news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Piala Dunia 2022: Lingkungan Kerja Buruk, Seribuan Orang Tewas

23 November 2018 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Situs pembangunan Stadion Al-Wakrah, Qatar. (Foto: AFP/Marwan Naamani)
zoom-in-whitePerbesar
Situs pembangunan Stadion Al-Wakrah, Qatar. (Foto: AFP/Marwan Naamani)
ADVERTISEMENT
"Ketika kita bicara soal HAM dan kesejahteraan pekerja, tanpa Piala Dunia, pembicaraan itu takkan ada. Perbaikan-perbaikan juga tidak akan terjadi," kata Gianni Infantino, presiden FIFA, soal Piala Dunia 2022 di Qatar yang berdasarkan data tahun 2015 telah memakan sedikitnya 1.200 korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Infantino berbicara demikian dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi olahraga Qatar, beIN Sports. Dalam kesempatan yang sama, pria Swiss-Italia itu juga meyakini bahwa Piala Dunia 2022 nanti memiliki segala potensi untuk jadi yang terbaik sepanjang masa. Infantino optimistis bahwa pesta sepak bola empat tahunan di Qatar nanti bakal mampu membuat citra Timur Tengah terangkat.
Sayangnya, optimisme serupa tidak bisa terlihat dari wajah Renuka Chaudhary. Ketika The Guardian menemuinya, yang bisa dilakukan wanita Nepal itu hanya menangis sembari meratapi kematian suaminya, Tej Nerayan Tharu.
Tharu adalah korban terbaru dari proses persiapan Piala Dunia 2022 di Qatar. Pria 23 tahun itu meninggal dunia setelah terjatuh dari jalan setapak yang dipasang di ketinggian. Sebelum wafat, Tharu bekerja dalam proyek pembangunan Stadion Al-Wakrah yang bernilai 512 juta poundsterling.
ADVERTISEMENT
Presiden FIFA, Gianni Infantino. (Foto: REUTERS/Ibraheem Al Omari)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden FIFA, Gianni Infantino. (Foto: REUTERS/Ibraheem Al Omari)
Sebenarnya, Tharu sudah meninggal dunia pada Agustus silam. Ketika itu, Chaudhary menerima kabar tersebut lewat panggilan telepon dari nomor tak dikenal di Qatar. Lewat sambungan telepon itu, Chaudhary sudah menanyakan apa penyebab kematian suaminya, tetapi jawaban yang dia terima hanyalah bahwa kasus itu sedang diinvestigasi.
Tidak jelas apakah proses investigasi yang dimaksud sudah rampung atau belum. Yang jelas, uang kompensasi kematian Tharu dari kontraktor di Qatar sampai sekarang belum diterima Chaudhary karena masalah di pengadilan belum rampung. Hingga kini, yang sudah diterima Chaudhary baru permintaan maaf dan kata-kata yang menyebutkan bahwa 'pelajaran sudah dipetik dari peristiwa ini'.
Tharu dan Chaudhary sendiri memiliki seorang putri berusia lima tahun bernama Sadishkya. Sekarang, yang ada di benak Chaudhary cuma kekhawatiran. "Aku tidak punya siapa pun untuk mencari nafkah. Bagaimana bisa aku membiayai hidup putriku?" kata Chaudhary sambil terisak kala diwawancarai The Guardian.
ADVERTISEMENT
Kasus kematian serupa menimpa seorang pekerja asal Inggris, Zachary Cox, pada Januari 2017. Cox juga meninggal usai terjatuh dari jalan setapak di ketinggian saat menyelesaikan proyek Stadion Khalifa. Setelah diautopsi, petugas koroner menyebutkan bahwa Cox meninggal karena peralatan kerja di bawah standar yang membuat lingkungan kerja menjadi berbahaya.
Sebenarnya, bukan rahasia jika kondisi pekerja persiapan Piala Dunia 2022 di Qatar amat menyedihkan. Sebelum Tharu, pada tahun ini sudah ada tiga pekerja Stadion Al-Wakrah yang meninggal dunia. Semua kejadian itu terjadi di luar situs pembangunan. Mereka semua meninggal di kamp pekerja dan sampai sekarang, kompensasi juga belum diterima pihak keluarga.
Selain peralatan kerja yang tak memenuhi standar, waktu kerja berlebihan juga menjadi musabab lain. Al Arabiya mewartakan, sebuah badan pengawas menemukan fakta bahwa pekerja-pekerja di Qatar harus bekerja sampai 72 jam per pekan. Selain itu, ada pula pekerja yang tak pernah libur dalam 148 hari.
ADVERTISEMENT
Padahal, di Qatar sana cuaca sangat ekstrem. Di siang hari, suhu udara bisa mencapai 47 derajat celcius. Amnesty International pada 2013 lalu pernah melaporkan bahwa banyak dari pekerja yang tidak diperbolehkan minum saat sedang berada di situs pengerjaan proyek.
Pemerintah Qatar sendiri sebetulnya sudah kerap mendapat tekanan dari dunia internasional. Mereka kerap dianggap lalai dalam mengontrol perusahaan-perusahaan swasta yang terlibat dalam persiapan Piala Dunia 2022.
Adapun, proyek ini sendiri rencananya menghabiskan dana sampai 100 miliar dolar AS. Uang sebanyak itu digunakan untuk membangun sembilan stadion, satu bandar udara, satu jalan raya yang terhubung ke Bahrain, satu jaringan rel kereta, satu jaringan kereta bawah tanah, dan 29 hotel baru. Semua itu harus kelar dalam tempo kurang dari 12 tahun.
ADVERTISEMENT