Portugal vs Italia: Lini Kedua Jadi Titik Esensial

10 September 2018 14:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Italia merayakan gol Balotelli. (Foto: REUTERS/Arnd Wiegmann)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Italia merayakan gol Balotelli. (Foto: REUTERS/Arnd Wiegmann)
ADVERTISEMENT
Gol penalti Jorginho menyelamatkan Italia dari kekalahan atas Polandia di pentas UEFA Nations League A Grup 3 dua hari lalu di Renato Dall'Ara. Memupus asa tim tamu yang sempat unggul lebih dulu melalui aksi Piotr Zielinski.
ADVERTISEMENT
Ya, Gli Azzurri masih sama. Mereka masih kesulitan dalam membongkar pertahanan lawan, problem yang membuat juara dunia empat kali itu tersingkir di babak play-off Piala Dunia dari Swedia.
Italia Krisis Gelandang
Dengan mengusung pakem 4-3-3, Roberto Mancini menurunkan Lorenzo Insigne, Mario Balotelli, dan Federico Bernardeschi di garda terdepan. Di antara ketiganya, hanya Insigne yang kapasitasnya telah teruji. Torehan 8 gol dan 11 assist-nya bersama Napoli di Serie A musim lalu cukup jadi bukti yang sahih. Sementara Bernardeschi, penampilannya di laga tersebut jauh dari kata apik. Dia telah kehilangan penguasaan bola sebanyak 9 kali, terbanyak di antara pemain lainnya.
Oke, Balotelli memang belum sama sekali habis. Nyatanya mantan anak asuh Mancini di Manchester City itu menghasilkan 18 gol untuk Nice di Ligue 1 musim lalu.
ADVERTISEMENT
Namun, lebih dari sekadar itu yang dibutuhkan Italia. Mereka memerlukan gelandang serang untuk menunjang lini depan. Toh, pendar Balotelli bersama Les Aiglons tak terlepas dari peran gelandang kreatif macam Jean Michael Seri dan Pierre Lees-Melou di belakangnya.
Konstelasi demikian yang tak dimiliki Italia, terlebih Marco Verratti mesti absen karena kondisinya belum 100% fit. Roberto Mancini yang terbentur akan minimnya stok gelandang serang kemudian memadukan Jorginho, Lorenzo Pellegrini, dan Roberto Gagliardini.
Bila Jorginho diplot untuk mendistribusikan alur bola dan Gagliardini menjaga kedalaman, Pellegrini-lah yang diutus untuk muncul dari lini kedua. Yang jadi masalah, gelandang AS Roma itu nihil dalam catatan umpan kunci dan tembakan. Produksi key pass justru lahir dari Jorginho, terpaut satu dari Insigne yang membukukan 3.
ADVERTISEMENT
Minimnya umpan kunci berdampak negatif bagi serangan Italia. Nyatanya, hanya satu tembakan tepat sasaran yang berhasil dilepaskan Italia --selain dari ekesekusi penalti Jorginho. Itupun melalui tembakan jarak jauh Federico Chiesa.
Jadi, Mancini kudu buru-buru memperbaiki area tengahnya untuk mendongkrak agresivitas sektor depan. Giacomo Bonaventura jadi nama yang paling ideal untuk memikul peran tersebut. Selain piawai dalam mengakomodir serangan, jebolan akademi Atalanta itu juga klinis dalam menyelesaikan peluang.
Satu nama lagi yang perlu diberi kesempatan Mancini: Marco Benassi. Gelandang berusia 24 tahun tersebut tengah on-fire setelah sukses mengemas 3 gol dalam 2 laga yang dilakoninya bersama Fiorentina.
Selebrasi Giacomo Bonaventura. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Giacomo Bonaventura. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
Portugal yang Kesepian Tanpa Ronaldo
Italia tak sendirian, masalah yang identik juga dialami Portugal, lawan mereka pada pentas UEFA Nations League A Grup 3, Selasa (10/10/2018) dini hari WIB. Apalagi, Fernando Santos tak bisa menurunkan Cristiano Ronaldo yang memilih untuk fokus bersama Juventus. Bila kreativitas yang jadi masalah laten Italia, Selecao das Quinas terganjal candu akan sosok Ronaldo.
ADVERTISEMENT
Well, bukan sebuah rahasia bila CR7 merupakan corong serangan Portugal. Di Piala Dunia 2018 lalu misalnya, Ronaldo menjadi yang paling aktif melepaskan rata-rata tembakan sebanyak 5 per laga. Jumlah tersebut dua kali lipat lebih banyak dari Ricardo Quaresma di peringkat kedua dengan rata-rata yang menyentuh angka 2. Maka tak heran bila Ronaldo menyumbang 4 dari total 5 gol yang dibuat Portugal di Piala Dunia termutakhir.
Dengan kondisi seperti ini, mau tak mau Santos hanya akan bertumpu kepada Andre Silva sebagai ujung tombak utama. Penyerang milik AC Milan itu juga sedang dalam performa terbaiknya setelah mencetak hat-trick di laga debutnya bersama Sevilla.
Formasi dasar 4-2-3-1 jadi pilihan ideal bagi Santos ketimbang 4-4-2 yang rutin diterapkan sebelumnya. Dengan kata lain, eks pelatih PAOK itu tak akan menggantikan peran Ronaldo kepada satu orang pemain, tetapi memecahnya kepada tiga gelandang di belakangnya: Bernardo Silva, Goncalo Guedes, dan Gelson Martins.
ADVERTISEMENT
Visi dan kemampuan Bernardo Silva dalam menahan bola akan dibantu oleh Guedes yng dinamis. Soal torehan assist, pemain yang disebut belakangan itu tak bisa disepelakan lantaran sukses mengemas 9 assist bagi Valencia di musim lalu.
Untuk menutup kelebihan Ronaldo dari segi dribel, Gelson bisa dijadikan jawaban. Kendati urung berkontribusi kepada Atletico Madrid sejauh ini, winger kelahiran Tanjung Verde itu tampil menawan bersama Sporting CP musim lalu. Rata-rata 2,7 dribel per laga jadi buktinya --terbanyak keempat di Liga Super Portugal.
Ronaldo, tumpuan serangan Portugal. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo, tumpuan serangan Portugal. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Italia dan Portugal memiliki masalah serupa: tumpul di area depan. Italia miskin gelandang serang, dan Portugal dengan candu akan Ronaldo yang sudah jadi lagu lama. Dengan situasi seperti ini, besar kemungkinan kedua kubu akan minim dalam mencetak angka. Tinggal bagaimana masing-masing pelatih memaksimalkan para gelandang mereka di Estadio Jose Alvalade nanti.
ADVERTISEMENT