Piala Dunia 2010: Thomas Mueller, Si Anak Gawang yang Menggebrak

30 Mei 2018 15:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Thomas Mueller di Piala Dunia 2010. (Foto: JOHN MACDOUGALL / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Thomas Mueller di Piala Dunia 2010. (Foto: JOHN MACDOUGALL / AFP)
ADVERTISEMENT
Ada sebuah momen yang bisa dianggap menjadi titik balik bagi karier sepak bola Thomas Mueller. Itu terjadi pada Maret 2010 silam, kala dia disebut ballboy (anak gawang) oleh Diego Armando Maradona.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, Mueller menjadi perwakilan dari pemain Tim Nasional (Timnas) Jerman dalam sebuah konferensi pers jelang laga persahabatan menghadapi Timnas Argentina di Stadion Allianz Arena. Di Jerman sendiri, nama Mueller sudah menjadi buah bibir, berkat penampilan impresif yang dia tunjukkan bersama Bayern Muenchen.
Meski usianya masih muda ketika itu, yakni 20 tahun, Mueller sudah sukses menembus tim inti Bayern. Di bawah asuhan Louis van Gaal, Mueller berhasil menorehkan 52 penampilan untuk Die Roten di semua kompetisi, menghasilkan 19 gol dan 16 assist. Sebuah capaian yang apik bagi pemuda yang bahkan belum berusia 23 tahun saat itu.
Sayangnya, capaian mengesankan ini tampaknya belum terdengar jauh. Raihan trofi Bundesliga dan DFB Pokal ketika itu seakan belum cukup, apalagi di ajang Liga Champions, Bayern hanya menjadi runner-up, setelah kalah dari Inter Milan di partai final. Hal ini menjadikan namanya, mungkin, tidak terlalu dikenal oleh Maradona.
ADVERTISEMENT
Maka, menjadi tidak heran ketika Maradona akhirnya mengusir Mueller secara halus dari ruang konferensi pers ketika itu. Maradona menganggap Mueller adalah seorang ballboy, mengingat wajahnya yang begitu polos ketika itu.
"Saya tidak akan bicara sampai ballboy itu pergi," hardik Maradona sembari telunjuknya mengarah kepada Mueller ketika itu.
Mueller mengalah. Dia sadar jika dia membalasnya saat itu, hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. Mueller beranjak dari ruang konferensi pers, dan membiarkan Maradona bicara sendiri. Ucapan Maradona seakan menjadi nyata ketika dalam laga uji tanding tersebut, Jerman kalah 0-1 dari Argentina.
Namun, Mueller memiliki cara yang manis untuk membalas. Masuk skuat Jerman untuk Piala Dunia 2010, dia seolah diberikan panggung untuk mengenalkan diri kepada dunia.
ADVERTISEMENT
***
Selama berada di bawah asuhan Van Gaal di musim 2009/2010, Mueller kerap bermain di beberapa posisi. Tidak hanya sebagai penyerang lubang (second striker), Mueller juga kerap menghuni posisi penyerang kiri maupun penyerang kanan.
Meski kerap menempatkan Mueller di beberapa posisi sepanjang musim 2009/2010, Van Gaal tahu betul kualitas yang dimiliki oleh pemain kelahiran Weilheim ini. Posisi boleh berbeda-beda, tapi ada satu peran yang tidak berubah. Dia menjalani peran ini sepanjang musim 2017/2018 dan sukses melakukannya dengan gemilang. Peran itu disebut raumdeuter, acap ditafsirkan sebagai penafsir ruang.
Di area sepertiga akhir, di manapun posisinya, tugas dari seorang Mueller hanya menafsirkan ruang. Di antara padatnya pemain-pemain di lini pertahanan lawan, Mueller diberikan kesempatan untuk menakar, dalam ruang yang sempit, bagaimana caranya membobol pertahanan lawan memanfaatkan ruang sempit tersebut.
ADVERTISEMENT
Hebatnya, Mueller memang memiliki kemampuan ini. Tidak hanya memiliki, dia tahu betul bagaimana cara memanfaatkannya. Bagaimana Mueller memanfaatkan kemampuannya ini, bisa dilihat dalam beberapa momen, salah satunya dalam ajang Piala Dunia 2010. Mari menilik partai 16 besar Piala Dunia 2010, ketika Jerman bersua Inggris.
