Poborsky dan Bambang Pamungkas: Butuh Kerja Keras untuk Bisa Sukses

8 Februari 2019 15:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bambang Pamungkas Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bambang Pamungkas Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi pesepak bola profesional tidaklah mudah. Sebelum mencapai tingkatan tersebut, ada lika-liku tersendiri yang harus dijalani oleh seseorang. Bambang Pamungkas dan Karel Poborsky paham itu.
ADVERTISEMENT
Dalam acara peluncuran program 'Bintang Lapangan' yang diselenggarakan oleh Home Credit dan bekerja sama dengan Asia Football School, di The Westin, Jakarta, Poborsky dan Bambang menyempatkan diri berbagi sekelumit kisah mengenai perjalanan mereka. Perjalanan untuk menjadi pesepak bola kenamaan. Ketika masih muda, Poborsky berasal dari daerah yang bisa dibilang tidak terlalu ramai: Ceske Budojevice. Meski jadi kota terbesar di daerah South Bohemian, Ceske tidak seperti Praha. Kondisi geografis wilayahnya yang dikelilingi oleh pegunungan membuat wilayah ini tidak seramai Praha. Di tempat inilah, tempat yang sama dengan tempat perusahaan Budweiser Budvar memproduksi bir, Poborsky belajar menyepak bola. Namun, meski berasal dari daerah kecil, Poborsky mampu menunjukkan bahwa keterbatasan di daerah asalnya tidak menjadi penghalang baginya untuk sukses. Setelah berkarier di Ceske, ia tetap berjuang di sepak bola, sehingga ia bisa menembus tim utama Slavia Praha pada 1995. Dari sinilah, jalannya untuk bermain di tim-tim luar Ceko (kala itu masih bernama Cekoslovakia) terbuka lebar. "Saya pernah main untuk Mancheseter United, saya juga pernah main di Benfica, klub paling populer di Portugal, pernah juga main untuk Lazio, dan saya juga main 20 tahun untuk Timnas Rep. Ceko. Bersama Ceko, saya pernah main di Piala Eropa selama tiga kali dan main di Piala Dunia sekali," kenang Poborsky.
ADVERTISEMENT
Bambang Pamungkas dan Karel Poborsky di The Westin, Jakarta. Foto: Sandy Firdaus/kumparan
"Kalian juga ingat gol saya ke gawang Vitor Baia, dan dari situ saya dikenal dan bisa main di United. Saya juga punya banyak teman, dan saya juga punya banyak kawan karena sepak bola," lanjutnya. Hal sama juga dirasakan oleh Bambang. Sempat mengalami kesulitan untuk bermain sepak bola secara layak ketika umur 8 tahun, pria yang akrab disapa Bepe ini tidak menyerah. Dibantu oleh sang ayah yang sampai membangun Sekolah Sepak Bola di tempat tinggalnya semasa kecil, Bambang terus berjuang untuk tetap menekuni sepak bola. "Saya juga ingat bahwa ketika SSB ayah saya bangkrut, saya pergi 2 jam dari Salatiga ke Ungaran agar bisa sekolah sepak bola, sehingga akhirnya saya masuk Diklat Salatiga. Artinya butuh perjuangan, dan perjuangan itu tidak mudah. Tapi, bukan berarti tidak bisa sukses, namun untuk jadi sukses itu tidak mudah jalannya," ungkap Bambang. Sebagai pemain yang sudah makan asam garam di dunia sepak bola, meski berbeda negara, Bambang dan Poborsky memiliki tips agar para pemain muda sekarang dapat mengenyam sukses di kemudian hari. Menurut keduanya, untuk jadi sukses, ada satu hal pokok yang mesti dikerjakan: kerja keras. Tanpa kerja keras, sukses hanya angan semata. "(Untuk jadi pesepak bola profesional) Itu tidak mudah sih. Tapi asal punya mimpi besar, mau kerja keras, tak ada yang tidak mungkin. Ada bukti, pemain yang berasal dari desa kecil bisa jadi pesepak bola profesional, semua mungkin saja," ujar Poborsky.
ADVERTISEMENT
Bambang Pamungkas berbicara di acara 'Bintang Lapangan'. Foto: kumparan/Sandy Firdaus
"Sukses itu talenta plus kerja keras. Ada talenta, kerja keras, lalu sukses. Kalau bisa juga dibarengi dengan doa dan keberuntungan. Banyak pemain yang ingin main di Piala Dunia, dan tidak semua bisa, jadi perlu keberuntungan juga," ujar Bambang. Nah, segala pengalaman inilah yang kelak akan Bambang dan Poborsky bagikan kepada para peserta program Bintang Lapangan kelak. Dengan saling berbagi pengalaman ini, tidak hanya berbagi soal pemahaman taktik dan juga kiat-kiat dalam bermain sepak bola, Bambang berharap bahwa ada karakter juga yang bisa terbentuk dari para pemain. "Untuk itulah program ini, dan program sepak bola lain harus dimulai dari usia sedini mungkin, usia 12 dan 14 tahun, karena di situlah pembentukan karakter seorang pemain. Indonesia ini tak pernah kehabisan talenta, cuma kadang-kadang kita tidak memiliki sumber untuk membawa talenta ini ke level maksimal, salah satunya adalah masalah karakter itu sendiri," kata Bambang.
ADVERTISEMENT