news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Polemik di Balik Penetapan Eks Exco PSSI, Hidayat, sebagai Tersangka

12 Maret 2019 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Persiapan Kongres PSSI 2019. Foto:  ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/foc.
zoom-in-whitePerbesar
Persiapan Kongres PSSI 2019. Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/foc.
ADVERTISEMENT
Mantan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Hidayat, menjadi tersangka paling anyar dalam skandal pengaturan pertandingan. Ia baru ditetapkan sebagai tersangka oleh Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola pada 25 Februari lalu. Dengan begitu, Hidayat merupakan tersangka ke-16 dalam skandal tersebut.
ADVERTISEMENT
Kelanjutan kasus Hidayat belum terang. Hingga kini, ia belum menjalani pemeriksaan terkait status tersangkanya dalam dugaan percobaan penyuapan di Liga 2.
Hidayat sempat dijadwalkan diperiksa pada 27 Februari. Namun, Satgas kemudian merevisi pemanggilan mantan Exco PSSI itu.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, pun mengakui belum ada informasi soal pemanggilan Hidayat ketika dijumpai wartawan.
“Kami masih komunikasi dengan penyidik Satgas yang dilakukan oleh Mabes Polri. Kami belum dapat informasi. Nanti kami akan berkomunikasi kira-kira diagendakan kapan,” ujar Argo.
Sementara itu, Mabes Polri memperkirakan pemeriksaan Hidayat bisa dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret. Perkiraan itu mempertimbangkan pemindahan kantor Direktorat Tindak Pidana Korupsi (Dittipikor) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, Gedung Ombdusman, yang merupakan tempat pemeriksaan Hidayat sejak awal.
ADVERTISEMENT
“Tipikor Bareskrim sedang pindahan. Jadi, kemungkinan pemanggilan Hidayat dilakukan pertengahan Maret,” kata Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo.
Hidayat merupakan aktor di balik dugaan penyuapan Madura FC ketika akan melawan PSS Sleman di Liga 2. Hidayat mengiming-imingi uang sebesar Rp100-150 juta agar Madura FC mengalah.
Ia kemudian memutuskan mundur sebagai anggota Exco PSSI begitu kasus tersebut dilaporkan Manajer Madura FC, Januar Herwanto. Alhasil, sebelum berstatus tersangka dugaan penyuapan, Hidayat lebih dulu dihukum Komite Disiplin (Komdis) PSSI dengan sanksi dilarang beraktivitas di sepak bola Indonesia selama tiga tahun dan larangan dua tahun masuk stadion plus denda Rp150 juta.
Ketimpangan dan Menanti Barang Bukti
Hidayat dalam sesi jumpa pers. Foto: Sandi Firdaus/kumparan
Beragam tanggapan mengalir begitu Hidayat menjadi tersangka dalam kasus dugaan penyuapan. Januar Herwanto—Manajer Madura FC—malah punya pendapat di luar dugaan menanggapi kondisi Hidayat.
ADVERTISEMENT
Januar menilai ada sisi yang perlu ditauladani dari sosok Hidayat. Menurutnya, Hidayat sadar diri dan langsung mundur dari Exco PSSI begitu ada masalah pengaturan pertandingan. Usai mengundurkan diri, Hidayat pun langsung dihukum Komdis PSSI.
Manajer Madura FC itu melihat adanya ketimpangan dengan sosok Joko Driyono—pelaksana (Plt) Ketua Umum PSSI.
“Ini ada ketimpangan nilai antara Pak Dayat (Hidayat) dan Pak Jokdri (Joko Driyono). Dia (Jokdri) tidak mundur dan tak mendapat sanksi dari komite, entah itu ad hoc, etik, atau disiplin. Ini sudah ada kesenjangan perlakukan. Tidak boleh itu. Jadi, adanya perlakuan berbeda ini menunjukkan memang federasi tidak mau berubah,” kata Januar ketika dihubungi kumparanBOLA.
Januar lebih lanjut berharap Jokdri bisa belajar banyak dari nilai-nilai kesadaran Hidayat. Ia juga menyasar komite yang juga mesti belajar untuk tidak tebang pilih.
