dari kompetisi lain. Lewat artikel ini, kumparanBOLA berniat memperkenalkan mereka kepada Anda.
ADVERTISEMENT
1) Moise Kean (19, Everton)
Moise Kean, pemain anyar Everton di musim panas 2019. Foto: Twitter / @Everton
Nama Moise Kean menjadi buah bibir pada paruh kedua musim 2018/19 lewat serentetan golnya, baik untuk Juventus maupun Timnas Italia. Tercatat, Kean mampu mengemas 6 gol dari 13 penampilan (5 kali sebagai starter) untuk 'Si Nyonya Tua'.
Kean pun dipandang sebagai penyerang masa depan Juventus. Keberadaannya jadi jaminan bahwa lini depan Juventus tidak akan bermasalah di kemudian hari. Akan tetapi, alih-alih dijaga dan dipertahankan, Kean justru dilepas oleh Juventus dengan harga 25 juta poundsterling ke Everton.
Banyak yang menyayangkan keputusan Juventus itu mengingat besarnya potensi Kean. Insting mencetak golnya sangat bagus, penempatan posisinya brilian, dan dia dianugerahi fisik yang sangat baik. Kean kuat, cepat, dan sanggup berduel dengan pemain-pemain belakang lawan. Usianya baru 19 tahun tetapi dia tampak sudah matang.
ADVERTISEMENT
Keputusan Juventus tadi lantas jadi keuntungan besar buat Everton. Salah satu kelemahan terbesar The Toffees sejak ditinggal Romelu Lukaku Bolingoli adalah ketiadaan bomber tajam. Mereka sebenarnya sudah berusaha mencari pengganti, salah satunya lewat Cenk Tosun, tetapi upaya itu belum berbuah hasil.
Kean datang di saat yang tepat. Everton saat ini memiliki proyek untuk mengembalikan kejayaan yang sudah lama lenyap. Mereka punya pelatih bagus dalam diri Marco Silva dan pemain-pemain yang kompetitif macam Andre Gomes, Richarlison, serta Fabian Delph.
Everton punya ambisi dan ambisi itu sejalan dengan apa yang ada di pikiran Kean. Di usia yang masih sangat muda, Kean tentunya tidak bisa sepenuhnya diharapkan, tetapi dengan penanganan yang tepat dia bakal jadi senjata mematikan bagi Everton untuk memenuhi ambisinya.
ADVERTISEMENT
2) Mason Mount (20, Chelsea)
Para pemain Chelsea merayakan gol Mason Mount ke gawang Reading di laga persahabatan. Foto: Reuters/Andrew Couldridge
Jika larangan transfer yang dijatuhkan oleh FIFA kepada Chelsea adalah awan mendung, maka Mason Mount adalah garis keperakan yang tampak di sana. Datang usai disekolahkan di Derby County, Mount kini diharapkan mampu bersinar di Premier League bersama Frank Lampard.
Potensi Mount memang sangat besar. Sebagai seorang gelandang tengah, dia memiliki gaya bermain mirip dengan Lampard yang jadi pelatihnya baik di Derby maupun di Chelsea. Umpan-umpannya akurat, sepakannya terukur, dan pergerakannya sangat bagus.
Selain itu, Mount sendiri sebenarnya sudah punya cukup pengalaman berlaga di level tertinggi. Walaupun musim lalu 'hanya' berkompetisi di Championship, pada musim 2017/18, dia sudah merasakan Liga Europa kala dipinjamkan ke Vitesse. Walaupun baru berusia 20 tahun, Mount sudah tak asing lagi dengan yang namanya tekanan.
ADVERTISEMENT
Chelsea selama ini dikritik karena doyan menimbun pemain dan meminjamkannya ke klub lain. Namun, di situasi sulit seperti ini, kebijakan tersebut ternyata ada gunanya. Mount dijamin akan mendapat kesempatan unjuk gigi musim ini, tetapi seberapa besar porsinya akan tergantung pada kebijaksanaan sang pelatih.
3) Aaron Wan-Bissaka (21, Manchester United)
Aaron Wan-Bissaka membela Manchester United di ajang ICC 2019. Foto: AFP/Roslan Rahman
Aaron Wan-Bissaka sudah menunjukkan kemahirannya bermain sebagai bek kanan pada musim lalu bersama Crystal Palace. Menurut catatan WhoScored, Wan-Bissaka sanggup melakukan sampai 9,8 aksi defensif yang meliputi tekel, intersep, dan sapuan dalam setiap pertandingannya.
