Piala Dunia 2018: Brasil yang Tak Lagi 'Merindukan' Neymar

5 Juni 2018 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi gol Brasil ke gawang Kroasia. (Foto: Andrew Boyers/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol Brasil ke gawang Kroasia. (Foto: Andrew Boyers/Reuters)
ADVERTISEMENT
Awal Maret 2018 lalu, Tite menerima banyak tawaran wawancara. Inti pertanyaannya hanya satu: langkah apa yang bakal diambilnya apabila Neymar benar-benar absen di Piala Dunia karena cedera?
ADVERTISEMENT
Salah satu pertanyaan yang diberikan kepada Tite dijawab dengan diplomatis, “Saya masih punya 23 pemain lain yang bisa mengubah pertandingan.”
Jawaban Tite sedikit melegakan. Namun, tak sedikit yang menganggap apa yang diucapkan olehnya terkesan sombong. Ia tampaknya harus sedikit membumi dan ingat bahwa Neymar adalah kunci dan tumpuan Brasil sepanjang 2017.
Mengatakan bahwa Neymar adalah tumpuan Brasil pada 2017 tak salah. Pemain Paris Saint-Germain tersebut memang hanya mencetak tiga gol untuk Tim Samba sepanjang 2017, tapi dari visinya, tercipta delapan gol yang tak kalah penting.
Hal lain yang membuat penduduk Brasil meragu adalah pengaruh Neymar terhadap kemenangan. Sejak Tite mengambil alih kepemimpinan dan Neymar berada di lapangan, mereka berhasil memetik 10 kemenangan dari 13 pertandingan.
ADVERTISEMENT
Keadaan serupa juga tampak dari perjalanan Brasil di Piala Dunia 2014 silam. Cedera yang ia alami di perempat final Piala Dunia 2014 tak mampu diantisipasi. Fred, Hulk, dan Bernard yang jadi tumpuan di lini depan tak mampu mengemban tugas seberat Neymar.
Seiring berjalannya waktu, ucapan Tite ada benarnya. Neymar mungkin adalah bintang Brasil dengan sinar paling terang, tapi Brasil sekarang adalah tim yang berbeda. Masih ada nama-nama macam Roberto Firmino, Phillipe Coutinho, Gabriel Jesus, dan Willian Borges.
Kedatangan Tite, 2016 lalu, menjadi awal dari Brasil yang baru. Tahu bagaimana Selecao bekerja, ia mengubah fondasi tim asuhannya—dari yang hanya bertumpu kepada Neymar ke sebuah kesebelasan yang mengandalkan kolektivitas.
Para pemain Brasil merayakan gol. (Foto: Reuters / Sergei Karpukhin)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Brasil merayakan gol. (Foto: Reuters / Sergei Karpukhin)
Banyak perubahan dilakukan oleh Tite untuk mengakomodir keputusannya mengubah Brasil menjadi kesebelasan yang mengandalkan kolektivitas. Salah satunya adalah mengubah pakem dari 4-3-3 menjadi 4-2-3-1.
ADVERTISEMENT
Perubahan tersebut membuat serangan Brasil jadi kaya. Jika dalam pola 4-3-3 mereka hanya bertumpu di sisi kiri—area tempat Neymar bekerja, kini Tite punya beragam cara untuk mengkreasi serangan ke pertahanan lawan dan mencetak gol.
Dalam pola tersebut, serangan Brasil dititik-beratkan pada trio gelandang serang, Coutinho, Renato Augusto, dan Willian. Coutinho di kiri, Renato di tengah, dan Willian di kanan. Keputusan tersebut membuat segala area di pertahanan lawan bisa dieksploitasi.
Sepanjang tahun ini, Tite mengandalkan Coutinho sebagai kreator serangan utama. Visi istimewa yang dimiliki oleh pemain Barcelona ini membuat Brasil seperti tak lagi merindukan Neymar untuk memulai serangan.
Selebrasi gol pemain Timnas Brasil (Foto: Andrew Yates/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol pemain Timnas Brasil (Foto: Andrew Yates/Reuters)
Dari Coutinho, ada Renato. Lewat kelebihan pemain 30 tahun ini ketika melepaskan umpan kunci dan membaca pergerakan rekan setim, Brasil tak pernah kesusahan menembus pertahanan yang digalang oleh lawan.
ADVERTISEMENT
Di sisi paling kanan, ada Willian. Dalam uji tanding menghadapi Kroasia, pekan lalu, pemain Chelsea ini tampak hanya diberi dua tugas: mengirimkan umpan silang atau masuk dan melakukan dribel ke dalam kotak penalti lawan.
Mengandalkan tiga pemain membuat rata-rata kreasi serangan Brasil meningkat. Jika sebelumnya mereka hanya membukukan 13,8 kreasi serangan per laga, tiga pemain ini berhasil meningkatkan rasio kreasi serangan menjadi 16,3 serangan per laga.
Neymar tak hanya tidak dirindukan untuk mengkreasikan serangan. Soal mencetak gol pun, ia tak lagi diharapkan. Ada Jesus, Firmino, dan Paulinho yang sama-sama tajam di depan gawang lawan.
Butuh gol? Telepon Gabriel Jesus. (Foto: Reuters/Fabrizio Bensch)
zoom-in-whitePerbesar
Butuh gol? Telepon Gabriel Jesus. (Foto: Reuters/Fabrizio Bensch)
Setahun terakhir, Jesus berhasil mencuri perhatian dengan melesakkan empat gol ke gawang lawan. Kenyataan bahwa pemain Manchester City ini selalu mencetak satu gol per 70 menit menambah keyakinan bahwa Neymar tak lagi diperlukan.
ADVERTISEMENT
Dua nama lain yang diharapkan untuk mencetak gol, Firmino dan Paulinho, juga punya statistik tak kalah garang. Firmino misalnya. Dari 52 pertandingan untuk Liverpool di semua kompetisi, ia berhasil membukukan 26 gol.
Paulinho juga sama. Delapan gol untuk Barcelona meski bermain di posisi yang lebih sentral menjadi pertanda bahwa ia bisa dimanfaatkan untuk memecahkan kebuntuan. Tiga gol untuk Brasil dalam sembilan pertandingan menjadi pembuktian Paulinho di depan gawang lawan.
Penampilan apik seluruh penggawa Brasil untuk menjadi pengganti Neymar, baik saat menyerang maupun bertahan menambah kepercayaan diri Tite. Tak ada sedikit pun keraguan, meski pemain 26 tahun tersebut tak ada di atas lapangan.
Senyum Tite semakin bertambah lebar saat mendengar kenyataan bahwa: dua pekan sebelum Piala Dunia 2018 digelar, Neymar disebut kembali segar.
ADVERTISEMENT