Piala Dunia 1982: Pelanggaran Tak Termaafkan Toni Schumacher

9 Mei 2018 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tabrakan Harald Schumacher dan Patrick Battiston. (Foto: AFP/Staff)
zoom-in-whitePerbesar
Tabrakan Harald Schumacher dan Patrick Battiston. (Foto: AFP/Staff)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi sebagian orang Prancis, ada orang Jerman yang menurut mereka lebih pantas untuk dibenci dibanding Adolf Hitler. Dia adalah Harald 'Toni' Schumacher, kiper Jerman era 1980-an dulu.
ADVERTISEMENT
'Kemenangan' Schumacher atas Hitler itu jelas berlebihan. Biar bagaimana pun, Hitler adalah salah satu monster paling mematikan dalam sejarah peradaban manusia. Namun, jikalau orang-orang Prancis lebih membenci Schumacher, itu pun bisa dimaklumi karena apa yang dilakukannya di Sevilla pada 8 Juli 1982 juga pantas masuk kategori mengerikan.
Cuaca musim panas di Sevilla benar-benar jahanam hari itu, seakan menjadi pertanda bahwa Estadio Ramon Sanchez Pizjuan bakal menggelar sebuah laga panas yang mempertemukan dua generasi emas. Prancis bertemu Jerman Barat dalam laga semifinal Piala Dunia 1982.
Daftar susunan pemain diisi nama-nama besar. Dari kubu Jerman, selain Schumacher, ada nama Paul Breitner, Hans-Peter Briegel, Felix Magath, dan Pierre Littbarski. Prancis, sementara itu, memainkan Marius Tresor, Jean Tigana, Alain Giresse, dan Michel Platini. Dari situ saja sudah terbayang laga seperti apa yang bakal terlaksana.
ADVERTISEMENT
Dengan kekuatan yang seimbang, kedua kesebelasan saling serang sejak menit awal. Jerman Barat berhasil unggul lebih dulu saat laga memasuki menit ke-17. Klaus Fischer yang menjadi pengganti Karl-Heinz Rummenigge hari itu berhasil merebut bola dari sergapan kiper Prancis, Jean-Luc Ettori. Bola kemudian menggelinding secara liar dan disambar oleh Littbarski ke gawang kosong.
Sepuluh menit berselang, Prancis menyamakan skor. Bernd Foerster, bek kiri Jerman, didakwa melakukan pelanggaran terhadap penyerang Prancis, Dominique Rocheteau. Wasit Charles Corver dari Belanda menunjuk titik putih dan Platini yang ditunjuk menjadi eksekutor sukses menaklukkan Schumacher. Skor imbang 1-1 ini bertahan sampai turun minum.
Pada babak kedua, pelatih Prancis, Michel Hidalgo, membuat keputusan taktikal. Dia memasukkan sweeper Patrick Battiston dan menarik keluar Bernard Genghini. Prancis pun bermain dengan tiga bek dan mendorong dua full-back mereka, Manuel Amoros dan Maxime Bossis, menjadi wing-back. Ini dilakukan untuk menahan gempuran sayap para pemain Jerman Barat.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Prancis tetap tak kehilangan daya gigit. Bahkan, Battiston yang menjadi sweeper itu bisa bergerak bebas ke depan untuk membantu serangan. Dan itulah yang dilakukannya ketika tragedi itu terjadi.
Battiston masuk pada menit ke-50. Tujuh menit kemudian, dia berupaya untuk menggapai umpan jauh Platini yang diarahkan ke area kosong di pertahanan Jerman Barat.
"Lapangannya terlihat seperti koridor kosong, seperti Champs Elysses pada pukul lima pagi," kenang Battiston dalam buku Twelve Yards.
Battiston pun berlari kencang. Dia tahu bahwa dia bisa menggapai bola kiriman sang kapten dengan kakinya dan mengubah keadaan untuk Prancis. Namun, angan-angan Battiston itu tiba-tiba lenyap. Secara mendadak, semuanya jadi gelap. Battiston terkapar.
ADVERTISEMENT
Battiston yang berpostur 181 cm itu tentu saja tidak kolaps tiba-tiba. Ada sebuah tumbukan yang membuatnya teronggok tak berdaya di lapangan hijau. Ketika dirinya sudah berhasil menggapai bola dengan kakinya, Schumacher yang berlari dari arah berlawanan menubruknya tanpa ampun. Ketika Battiston berupaya untuk menghindari tabrakan dan mengurangi kecepatan, Schumacher justru mempercepat laju tubuhnya untuk melukai Battiston.
Tiga giginya patah, tulang rusuknya remuk, dan tulang belakangnya rusak seketika. Battiston seperti baru saja tertabrak mobil dengan kecepatan tinggi.
Platini mengecek kondisi Battiston. (Foto: AFP/Staff)
zoom-in-whitePerbesar
Platini mengecek kondisi Battiston. (Foto: AFP/Staff)
Tujuh menit kemudian, tandu baru bisa masuk lapangan. Battiston pun segera dipapah dan dilarikan ke rumah sakit. Seusai laga, para pemain baru mendengar bahwa pemain Saint-Etienne itu jatuh koma.
Sembari menunggu datangnya bantuan, kerumunan tiba di tempat kejadian perkara. Sumpah serapah meluncur, tidak kepada Schumacher, melainkan kepada wasit Corver yang alpa meniup peluit.
