Persoalan Bakayoko, Persoalan Chelsea

6 Februari 2018 18:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi Bakayoko usai melakukan pelanggaran. (Foto: David Klein / Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Bakayoko usai melakukan pelanggaran. (Foto: David Klein / Reuters)
ADVERTISEMENT
Laga Chelsea vs Watford tak memberikan kesan yang apik bagi Tiemoue Bakayoko.
ADVERTISEMENT
Dalam laga yang digelar di Vicarage Road, Selasa (6/2/2018) dini hari WIB, Bakayoko dipilih manajer Chelsea, Antonio Conte, untuk tampil sejak menit pertama. Apesnya, pilihan Conte justru disia-siakan Bakayoko dengan hanya bermain selama 30 menit.
Selama 30 menit berada di lapangan, Bakayoko mendapatkan dua kartu kuning. Satu akibat pelanggaran keras terhadap Etienne Capoue dan satunya lagi kepada Richarlison. Dengan dua kartu kuning, ia otomatis mendapatkan kartu merah sekaligus membuatnya diusir lapangan.
Bakayoko menuju ruang ganti dengan langkah gontai dan wajah penuh penyesalan. Ditemani oleh salah satu staf Chelsea, ia tampak membuang kedua sarung tangannya menjelang masuk lorong menuju ruang ganti.
Laga melawan Watford semakin menyedihkan lantaran statistik Bakayoko begitu buruk. Menurut Whoscored, ia hanya memiliki akurasi umpan 67%, 28 kali sentuhan bola, dan dua kali kehilangan bola.
ADVERTISEMENT
Catatan buruk Bakayoko tidak hanya terjadi dalam laga ini. Sebelumnya, saat menghadapi Bournemouth, ia hanya memiliki akurasi tekel sukses sebanyak 50% dan berperan besar atas terjadinya gol pertama Bournemouth yang diciptakan oleh Callum Wilson.
Penampilan dua laga setidaknya bisa menjadi cermin bahwa apa yang diperlihatkan oleh Bakayoko di bawah ekspektasi tinggi yang dibebankan oleh Chelsea.
Ekspektasi tinggi yang diharapkan oleh Chelsea sebenarnya bukan tanpa alasan. Tiga musim memperkuat AS Monaco, Bakayoko dikenal sebagai salah satu gelandang tengah terbaik di Prancis maupun Eropa.
Di Monaco, Bakayoko dikenal memiliki kemampuan membaca pergerakan lawan dan memotong umpan. Tak hanya itu, ia juga dikenal apik saat mengirim umpan pendek maupun menginisiasi serangan balik.
ADVERTISEMENT
Oleh manajer Monaco, Leonardo Jardim, Bakayoko difungsikan sebagai gelandang box to box. Selain membantu lini belakang ketika diserang lawan, ia juga diwajibkan untuk masuk ke kotak penalti lawan ketika menekan.
Liga Champions 2016/17 jadi salah satu momen terbaik Bakayoko bersama Monaco. Tampil bersama Fabinho di lini tengah, ia membawa Monaco melaju hingga partai semifinal sebelum dikalahkan oleh Juventus.
Di Liga Champions 2016/17 pula, Bakayoko mencatatkan statistik yang fenomenal. Ia mengoleksi 30 intersep, 15 sapuan, dan menjadi gelandang yang paling banyak mencatatkan kemenangan duel.
Penampilan apik Bakayoko bersama Monaco membuat Chelsea kepincut. Dengan bukti yang ditunjukkan selama bermain di Liga Champions, mereka berani menebus banderol senilai 40 juta poundsterling yang dipasang oleh Monaco.
ADVERTISEMENT
Dasar nasib Chelsea saja yang apes, penampilan Bakayoko justru menurun. Dari 24 pertandingan yang sudah dimainkan, ia jarang membuat Conte terkesan.
Secara umum, peran yang diberikan kepada Bakayoko di Chelsea tak jauh berbeda dengan yang ia jalani di Monaco. Di Chelsea, ia juga diberi Conte peran sebagai gelandang box to box.
Masalahnya, karakteristik permainan Chelsea berbeda dengan Monaco. Jika di Monaco ia diberi kebebasan saat memegang bola, tidaknya hal dengan tugasnya di Chelsea. Di Chelsea, ia diperintah untuk mengirimkan umpan ke Cesc Fabregas yang bertugas sebagai pembagi bola.
Persoalan Bakayoko semakin bertambah karena ia harus memerankan peran yang tak sesuai dengan gaya permainannya. Di Chelsea, ia lebih difokuskan untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan pertahanan, berbeda dengan tugas yang ia emban di Monaco.
ADVERTISEMENT
Bermain dalam posisi tersebut membuatnya tak nyaman. Hingga 24 pertandingan yang ia mainkan musim ini, ia tak sekali dua kali menunjukkan kekurangannya ketika bertugas dalam peran yang begitu defensif.
Persoalan Bakayoko bertambah dengan kenyataan bahwa ia harus bermain dalam ruang yang lebih sempit. Hal tersebut dilakukan oleh Conte karena mereka telah memiliki N’Golo Kante, yang memiliki mobilitas lebih tinggi ketimbang Bakayoko.
Buruknya kesadaran posisi Bakayoko menjadi hal lain yang membuat Chelsea merugi. Hal minor itu sering membuat lubang di antara lini tengah dan belakang The Blues.
Dalam laga dua laga terakhir, menghadapi Watford dan Bournemouth, Bakayoko tampak beberapa kali melakukan kesalahan fatal. Salah satu yang begitu membahayakan adalah kesalahannya saat memberikan bola kepada Gerard Deulofeu pada menit keempat.
ADVERTISEMENT
Persoalan Bakayoko tak lahir dengan sendirinya. Selayaknya masalah-masalah yang lain, ada faktor internal dan eksternal yang berpengaruh. Nah, dalam kasus Bakayoko, banyak yang beranggapan bahwa saat ini adalah momen beradaptasinya dengan sepak bola Inggris.
Meski demikian, soal adaptasi tak bisa sepenuhnya dijadikan sebagai alasan kegagalan. Baik Bakayoko maupun Conte harus berubah lebih baik demi memperbaiki penampilan Chelsea yang tak kunjung memuaskan.