Persembahan Pelatih Aston Villa untuk Ayahnya yang Mengidap Demensia

28 Mei 2019 8:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dean Smith, pelatih yang mengantarkan Aston Villa promosi ke Premier League. Foto: Action Images via Reuters/Tony O'Brien
zoom-in-whitePerbesar
Dean Smith, pelatih yang mengantarkan Aston Villa promosi ke Premier League. Foto: Action Images via Reuters/Tony O'Brien
ADVERTISEMENT
Sebelum dikenal sebagai penulis dan bergabung dengan pejuang hak ras kulit hitam di Amerika Serikat bersama Malcom X dan Martin Luther King Junior, Maya Angelou pernah merasakan hidup sebagai koki, pekerja seks komersial, penari di klub malam, bagian dari pentas opera, pernah pula bekerja untuk organisasi gereja, hingga jurnalis.
ADVERTISEMENT
Segala pekerjaan itu diambil Angelou karena dia tak memiliki pilihan. Dia melakukan apa saja demi mendapatkan uang. Masa mudanya cukup berantakan, lagipula. Ketika masih kecil, dia sudah dihadapkan dengan masalah sebesar rasialisme dan keluarga yang berantakan. Saat remaja, pacar ibunya sempat berusaha memerkosanya.
Dari pengalaman itu, sosok kelahiran 1928 itu sadar bahwa hanya sedikit yang sebenarnya bisa dikendalikan satu manusia. Apakah itu menyeramkan? Iya.
Tetapi, tanpa itu semua, Angelou takkan bisa menulis buku berjudul "I Know Why the Caged Bird Sings" pada 1969 dan dari buku itulah nama Angelou dikenal dunia. Kemudian Angelou menjadi langganan nominasi Pulitzer dan dia pun sadar bahwa kejadian-kejadian yang bersifat acak dan tak dapat dikontrol juga merupakan sumber keindahan dalam hidup ini.
ADVERTISEMENT
Di waktu, tempat, dan medan pertempuran yang berbeda, ada Dean Smith. Ketika Smith masih kecil, Ron -- ayahnya -- bekerja untuk Aston Villa sebagai pelayan. Smith sering membantu ayahnya membersihkan tangga di Villa Park. Dari sinilah rasa cinta Smith terhadap tim berjuluk The Claret and Blue itu muncul.
Kemudian takdir memberikan kejutan kepada Smith. Akibat hasil-hasil buruk, Steve Bruce dipecat dari kursi pelatih utama Villa pada Oktober 2018. Kemudian Smith masuk mengisi posisi yang lowong dan membawa John Terry sebagai tangan kanannya.
Dean Smith di tepi lapangan bersama John Terry. Foto: Action Images via Reuters/Ed Sykes
Perjalanan Villa di era Smith begitu manis. Smith menjadi idola di pub-pub Birmingham karena statusnya sebagai akamsi (anak kampung sini). Selain itu, Jack Grealish cs. berhasil mengakhiri musim di posisi ke-5 Championship, sehingga bisa masuk ke babak play-off demi memperebutkan satu tempat ke Premier League 2019/20.
ADVERTISEMENT
Di babak semifinal, semua berjalan mulus. Villa menang 4-3 atas rivalnya, West Bromwich Albion, di babak adu penalti setelah ditahan imbang 2-2 secara agregat.
Harusnya, keberhasilan Villa musim ini menjadi momen manis bagi Smith dan Ron. Akan tetapi, tidak. Sendu biru malah menyelimuti sesi wawancara pers pralaga melawan Derby County pada Minggu (26/5/2019) silam.
"Sayangnya, karena dia (Ron) menderita demensia, dia tak tahu bahwa saya sekarang sudah menjadi pelatih utama Villa. Mungkin, inilah bagian terberatnya untuk saya. Saya ingat... mohon maaf, sebentar," ucap Smith. Dia menghela napas panjang dan menahan air turun dari matanya. Suaranya pun terasa berat.
Kemudian Smith melanjutkan omongannya. Smith bicara saat dia mengantarkan Walsall ke final Piala EFL pada 2015 silam. "Setelah final, saya harus buru-buru pergi dan membantu ayah saya tidur. Saya merasa semua orang bakal sulit melakukan itu." Smith berdehem, suaranya kini terdengar serak.
ADVERTISEMENT
"Untuk saat ini, saya bakal meminggirkan keluarga saya sejenak dan fokus dengan Aston Villa." Ucapan Smith sukses menciptakan hening. "Maaf," katanya, kemudian tertawa untuk memecah sunyi. "Tadi, saya sudah bikin ruangan ini terasa sendu, ya?"
Sebenarnya, Ron tak betul-betul ditepikan Smith. Malah, Jumat (24/5) lalu, Smith masih sempat berkunjung ke rumah ayahnya untuk mengikrarkan sebuah janji. Janji itu kemudian menjadi kenyataan pada Senin (27/5/2019) malam WIB di Wembley.
Para pemain Aston Villa merayakan kemenangan di final babak play-off Championship musim ini. Foto: Action Images via Reuters/Ed Sykes
Hari itu, Villa menggenggam tiket promosi ke Premier League setelah mengalahkan Derby 2-1. Demensia adalah penyakit yang tak bisa diobati dan menyerang cara kerja otak dalam berinteraksi, berpikir juga mengingat. Smith tak yakin apakah Ron masih ingat dengan janji itu. Yang dia tahu, dia telah berjuang keras untuk ayahnya.
ADVERTISEMENT
"Saya ketemu ayah tua saya Jumat kemarin dan matanya sempat terjaga selama dua menit. Saya bilang, 'Nanti, kalau saya datang lagi, saya sudah menjadi manajer Premier League. Dia tersenyum, itulah yang saya ingat," ucap Smith.
"Saya harap ada penjelasan soal senyumnya, tetapi saya tahu penyakit yang dia derita itu serius. Bagi saya, itu cukup. Kemudian nasib berjalan keiringan. Terakhir kali saya ke sini, akhirnya tak bagus. Tim saya waktu itu, Walsall, kalah 0-2 di final. Sekarang saya di sini, tim saya menangi final babak play-off, dan saya menjadi manajer Premier League."
"Susah dipercaya, ya? Tim ini memiliki potensi besar dan pantas di Premier League," tutup Smith. Dia tersenyum senang dan tenang. Tatapannya kini penuh keyakinan. Sepak bola telah memberikannya tenaga untuk melanjutkan hidup. Tenaga untuk terus berjuang demi membanggakan sang ayah.
ADVERTISEMENT