Pratinjau Atletico vs Juve: Antara Lini Kedua dan Skema Bola Mati

20 Februari 2019 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi gol Koke ke gawang Monaco. Foto: Reuters/Paul Hanna
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol Koke ke gawang Monaco. Foto: Reuters/Paul Hanna
ADVERTISEMENT
Defensif, kira-kira demikian kata yang paling tepat untuk menggambarkan karakter Atletico Madrid. Argumen itu diperkuat dengan keberhasilan mereka menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit dalam tiga edisi La Liga ke belakang.
ADVERTISEMENT
Eh, tunggu, kami tak menjustifikasi bahwa permainan defensif yang disuguhkan Atletico buruk. Akan tetapi, seperti beberapa tim defensif lainnya, mereka kerap bermasalah untuk menjebol gawang lawan.
Well, Atletico cuma mengukir 9 Gol di fase grup. Tak jelek-jelek amat, sih, sebab kontestan dengan produktivitas terminim di babak 16 besar ini masih dipegang Schalke 04 (6 gol). Akan tetapi, rendahnya jumlah gol Atletico itu juga tertuang di ajang liga.
Cuma sepasang gol yang mereka lesakkan dalam tiga laga ke belakang--yang berbuntut dua kekalahan di antaranya. Bila ditotal, baru 34 gol yang dibuat Atletico di pentas La Liga sejauh ini, tak lebih banyak dari torehan Celta Vigo (36 gol) yang menghuni peringkat 17 klasemen sementara.
ADVERTISEMENT
Kamis (21/2/2019) dini hari WIB, Atletico akan menjamu Juventus pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions. Nah, ini yang menarik. Bila Atletico miskin gol, Bianconeri adalah tim dengan pertahanan yang kokoh. Mereka sukses mengukir empat clean-sheet dalam enam pertandingan di fase grup. Cuma empat kali gawang Giorgio Chiellini dan kawan-kawan kebobolan--terbaik bersama Schalke dan Manchester United.
Catatan impresif Juve juga tercipta di Serie A. Mereka menjadi tim dengan pertahanan terkuat (kebobolan 15 gol) sekaligus yang terproduktif (mencetak 52 gol).
Atletico: Lini Kedua sebagai Alternatif
Mematikan Antoine Griezmann adalah cara paling simpel untuk menjinakkan Atletico. Keberhasilannya mencetak 3 dari 4 gol terakhir Atletico cukup menggambarkan betapa besarnya kontribusi Griezmann.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dua kekalahan terakhir Los Colchoneros lahir lantaran kegagalan Griezmann mencetak gol. Memang, pemain yang dibeli dari Real Sociedad itu berhasil mencetak sebiji gol ke gawang Real Madrid, akan tetapi itu tak cukup untuk menghindarkan Atletico dari kekalahan di Derbi Madrid.
Makin bermasalah karena Diego Simeone tak punya alternatif lagi selain Griezmann. Langkah untuk mendatangkan Alvaro Morata dari Chelsea belum terbukti manjur. Eks penyerang Juve itu masih nihil gol dalam tiga kesempatan. Mentok cuma sebiji assist yang berhasil dibuatnya saat berhadapan dengan Rayo Vallecano akhir pekan lalu.
Meski Diego Costa sudah comeback dan tampil 30 menit di Estadio de Vallecas, Simeone kemungkinan besar masih akan menurunkan Morata sebagai tandem Griezmann di garis terdepan. Ya, masih lebih baik ketimbang Nikola Kalinic atau mendorong Angel Correa ke pos penyerang.
ADVERTISEMENT
Selebrasi Antoine Griezmann seusai menggetarkan jala gawang Getafe. Foto: REUTERS/Javier Barbancho
Untuk mengantisipasi pampatnya pendar Griezmann, Simeone diprediksi akan mengalokasikan daya gedor ke lini tengah. Rodrigo dan Thomas Partey bisa menjadi pilihan untuk menemani Saul Niguez di pos gelandang.
