Permainan Buruk pada Babak Kedua Jadi Sumber Kekalahan Juventus

21 Februari 2019 11:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kekecewaan para pemain Juventus usai kalah 0-2 dari Atletico Madrid. Foto: REUTERS/Sergio Perez
zoom-in-whitePerbesar
Kekecewaan para pemain Juventus usai kalah 0-2 dari Atletico Madrid. Foto: REUTERS/Sergio Perez
ADVERTISEMENT
Liga Champions 2018/19 seketika menjadi arena yang mengerikan bagi Juventus. Kekalahan 0-2 dari Atletico Madrid pada leg pertama babak 16 besar itu yang menjadi penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Wanda Metropolitano benar-benar menggila. Kalau mengambil istilah yang digunakan Diego Simeone, stadion ini bererupsi. Jose Gimenez dan Diego Godin adalah kesatria yang melesakkan gol ke gawang Juventus. Keduanya berubah rupa menjadi ujung-ujung tombak yang menikam 'Si Nyonya Tua'.
Sebenarnya ini cerita klasik. Mereka yang menguasai pertandingan, tampil menekan di sepanjang laga, bahkan merepotkan lawan dengan rangkaian serangan yang hampir tak ada habisnya justru menutup pertandingan dengan memanggul kekalahan.
Itu pula yang terjadi pada Juventus. Sebenarnya untuk urusan agresivitas, Juventus dan Atletico tak berbeda jauh. Bila Juventus melepaskan 14 upaya tembakan, Atletico mencatatkan 13 percobaan tembakan.
Para pemain Atletico Madrid setelah lawan Juventus. Foto: REUTERS/Sergio Perez
Tapi dalam sepak bola, urusan banyak-banyakan hanya terbatas pada gol. Tak peduli sebanyak apa pun upaya itu, siapa yang paling mampu memanfaatkan peluang, dialah yang menang. Atletico membuktikannya.
ADVERTISEMENT
Tanda-tanda kekalahan Juventus sebenarnya muncul pada babak kedua. Di sepanjang waktu normal pasca-turun minum, Juventus memang membuat tujuh upaya tembakan.
Yang menjadi masalah, tak satu pun upaya tersebut tercatat sebagai tembakan mengarah gawang. Baru pada injury time mereka mampu melepaskan tembakan tepat sasaran.
Hanya, itu semua sudah terlambat. Atletico yang secara mengejutkan bermain spartan sudah terlanjur memaksa Wojciech Szczesny dua kali memungut bola dari gawangnya sendiri.
Situasi demikianlah yang disadari oleh sang pelatih, Massimiliano Allegri. Ia sadar timnya tampil meledak-ledak. Tapi baginya, ledakan itu belum cukup hebat untuk membuat lawan kehilangan angka.
Allegri senang Juventus menang. Foto: Reuters/Massimo Pinca
"Kami sudah melepaskan ancaman-ancaman dari segala area. Tapi yang menjadi masalah, kami tidak mampu melepaskan tembakan mengarah gawang di sepanjang (waktu normal) babak kedua. Atletico sangat agresif dalam memanfaatkan situasi bola mati dan permainan mereka hari ini benar-benar mengagetkan kami," jelas Allegri, dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
"Pendekatan yang kami lakukan di babak kedua salah. Sesederhana itu sumber masalahnya. Hal-hal macam itu memang bisa terjadi. Kekecewaan besar akibat kekalahan 0-2 memang muncul sebagai akibatnya."
"Situasi kami tidak mudah setelah ini, kami harus tampil luar biasa pada leg kedua. Sulit, memang, tapi kami bisa melakukannya dan harus percaya dengan kekuatan tim sendiri," ucap Allegri.
Comeback memang bukan hal mustahil di arena Liga Champions. Perempat final musim 2014/15 menjadi contoh. Kala itu, FC Porto tampil menggebrak dan membungkus kemenangan 3-1 atas Bayern Muenchen pada putaran pertama.
Tapi, yang paling pasti di atas lapangan bola adalah ketidakpastian itu sendiri. Muenchen bangkit pada leg kedua dan menyegel kemenangan telak 6-1.
ADVERTISEMENT
Pun dengan yang terjadi pada babak 16 besar musim 2012/13. Gol Kevin-Prince Boateng dan Sulley Muntari mengantarkan AC Milan rengkuh kemenangan 2-0 atas Barcelona pada leg pertama.
Hanya, kekalahan itu dibayar lunas beserta bunga-bunganya oleh Barcelona di Camp Nou. Apa boleh buat, Milan gigit jari. Kemenangan 4-0 mengantarkan Barcelona bertarung ke perempat final.
Keajaiban serupa kembali diulang Barcelona pada babak 16 besar musim 2016/17. Takluk 0-4 dari Paris Saint-Germain (PSG) di leg pertama, mereka bangkit dengan mengukir kemenangan 6-1 pada putaran kedua.
Yang paling segar, tentu epos AS Roma pada laga perempat final musim 2017/18. Kali ini, Barcelona-lah yang dihajar comecack lawan. El Barca mengamankan kemenangan menjanjikan 4-1 pada leg pertama.
ADVERTISEMENT
Namun, asa untuk melangkah ke semifinal buyar karena pada leg kedua, Roma bangkit dan menghukum mereka dengan kekalahan 0-3.
Yang menjadi highlight tentu keberhasilan Kostas Manolas dan Daniele De Rossi membalas dosa gol bunuh diri mereka pada leg pertama. Ya, di putaran penentuan itu, keduanya menjadi pahlawan berkat dua gol yang mereka torehkan.
Bila Kota Roma sanggup bangkit dari reruntuhan, bukannya tak mungkin Turin juga mampu membuktikan bahwa satu kekalahan tak akan membuat mereka takluk di hadapan lawan.
Tak ada yang paham apa yang bakal terjadi pada putaran kedua. Bisa saja Juventus membukukan kemenangan yang menjungkalkan Atletico atau bukannya tak mungkin para penggawa Simeone mencatatkan sejarah dengan menimang trofi Liga Champions pertama mereka.
ADVERTISEMENT
Segala tanda tanya yang belum terjawab itulah yang membikin sepak bola tak kehilangan cinta dari para penikmatnya.