Piala Dunia 2018: Brasil Punya Penduduk Terbanyak, Islandia Tersedikit

6 Juni 2018 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Brasil dan Argentina (Ilustrasi) (Foto: AFP/Douglas Magno)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Brasil dan Argentina (Ilustrasi) (Foto: AFP/Douglas Magno)
ADVERTISEMENT
Jika sepak bola adalah agama, dan bola sebagai tuhannya, hampir pasti Brasil adalah kota sucinya.
ADVERTISEMENT
Secara tradisi dan ajaran, sepak bola seakan lekat hingga sendi-sendi mereka. Brasil tidak pernah tidak turut serta dalam ajang Piala Dunia. Mereka satu-satunya negara yang rutin tampil dalam 21 edisi dan memenangi lima gelaran di antaranya.
Kualitas tak bisa dienyahkan dari kuantitas. Selain menjadi tim yang paling sukses, Brasil juga menempati peringkat pertama dari jumlah penduduk kontestan Piala Dunia 2018 dengan jumlah 209.288.278 orang.
Semakin banyak jumlah penduduk, semakin besar pula kemungkinan untuk menjaring bakat-bakat kompeten. Brasil bukanlah negara kaya, maka dari mereka tidak mengedepankan pembangunan infrastruktur untuk mengasah bibit-bibit potensial uang mereka miliki, melainkan dengan tradisi. Beruntung, muda-mudi di sana memiliki banyak juntrungan, mulai dari Ademir, Pele, Jarzinho, Zico, Romario, Ronaldo, hingga Neymar.
ADVERTISEMENT
Melimpahnya SDM (Sumber Daya Manusia) di Brasil makin memudahkan mereka untuk menyebarluaskannya ke luar negeri. Menurut data CIES 2017, Brasil telah mengekspor 1.202 pemain yang tersebar ke 137 liga. Unggul jauh dari Prancis di peringkat kedua dengan 781 pemain dan Argentina yang menyentuh angka 753.
Jargon banyak anak (penduduk) banyak rezeki terlihat relevan dalam kasus Brasil. Namun, jika mengatakan bahwa kuantitas penduduk sebagai tolok ukur kesukesan tim nasionalnya, hal itu tak bisa sepenuhnya dibenarkan.
Faktanya, lima negara kontestan Piala Dunia yang jumlah SDM-nya berada di bawah Brasil merupakan kesebelasan medioker, yakni Nigeria, Rusia, Meksiko, Jepang, dan Mesir. Dari kelimanya, tak ada yang mampu berbicara banyak di Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
Meksiko jadi yang terbaik karena sukses menembus perempat final saat menjadi tuan rumah di edisi 1970 dan 1986. Disusul Nigeria dan Jepang yang cuma mampu melangkah hingga 16 besar. Sedangkan Rusia dan Mesir jadi yang paling buruk karena belum pernah lolos dari fase grup. Sampai di sini, kuantitas penduduk tak berbanding lurus dengan prestasi.
Sebagai perbandingan, tim-tim papan atas Eropa macam Jerman, Prancis, Inggris, dan Spanyol justru berada di kisaran 46 juta hingga 82 juta penduduk. Kombinasi dari liga yang kompeten dengan pengembangan pemain yang terfokus jadi latar belakang kesuksesan mereka saat ini. Melimpahnya stok pemain muda dalam skuat mereka juga bisa dijadikan salah satu acuan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Islandia adalah kontradiksi dari Brasil. Jumlah penduduk mereka adalah yang terendah di Piala Dunia 2018. Hanya 334.000 penduduk yang menempati negara yang beribukota di Reykjavik tersebut, atau 1 berbanding 625 penduduk Brasil.
Jangan bandingkan keduanya secara tradisi, jelas bagai langit dan bumi. Alih-alih punya memori di Piala Dunia, gelaran di Rusia ini merupakan yang perdana bagi Islandia. Di sisi lain, anak asuh Heimir Hallgrimsson itu menunjukkan peningkatan grafik signifikan sejak dua tahun lalu, dimulai saat mereka berhasil melangkah hingga babak perempat final Piala Eropa 2016.
Selembar tiket yang didapat Islandia ke Rusia juga tak mereka dapat dengan kebetulan. Tak tanggung-tanggung, mereka lolos tanpa babak play-off usai finis di sebagai pemuncak klasemen di Grup I lalu.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan Aron Gunnarsson dan kolega juga dilatarbelakangi oleg kebijakan-kebijakan Federasi Sepak Bola Islandia (KSI) yang efektif. Baik itu dari segi teknis maupun infrastruktur. Mulai dari mengirimkan bakat-bakat muda untuk menimba ilmu di Inggris hingga membangun stadion indoor untuk mengingat suhu minus yang jadi sahabat karib Islandia.
Usaha KSI juga termasuk membangun sarana pelatihan Breidablik yang menghasilkan beberapa pemain muda berkualitas. Gelandang bintang Everton, Gylfi Sigurdsson, merupakan salah satu produk sarana pelatihan itu.
Timnas Islandia melangkah ke Piala Dunia 2018. (Foto: Haraldur Gudjonsson / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Islandia melangkah ke Piala Dunia 2018. (Foto: Haraldur Gudjonsson / AFP)
Terkadang intensitas yang minim tak selalu berakhir buruk. Salah satunya dalam konteks kuantitas penduduk. Makin banyak jumlah penduduk, justru semakin besar harapan dan kepentingan yang melingkupinya. Aspek yang bisa menjadi racun bagi sepak bola itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Jika tak percaya, siaakan toleh saja perkembangan sepak bola di Indonesia dan anda akan menemukan racun yang sudah lama mengendap di sana.