Pogba Menyesal Kembali ke Manchester United?

15 Februari 2018 20:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pogba pada laga di Old Trafford. (Foto: Carl Recine/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pogba pada laga di Old Trafford. (Foto: Carl Recine/Reuters)
ADVERTISEMENT
Selain bakat dan kemauan keras untuk belajar, resep lainnya mengapa seorang pemain bisa sampai disebut pemain kelas dunia adalah dengan memainkannya di posisi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Arsene Wenger menyadarinya kala mengubah posisi Thierry Henry dari pemain sayap menjadi striker. Lalu, harumlah namanya selama di Arsenal dari 1999 hingga 2007. Total, dari 254 penampilan di Premier League, Henry berhasil mencetak 174 gol.
Bisa juga melihat kisah Carlo Ancelotti. Ia berhasil memaksimalkan Andrea Pirlo sebagai deep-lying playmaker sehingga si pemain naik ke level ‘kelas dunia’. Ancelotti memang bukan orang pertama yang mengubah posisi Pirlo, tetapi bersamanya-lah Pirlo mendapatkan berbagai gelar.
Dari masanya di AC Milan, terhitung sejak 2001 hingga 2011, Pirlo sudah membantu Milan memenangi dua gelar Serie A, satu Coppa Italia, dan dua gelar Liga Champions.
Sedikit banyaknya, sejumput kisah ini harusnya bisa menggambarkan apa yang salah dari Paul Labile Pogba sejak memutuskan kembali berkostum Manchester United pada musim panas 2016.
ADVERTISEMENT
Pogba terus menjadi olok-olok di internet, membuat penggemar United frustasi. Bahkan, Pogba sendiri dikabarkan sebal dengan nasibnya sendiri. Media Prancis, L’Equipe, mengabarkan bahwa Pogba kini menyesal pindah ke United.
Padahal, saat ‘Iblis Merah’ berani membayar 89 juta poundsterling kepada Juventus, mereka sepertinya tahu apa yang semestinya mereka lakukan pada barang semewah Pogba.
Kemalangan-kemalangan ini patutnya bisa dihindari apabila Jose Mourinho tak keras kepala untuk memainkan Pogba di posisi yang tak tepat. Ujung-ujungnya ini cuma bikin dirinya, dan juga United, repot sendiri.
Bersama United belakangan ini, Pogba lebih banyak bermain dengan formasi 4-2-3-1. Dalam formasi itu, Pogba dijadikan poros ganda di lini tengah bersama Nemanja Matic atau Ander Herrera. Karena bermain sebagai poros, berarti Pogba harus berpikir soal bertahan dan juga menyerang.
ADVERTISEMENT
Paul Pogba. (Foto: Peter Powell/REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Paul Pogba. (Foto: Peter Powell/REUTERS)
Hasilnya, ya, kita tak bisa melihat Pogba versi Juventus di United sampai detik ini. Di sisi lain, ini juga sebab mengapa United minim kreativitas di lini tengah. Sehingga kalau tidak bergantung dengan kecepatan sayap, United akan bergantung pada kelincahan Jesse Lingard (dan kini Alexis Sanchez) lagi dan lagi.
Padahal, di Juventus tidak begitu ceritanya.
Pada masanya di I Bianconeri, dari 2012 hingga 2016, Pogba didukung dua gelandang di belakangnya. Satu gelandang pekerja keras bernama Arturo Vidal yang siap mengacak serangan lawan dan satu lagi, adalah ‘Sang Maestro’ Andrea Pirlo yang siap mendikte pemainan Juventus.
Dilindungi dengan dua pemain yang hebat itu, Pogba hanya perlu memikirkan bagaimana ia bisa sekreatif mungkin dalam mencetak gol ataupun membantu rekan-rekannya dalam mencetak gol.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut laporan Duncan Castles, jurnalis asal Inggris yang bekerja untuk The Sunday Times, Mourinho enggan untuk segera mengembalikan Pogba ke posisi terbaiknya. Menurut laporan itu, Mourinho ingin Pogba menjajal berbagai peran dan posisi di lini tengah, termasuk bermain sebagai gelandang poros.
Ah, repot betul…