Perjuangan Benteng Mania Mengakhiri Belenggu Fatwa Haram MUI

28 Juni 2019 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Benteng mania, pendukung Persikota Tangerang. Foto: Instagram /@persikota.fansfanatic
zoom-in-whitePerbesar
Benteng mania, pendukung Persikota Tangerang. Foto: Instagram /@persikota.fansfanatic
ADVERTISEMENT
Sepak bola di Tangerang seketika menemui ajalnya alias mati pada pertengahan 2012. Kepolisian tak lagi mengeluarkan izin untuk menggelar pertandingan sepak bola. Tak hanya itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang bahkan sampai mengeluarkan fatwa haram terhadap sepak bola di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
Pada awal 2000-an, Tangerang sejatinya menjadi salah satu kota dengan dua klub di kompetisi tertinggi nasional. Mereka adalah Persikota dan Persita yang kala itu berlaga di Divisi Utama.
Namun, tampilnya dua tim itu membuat gengsi sangatlah besar. Gengsi itu juga yang berimbas kepada pendukung dua kesebelasan. Benteng Mania (Persikota) dan Laskar Benteng Viola (Persita) acapkali terlibat kerusuhan.
Keributan bahkan tak hanya terjadi kala kedua tim bersua. Bila Persita sedang main di Stadion Benteng tak jarang keributan terjadi setelah pertandingan. Kejadian itu berlaku juga ketika Persikota main di stadion serupa.
Keputusan pelarangan sepak bola di Tangerang itu sangat merugikan kedua klub. Persita mampu melanjutkan hidupnya dengan menjadi tim nomaden. Karawang, Cilegon, bahkan hingga ke Kuningan (Jawa Barat) pernah dijadikan markas bagi 'Pendekar Cisadane'.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana dengan Persikota? Berbeda dengan Persita, nasib si 'Bayi Ajaib' jauh lebih tragis. Persikota mati terhitung sejak 2014.
Meski bukan menjadi satu-satunya faktor penyebab kolapsnya Persikota, fatwa haram dari MUI Tangerang itu memberikan dampak cukup besar. "Persikota vakum bukan karena utang. Tapi karena memang mati begitu saja. Terlepas dari hubungan yang tidak harmonis dengan beberapa stakeholder seperti MUI misalnya," ucap Sekertaris Benteng Mania, Ronny Suryanegara, kepada kumparanBOLA.
Kendati demikian, vakumnya Persikota tak lantas mematikan Benteng Mania. Semangat yang tinggi dari Benteng Mania itu yang akhrinya membuat Persikota bangkit setelah dua tahun vakum. Mereka juga berikrar untuk memperbaiki diri.
Masa-masa emas Persikota Foto: Putri Sarah/kumparan
"Kami buktikan dengan melakukan bakti sosial. Kami lakukan kopi darat, kami juga membantu kerja bakti di kampung-kampung. Kami aktif di Karang Taruna juga. Kami mulai dengan kebanggaan," ucap Ronny yang juga merupakan Sekretaris Tim Persikota.
ADVERTISEMENT
Tak hanya banyak melakukan kegiatan sosial, Benteng Mania juga berbenah dengan mengubah seluruh struktur organisasinya. Hingga kini, sudah ada 2.500 member Benteng Mania yang sudah memiliki kartu anggota.
"Suporter ikut menyumbang dana ketika Persikota bangkit. Mereka nyumbang sesuai dengan kapasitas yang ada. Ada yang 5 ribu rupiah, ada yang 10 ribu rupiah. Mereka galang dana untuk Persikota," tutur Ronny.
"Kegairahan kepada Persikota tetap dijaga oleh Benteng Mania. Oleh karena itu di tahun 2016, Persikota kembali lagi karena suporter. Bisa dibilang kebangkitan Persikota berasal dari suporternya," katanya.
Hubungan dengan para pemangku kepentingan di Tangerang juga tengah diperbaiki oleh Benteng Mania. Guna membawa sepak bola Tangerang ke arah lebih baik, Benteng Mania menyatakan sudah berdamai dengan saudara tua mereka, Laskar Benteng Viola.
ADVERTISEMENT
"Pada tahun 2016, kami bertanya soal fatwa haram itu ke MUI. Ternyata yang ada bukan fatwa tetapi imbauan haram menyelenggarakan sepak bola. Ternyata tidak ada fatwa, yang ada surat imbauan, dan itu kami tak pernah memegang suratnya," ujar Ronny.
Benteng Mania pendukung Persikota. Foto: Instagram/@persikota.fansfanatic
"Kami audiensi dengan MUI, bersama dengan Laskar Benteng Viola, dan kami berkomitmen damai. Viola punya komitmen yang sama, lalu kami deklarasi damai di depan Stadion Benteng dengan membuat pakta integritas. MUI menyambut baik. Kami tak hanya ke MUI, tapi juga ke Polres Tangerang dan Kodim, semua pihak sudah didatangi," tambah Ronny.
Komitmen dua kelompok pendukung itu pun seperti mengembuskan angin segar bagi sepak bola Tangerang. Terbukti, Persita kini bisa nyaman berlaga di Liga 2 dengan bermain di stadion barunya, sementara Persikota mencoba memulainya kembali dari Liga 3 Asprov Banten.
ADVERTISEMENT