Tak hanya itu, Wan-Bissaka juga rajin membantu serangan, terutama lewat dribelnya. Tampil 35 kali di liga, Wan-Bissaka mampu membukukan 1,7 dribel sukses di tiap laganya. Hasilnya, 3 assist sukses dia koleksi sepanjang musim.
ADVERTISEMENT
Seperti itulah gambaran kemampuan Wan-Bissaka. Manchester United, meski harus merogoh kocek cukup dalam, telah mendapatkan pemain yang bisa diandalkan sampai belasan tahun ke depan. Bagi Wan-Bissaka sendiri, pindah ke United adalah kesempatan untuk menahbiskan diri jadi pemain belakang papan atas, tak cuma di Inggris tetapi juga di Eropa.
Dari apa yang terlihat pada masa pramusim, Wan-Bissaka tampak seperti sebuah pembelian berhasil. Berulang kali dia menunjukkan bahwa dia layak dihargai mahal. Namun, tentu saja, kompetisi resmi bakal berbeda. Ujian bagi Wan-Bissaka itu pun bakal segera tiba.
4) Phil Foden (19, Manchester City)
Pemain muda Manchester City, Phil Foden, di laga melawan Cardiff. Foto: REUTERS/Phil Noble
Pep Guardiola menyebut Phil Foden sebagai pemain paling bertalenta yang pernah dia saksikan dan, barangkali, dia tidak berlebihan. Sebab, kenyataannya Foden memang memiliki potensi amat besar.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang gelandang serang, Foden punya perpaduan teknik, kecerdasan, dan kecepatan. Ini adalah kombinasi yang mengerikan untuk dihadapi. Terlebih, Foden bermain di tim seperti Manchester City yang mampu mengakomodasi kelebihan-kelebihan itu dengan baik.
Musim 2019/20 nanti, Foden jelas masih belum akan jadi pilihan pertama Guardiola. Namun, kesempatannya untuk mendapat menit bermain lebih banyak sangat besar. Penyebabnya, karena David Silva semakin uzur dan Kevin de Bruyne makin gampang terserang cedera.
Itulah celah yang harus dimanfaatkan Foden. Kuncinya ada dua: kesabaran dan konsistensi. Jika itu bisa ditunjukkan Foden, bukan mustahil tempat di tim inti bakal jadi miliknya lebih cepat.
5) Pemuda-pemuda Leicester City
James Maddison mengenakan jersi tandang Leicester City 2019/20. Foto: Dok. Leicester City
Ketika kita berbicara soal pemuda-pemuda Leicester City, nama-nama yang dimaksud adalah Youri Tielemans (22), James Maddison (22), Wilfried Ndidi (22), Ben Chilwell (22), Harvey Barnes (21), serta Hamza Choudhoury (21). Mereka memang harus disebut sebagai sebuah grup karena di usia yang masih muda, keenamnya telah menjadi kunci permainan bagi The Foxes.
ADVERTISEMENT
Dari enam nama tersebut, hanya Choudhoury yang terancam tidak akan menjadi pemain inti musim ini. Sebab, Leicester saat ini tengah merampugkan proses pembelian Dennis Praet dari Sampdoria. Sementara, pemain-pemain lain posisinya lebih aman.
Tielemans adalah seorang pengatur serangan yang juga piawai mencetak gol. Maddison pun begitu, meskipun dengan cara berbeda. Jika Tielemans lebih banyak mengandalkan umpan, Maddison punya senjata berupa kemauan dan kemampuan untuk melakukan penetrasi. Itulah mengapa dia bisa juga dimainkan di sayap.
Kemudian, Chilwell dan Barnes sama-sama beroperasi di sayap. Chilwell adalah seorang bek sayap yang sangat lihai dalam membantu serangan, sementara Barnes punya kecepatan serta kemampuan dribel yang bisa merepotkan pertahanan lawan. Terakhir, ada Ndidi yang bertugas sebagai 'tukang pukul' sekaligus pendaur ulang permainan.
ADVERTISEMENT
Dengan komposisi yang segar seperti ini, Leicester asuhan Brendan Rodgers sebenarnya sudah lebih kuat ketimbang Leicester besutan Claudio Ranieri yang menjadi juara liga tiga tahun silam. Namun, keadaan sudah berubah. Untuk jadi juara lagi, kans Leicester amat kecil, tetapi setidaknya mereka memiliki peluang untuk jadi anggota Big Six di akhir musim.
Honorable Mentions: Max Aarons (19, Norwich City), Tammy Abraham (21, Chelsea), Mason Greenwood (17, Manchester United), Ryan Sessegnon (19, Tottenham Hotspur), Morgan Gibbs-White (19, Wolverhampton Wanderers), Patrick Cutrone (21, Wolverhampton Wanderers)