news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Piala Dunia 2018: Skuat Lebih Fit, Mampukah Inggris Juara?

5 Juni 2018 20:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi gol Harry Kane vs Nigeria. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol Harry Kane vs Nigeria. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Bagaimana kesibukan membela klub memengaruhi performa di Piala Dunia 2018? Apakah pemain yang mendapatkan menit bermain di klub bakal kehabisan 'bensin' di turnamen? Atau, jangan-jangan mereka malah datang dengan kematangan karena sudah terbiasa dengan suasana kompetisi.
ADVERTISEMENT
Menjawab pertanyaan tersebut, pendapat Sven-Goran Eriksson tidak boleh dilewatkan. Eriksson, yang merupakan pelatih asing pertama di Tim Nasional (Timnas) Inggris, sempat mengkritik kompetisi Premier League dan turnamen domestik di 'Negeri Ratu Elizabeth'.
Intinya, menurut sosok asal Swedia tersebut, energi pemain di klub Premier League sudah terkuras pada akhir musim. Sebab, klub-klub Inggris tidak memiliki jeda kompetisi dalam satu musim.
"Itulah alasan terbesar Inggris gagal memberikan performa hebat di turnamen besar," tutur Eriksson kepada BBC.
Faktor serupa, di mata Eriksson, bakal memicu kegagalan Timnas Inggris dalam perjalanan di putaran final Piala Dunia 2018. Meskipun, skuat asuhan Gareth Southgate ini bersikan banyak pemain muda sehingga praktis punya stamina lebih baik.
Faktanya justru bertolak belakang dengan opini Eriksson. Untuk akumulasi menit bermain di klub musim ini, misalnya, Inggris justru berada di bawah sejumlah kontestan Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
Dele Alli dan Gareth Southgate. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
zoom-in-whitePerbesar
Dele Alli dan Gareth Southgate. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
Dari riset CIES Football Observatory selaku penyedia data tentang sepak bola, Inggris cuma berada di posisi keempat karena 23 pemainnya cuma mengoleksi 75.516 menit penampilan bersama klub.
Di atas Inggris, masih ada Brasil dengan 80.533 menit dan Prancis berbekal 81.982 menit. Posisi puncak menjadi milik Spanyol, yang memang menebar banyak pemain di lima liga besar Eropa, dengan 85.554 menit.
Catatan Spanyol turut terdongkrak berkat kiprah Saul Niguez. Sang gelandang tampil dalam 62 pertandingan dengan durasi 5.009 menint bersama Atletico Madrid. Dia cuma kalah dari kiper Portugal, Rui Patricio (5.580 menit dengan Sporting Clube de Portugal), dan bek Kroasia, Duje Caleta-Car (5.117 menit dengan RB Salzburg).
Pekik girang Saul Niguez. (Foto: AFP/Javier Soriano)
zoom-in-whitePerbesar
Pekik girang Saul Niguez. (Foto: AFP/Javier Soriano)
Mari bandingkan dengan Inggris. Mereka hanya mmemiliki enam pemain di daftar 100 besar. Kyle Walker selaku wakil terbaik cuma berada di urutan ke-43.
ADVERTISEMENT
Statistik inferior Inggris juga terlihat dari menit tampil pemainnya di Liga Champions. Secara akumulatif, hanya 7.106 menit dilakoni pemain mereka di kompetisi level teratas di Eropa tersebut. Inggris tak lebih baik daripada Brasil (12.265 menit), Spanyol (10.440 menit), Jerman (7.997 menit), dan Prancis (7.924 menit).
Catatan di atas bisa dimaklumi. Begini, Liverpool yang menembus final Liga Champions saja hanya memiliki dua pemain Inggris dengan catatan tampil lebih dari 800 menit: Jordan Henderson dan Alex Alexander-Arnold. Sementara itu, wakil Brasil begitu menjamu di semifinal Liga Champions, mulai dari Marcelo, Casemiro, Roberto Firmino, dan Alisson.
Ekspresi Jordan Henderson saat melawan AS Roma. (Foto: Max Rossi/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Jordan Henderson saat melawan AS Roma. (Foto: Max Rossi/Reuters)
Juara?
Nah, dengan kondisi lebih bugar karena menit bermain lebih sedikit daripada rival, plus pemain segar karena rata-rata usia skuat cuma 26 tahun --hanya Nigeria yang lebih muda, inikah saat yang tepat untuk Inggris mengakhiri dahaga juara?
ADVERTISEMENT
Guna menjawabnya, coba lihat bagaimana kondisi Timnas Jerman ketika memenangi Piala Dunia 2014 di Brasil. Darah muda Inggris memang koheren dengan Jerman empat tahun silam. Die Mannschaft bermodalkan skuat dengan rata-rata usia 26,3 tahun --cuma lebih tua dari Swiss, Belgia, Korea Selatan, Nigeria, dan Ghana-- saat keluar sebagai kampiun.
Kendati begitu, menit bermain di klub justru menjadi faktor pembeda. Di Brasil, skuat Jerman mencatatkan akumulasi penampilan di klub 4.000 menit lebih banyak dibandingkan Inggris.
Dengan begitu intens tampil bersama klub, para pemain Jerman sudah terbiasa dengan iklim kompetisi. Sementara itu, para pemain Inggris justru berakhir di dasar klasemen fase grup meski pemainnya lebih segar dalam hal kebugaran.