Pada pertandingan tersebut, Mueller sukses menorehkan 2 gol dan 1 assist, berkontribusi atas kemenangan Jerman dengan skor akhir 4-1. Namun, nilai dari penampilan Mueller saat itu lebih dari sekadar gol dan assist semata. Ada sebuah sumbangsih besar yang dia berikan, dan hal itu dia tunjukkan lewat kemampuannya dalam menafsirkan ruang.
Dalam proses gol kedua Jerman yang dicetak oleh Lukas Podolski, Mueller mampu menafsirkan ruang kosong yang ada di belakang para pemain Inggris dengan apik. Bekerja sama dengan Miroslav Klose, Mueller berlari ke arah kotak penalti Inggris, sebelum akhirnya memberikan bola kepada Podolski. Hal yang sama juga terjadi dalam proses gol ketiga dan keempat Jerman dalam laga tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada proses gol ketiga, dia mampu menciptakan ruang bagi dirinya sendiri untuk mencetak gol, usai memanfaatkan umpan Bastian Schweinsteiger. Hal yang sama juga terjadi dalam gol keempat, ketika Mueller tiba-tiba sudah ada di dalam kotak penalti, meneruskam bola sodoran Mesut Oezil menjadi gol.
Di laga delapan besar melawan Argentina, Mueller kembali menunjukkan taji. Terlepas dari motivasinya membalas dendam kepada seorang Maradona, dia menunjukkan kengerian lain dari kemampuannya dalam menafsirkan ruang. Klose memang bintang dalam laga tersebut lewat cetakan dua gol, namun Mueller-lah yang menafsirkan ruang-ruang kosong di lini pertahanan Argentina ketika itu.
Jerman menang 4-0 dan berhasil melaju ke babak semifinal. Namun, di semifinal, Mueller harus absen. Dampaknya, Jerman kalah 1-0 atas Spanyol yang akhirnya menjadi juara. Di laga perebutan peringkat ketiga menghadapi Uruguay, kehadiran Mueller mampu membawa Jerman menang.
ADVERTISEMENT
Dari perjalanan Mueller di ajang Piala Dunia 2010 ini, terlihat bahwa kehadirannya di skuat Jerman begitu terasa. Ketiadaannya, bahkan sampai membuat Jerman harus kehilangan tempat di partai final. Kemampuannya menafsirkan ruang ini cukup unik, dan hal inilah yang menjadi mesin bagi Timnas Jerman di Piala Dunia 2010.
Mueller merayakan gol. (Foto: PIERRE-PHILIPPE MARCOU / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mueller merayakan gol. (Foto: PIERRE-PHILIPPE MARCOU / AFP)
***
Sebagai seorang pemain, Mueller merasakan betul manfaat dari kemampuannya dalam membaca, menafsirkan, bahkan memanfaatkan ruang ini. Hal itu pernah dia ungkapkan kepada Sueddeustche Zeitung. Karunia ini, baginya, adalah sesuatu yang luar biasa.
"Terkadang ada logikanya ke mana bola akan bergulir dan mungkin saya mendapatkan karunia untuk mampu membaca itu (arah bola). Banyak hal yang bisa anda pelajari dengan latihan, tapi kadang anda memiliki suatu insting, suatu naluri atas ruang. Saya bahagia punya kemampuan itu," ujar Mueller.
ADVERTISEMENT
Awalnya mungkin hanya Van Gaal maupun Loew saja yang bisa merasakan. Namun, sekarang seluruh dunia tahu bahwa pemain bernama Thomas Mueller adalah penafsir ruang yang andal. Jika boleh berterima kasih, Mueller sejatinya tidak hanya pantas berterima kasih kepada Van Gaal dan Loew saja, tapi juga kepada Piala Dunia 2010, serta Maradona yang mengejeknya.
Berkat panggung yang diberikan Piala Dunia 2010, Mueller bisa mendemonstrasikan kemampuan tafsir ruangnya dengan apik. Kemampuan yang tidak hanya membawanya dikenal, tapi juga menjadikannya salah satu dari pencetak gol terbanyak Piala Dunia 2010 dengan catatan 5 gol dan 3 assist.
Terima kasih juga pada Maradona yang mengejek, sehingga Mueller memiliki sesuatu untuk dibuktikan, bahwa seorang 'anak gawang' juga bisa menggebrak dunia.
ADVERTISEMENT