ADVERTISEMENT
Sementara kubu PSS yang juga masuk dalam lingkaran percobaan penyuapan oleh Hidayat masih belum berkomentar. Pihak Super Elang Jawa masih menunggu hasil pemeriksaan lanjutan dari Satgas lantaran mereka mengaku masih simpang-siur. PSS menunggu kebenaran isu uang yang diperoleh Hidayat untuk menyuap Madura FC
“Semuanya masih belum jelas barang buktinya. Kami menanti pemeriksaan lanjutan terkait status tersangka Pak Hidayat. Ini ‘kan masih simpang-siur. Uang Pak Hidayat untuk menyuap dari isunya berasal dari PSS. Namun, ada kemungkinan lain di mana uangnya dari bandar atau luar PSS. Kalaupun dari PSS itu siapa orangnya belum ketahuan. Makanya menunggu pemeriksaan Satgas,” ujar Yohanes, Humas PT Putra Sleman Sembada (PSS), kepada kumparanBOLA.
Kerja Keras Mencari Bukti Materiil
ADVERTISEMENT
Konferensi pers Divisi Humas Polri terkait kasus dugaan pengaturan skor. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
Terlepas dari ketidakjelasan pemeriksaan lanjutan Hidayat, sejatinya ada kisah menarik terkait dugaan percobaan penyuapan Madura FC versus PSS Sleman di Liga 2. Januar menuturkan bahwa dirinya sudah mencium adanya praktik pengaturan pertandingan saat laga tandang di babak delapan besar kontra PSS.
“Jadi, saat kami mau tandang ke Sleman, Pak Dayat telepon sebelum kami berangkat ke Surabaya. Dia minta bertemu di Bandara Juanda. Saya mencoba menghindar dengan alasan apa pun. Namun, ketika sudah sampai di Bandara Juanda, saya ditelepon lagi. Dia meminta kami mengalah. Pak Dayat bilang nanti pas main di kandang kami, PSS yang mengalah. Saya tanya sambil memancing saja. Jadilah ada penawaran Rp100 sampai Rp150 juta,” kata Januar.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Hidayat mengancam bisa “membeli” pemain Madura FC kalau tak setuju dengan penawarannya. Tak lama setelah ancaman itu, Januar langsung mengumpulkan tim dan menceritakan kejadian sebenarnya. Manajer Madura FC itu meminta tim untuk tetap solid.
Meski demikian, ia mengaku tak tahu apakah sudah ada pemainnya yang langsung dihubungi Hidayat.
“Saya tidak tahu. Saya tidak bisa bilang iya atau tidak karena tidak mengalami sendiri dan tidak ada pengakuan dari pemain. Sampai sekarang tidak ada pengakuan Pak Dayat mendekati pemain atau tidak,” tutur Januar.
Melihat percobaan penyuapan itu, Januar langsung bertindak. Usai mengumpulkan tim, ia mencari cara bagaimana mengumpulkan bukti materiil. Januar menilai bukti materiil akan menguatkan laporannya.
Tak cuma bukti materiil, ia memutar otak agar percobaan penyuapan itu dilihat orang lain supaya bisa menjadi saksi. Salahudin—pelatih Madura FC kala itu—menjadi saksi dalam kasus tersebut.
ADVERTISEMENT
Januar merancang strategi agar pura-pura berdiskusi dengan tim untuk menerima tawaran Hidayat. Kemudian saat Hidayat menelepon, telepon genggamnya dinyalakan pengeras suara sehingga Salahudin yang mendengar percakapan tersebut.
“Kalau Pak Dayat kami berani melaporkan karena ada bukti percakapan WhatsApp. Memang dari percakapan itu menyebutkan ada keinginan kerja sama di delapan besar. Lalu, ada kejadian offside dua meter itu. Saya langsung protes ke Komdis PSSI. Sambil protes, saya menceritakan kasus Pak Dayat," ucap Januar.
"Kemudian saya diundang sebuah acara televisi dan membuat pengakuan di sana. Saya juga berpikir untuk ada saksi agar menguatkan laporan. Salahudin saya ajak mendengarkan telepon dari Pak Dayat. Saya tidak kepikiran merekam waktu itu. Paling tidak ada orang lain yang mendengarkan supaya bisa menjadi saksi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kasus dugaan percobaan penyuapan oleh Hidayat masih belum terang. Publik sepak bola Indonesia kembali menanti kerja Satgas melakukan pendalaman terhadap mantan anggota Exco PSSI itu.