ADVERTISEMENT
Belakangan, Corver mengakui bahwa dia tidak melihat kejadian karena matanya terfokus kepada bola yang ditendang Battiston keluar lapangan.
"Aku sudah bertanya kepada asistenku, tetapi karena mereka bilang itu tidak sengaja, aku tidak bisa berbuat apa-apa," katanya seperti dikutip dari Goal.
Setelah mendapat protes keras dari para pemain Prancis, Corver tetap bergeming. Di luar kerumunan, Schumacher tampak bosan. Sambil berkacak pinggang, dia cuma menunggu untuk bisa segera melakukan tendangan gawang dan setelah Battiston ditandu, itulah yang dia lakukan. Titik.
Laga pun berlanjut. Battiston segera digantikan oleh pemain bertahan lain, Christian Lopez. Sampai waktu normal berakhir, skor 1-1 tetap bertahan dan babak tambahan pun harus digelar.
Prancis mencetak dua gol pada babak tambahan lewat Tresor dan Giresse. Akan tetapi, Rummenigge dan Fischer, memanfaatkan kelelahan para pemain Les Bleus, membuat skor menjadi imbang 3-3. Mau tidak mau, pemenang harus ditentukan lewat tos-tosan.
ADVERTISEMENT
Battiston ditandu keluar lapangan. (Foto: AFP/Staff)
zoom-in-whitePerbesar
Battiston ditandu keluar lapangan. (Foto: AFP/Staff)
Schumacher jadi pahlawan Jerman Barat malam itu. Sepakan Bossis dan Didier Six berhasil dia gagalkan. Die Mannschaft pun melenggang ke final dengan kemenangan 5-4 di adu penalti.
Namun, Schumacher hanya dianggap sebagai pahlawan oleh orang-orang Jerman saja. Bagi yang lainnya, Schumacher tak lebih dari seorang penjahat.
Schumacher merayakan keberhasilan itu dengan arogansinya yang biasa. Dia mengangkat tangan tinggi-tinggi, dengan gestur seperti mengangkat Piala. Ketika diberi tahu soal kondisi Battiston pun dia hanya menjawab, "Biar nanti kubayari biaya ganti giginya."
Amarah meledak di ruang ganti Prancis. Di sesi konferensi pers, kedua kubu bersitegang sedemikian rupa. Nantinya, insiden ini bakal menjadi insiden internasional terutama setelah publik Prancis melabeli Schumacher dengan sebutan 'SS' ― Schutzstaffel, pasukan tempur Nazi di Perang Dunia II. Sampai-sampai, Kanselir Jerman Helmut Schimdt dan Presiden Prancis Francois Mitterrand harus meredakan ketegangan itu lewat pernyataan bersama.
ADVERTISEMENT
Imbas dari insiden ini berlangsung cukup lama. Pada laga uji tanding tahun 1984 di Strasbourg, Schumacher disambut dengan lemparan misil dari arah tribune.
"Telur, kentang, apel, tomat, batu, semuanya. Aku disoraki sepanjang laga," kenang Schumacher.
Battiston sendiri baru benar-benar pulih enam bulan setelah kejadian itu. Meski demikian, cedera yang dideritanya di bagian punggung masih belum sembuh, bahkan sampai saat ini. Jelang Piala Dunia 2014 lalu, kepada AFP, Battiston menuturkan ulang kejadian itu. Menurutnya, sejak masih duduk di bangku cadangan pun dia sudah melihat gelagat aneh dari Schumacher.
"Bagaimana dia berduel dengan Dominique Rocheteau dan Didier Six. Kupikir dia terlalu bersemangat. Aku sudah menyampaikan ini kepada rekan-rekan di bangku cadangan," tutur Battiston.
ADVERTISEMENT
Meski akhirnya sampai jatuh koma, Battiston mengaku sudah memaafkan Schumacher. Schumacher pun telah meminta maaf dan mengaku menyesal tidak langsung menjenguk Battiston seusai laga. Namun, kiper andalan Koeln ini menegaskan bahwa apabila dihadapkan pada situasi serupa, dia akan melakukan lagi apa yang akan dilakukannya kepada Battiston.
"Ya, bagaimana? Satu-satunya cara merebut bola cuma itu," kata Schumacher.
Well, begitulah Schumacher. Sosoknya memang arogan dan di kalangan pemain Jerman Barat pun dirinya tidak disenangi. Dalam autobiografinya, Schumacher menuduh para pemain Jerman Barat melakukan doping dan sejak itu dirinya dikucilkan. Inilah yang kemudian membunuh karier sepak bola pria kelahiran 1954 itu.
Sejak menerbitkan buku itu, dia dilepas oleh Koeln dan tak lagi dipercaya mengawal gawang Tim Nasional Jerman. Gelar internasionalnya pun mentok di angka satu, yakni gelar Piala Eropa 1980. Di dua final berikutnya, Piala Dunia 1982 dan Piala Dunia 1986, Jerman Barat selalu kalah. Sementara, pada gelaran Piala Eropa 1984, mereka tersisih di fase grup.
ADVERTISEMENT
Schumacher kemudian menjadi pengelana. Antara 1987 s/d 1996, dia bermain untuk empat klub, Schalke 04, Fenerbahce, Bayern Muenchen, dan Borussia Dortmund. Namun, di klub-klub itu dia tak pernah jadi pilihan utama, sampai akhirnya pensiun dalam kesunyian di usia 42 tahun.