Urusan pemanfaatan peluang dari lini kedua, Rodrigo dan Partey terbilang lumayan karena sudah mengemas masing-masing sepasang gol di La Liga. Nama yang disebut belakangan lebih hebat lagi karena berhasil menyumbang 3 assist, terbaik kedua setelah Griezmann.
Meski begitu, berharap para gelandang tengah untuk mencetak lebih banyak gol bukannya tanpa risiko. Celah di area sentral bakal lebih terbuka andai mendorong mereka ke posisi lebih ofensif.
Di sinilah Koke memainkan peranan penting di sisi tepi. Ketimbang Thomas Lemar, Vitolo, dan Correa, pemain berusia 27 tahun itu lebih piawai untuk melakukan aksi bertahan. Artinya, ia bisa diplot untuk meng-cover sektor tengah saat gelandang bergerak ke depan.
ADVERTISEMENT
Juventus: Maksimalkan Skema Bola Mati
Juve sedikit diunggulkan bila menilik performa kekininan. Namun, urusan rekam jejak, lain ceritanya. La Vecchia Signora gagal menaklukkan Atletico dalam dua duel terakhir di edisi 2014/15 silam. Jangankan menang, mencetak gol saja mereka tak mampu. Belum lagi dengan keperkasaan Atletico yang tak pernah takluk dalam 12 laga kandang terakhir mereka di fase gugur Liga Champions.
Namun, Juve berbeda, mereka punya Cristiano Ronaldo dalam skuatnya, musuh yang familiar bagi Atletico. Menurut Transfermarkt sudah 22 gol telah dicetak Ronaldo ke gawang Atletico dalam 31 kesempatan.
Oke, bisa dipahami bahwa bukan perkara mudah untuk mendobrak pertahanan Atletico, khususnya lewat skema open-play. Transisi yang rapi dari menyerang ke bertahan yang jadi alasannya. Akan tetapi, bukan berarti Atletico tak bercelah. Sisi kanan pertahanan jadi aib kala takluk dari Madrid dua pekan silam.
ADVERTISEMENT
Gol penalti Sergio Ramos diawali dari aksi Vinicius Junior yang menyisir sektor milik Santiago Arias tersebut. Pun demikian dengan gol pamungkas El Real lantaran keterlambatan Jose Gimenez menutup pergerakan Gareth Bale.
Para pemain Atletico cenderung lalai soal pelanggaran di kotak terlarang. Bila ditotal, sudah tiga kali mereka dijatuhi hukuman penalti di La Liga--termasuk saat keok dari Real Betis awal Februari lalu.
Cristiano Ronaldo meerayakan gol Juventus ke gawang Frosinone. Foto: Massimo Pinca
Kebetulan Juve terhitung jago untuk memaksa tim lawan melanggar di kotak penalti. Tercatat sepasang gol mereka yang lahir dari titik putih. Lebih-lebih di Serie A, karena mereka menajadi kesebelasan yang paling banyak menerima tendangan penalti sebanyak lima kali--bersama Sampdoria dan Sassuolo.
ADVERTISEMENT
Oh, ya, satu lagi yang jadi titik lemah Atletico: Set- piece. Nyaris seperempat gol yang masuk ke gawang mereka di La Liga lahir via skema bola mati.
Situasi semacam ini yang nantinya bisa dimanfaatkan Juve. Lagipula, mereka juga tergolong ulung untuk mengonversi skema set-piece menjadi gol. Tercatat 11 gol yang sudah dihasilkan Juve melalui situasi bola mati di pentas Serie A, hanya kalah dari AS Roma yang mengemas sebiji gol lebih banyak. Spesialiasi yang logis mengingat Juve punya sederet pemain dengan akurasi tembakan ciamik seperti Miralem Pjanic, Paulo Dybala, dan Ronaldo.