Pratinjau Cile vs Peru: Waktunya 'La Roja' Tampil Meledak

3 Juli 2019 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Cile memenangi adu penalti atas Kolombia di perempat final Copa America. Foto: Henry Romero/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Cile memenangi adu penalti atas Kolombia di perempat final Copa America. Foto: Henry Romero/Reuters
ADVERTISEMENT
Pertarungan antara Cile dan Peru di babak semifinal Copa America 2019, Kamis (4/7/2019) ibarat David versus Goliath. Silakan ukur saja betapa superiornya Cile.
ADVERTISEMENT
Mereka menjabat sebagai juara dua edisi beruntun. Alexis Sanchez dan kawan-kawan juga menjadi tim terbaik keempat di fase grup dengan koleksi 6 poin.
Lha, Peru? Mereka berhasil meraih tiket ke fase gugur melalui jalur peringkat tiga terbaik. Ya, La Blanquirroja cuma mampu mendulang 4 angka dari satu kemenangan, sekali seri, dan satu kekalahan.
Kemenangan semata wayang Peru juga cuma lahir atas Bolivia yang notebene merupakan kontestan terburuk. Sementara itu, kekalahan mereka dapatkan usai dilibas Brasil dengan skor telak pula, 0-5.
Cile tampil meyakinkan sejak laga pembuka. Jepang mereka hantam 4-0, disusul Ekuador yang dipukul 2-1. Meski mereka harus menyerah dari Uruguay 0-1 di pertandingan pemungkas fase grup.
ADVERTISEMENT
Secara garis besar, titik kekuatan Cile berada di area sentral. Bagaimana Arturo Vidal, Erick Pulgar, dan Charles Aranguiz bertugas tak cuma mengebiri serangan lawan, melainkan juga menginisiasi serangan.
Untuk aksi bertahan, pelatih Reinaldo Rueda menyerahkannya kepada Vidal dan Pulgar. Nama yang disebut belakangan bahkan menjadi pemain yang paling intens melepaskan tekel sepanjang turnamen dengan rata-rata 3,8. Aksi intersep penggawa Bologna itu juga tergolong tinggi karena menyentuh angka 3.
Selain itu, eksistensi Vidal juga tak bisa dikesampingkan. Ia mengemas 2,7 tekel bila dirata-rata per laga, tertinggi kedua setelah Pulgar.
Aranguiz menjadi tumpuan untuk menunjang performa lini depan. Gelandang Bayer Leverkusen itu mengukir rata-rata 3,5 umpan kunci per laga. Jumlah tersebut menjadi yang terbanyak di antara seluruh kontestan Copa America.
ADVERTISEMENT
Maka tak heran bila akhirnya Sanchez mampu tampil ciamik di gelaran kali ini. Ia berhasil memutus puasa gol selama lima bulan lamanya. Berkat siapa lagi kalau bukan Aranguiz? Wong 2 gol yang dicetak Sanchez itu semuanya berasal dari umpan kirimannya.
Jangan lupakan juga kehadiran Eduardo Vargas di lini depan. Penempatan posisi jadi nilai jual dari pemain yang sudah mencetak sepasang gol itu.
Alexis Sanchez merayakan gol Timnas Cile ke gawang Jepang. Foto: Ueslei Marcelino/Reuters
Bukan berarti Peru tak memiliki peluang untuk menjungkalkan sang juara bertahan. Pada laga uji tanding Oktober tahun lalu, mereka pernah membungkam Cile tiga gol tanpa balas.
Modal Peru tak sampai di situ malah. Kepercayaan diri mereka sedang tinggi-tingginya usai berhasil menjungkalkan Uruguay di babak perempat final.
ADVERTISEMENT
Oke, kemenangan Peru atas La Celeste itu memang memantik sedikit kontroversi setelah tiga gol Luis Suarez dan kolega dianulir. Hingga akhirnya tiket ke babak semifinal mereka dapatkan melalui babak tos-tosan. Akan tetapi, tetap saja keberhasilan Peru dalam menjinakkan agresivitas Uruguay perlu diapresiasi.
Ricardo Gareca mengaplikasi format satu penyerang di timnya, yakni 4-2-3-1 dan 4-1-4-1. Alasannya simpel, karena Peru tak banyak memiliki pemain dengan kualitas mumpuni. Di garda terdepan misalnya, mereka masih mengandalkan Paolo Guerrero, striker gaek yang sudah berusia 35 tahun.
Selain itu, penggunaan format satu penyerang bertujuan untuk memaksimalkan skema defensif mereka, khususnya dengan bantuan dua gelandang bertahan, Renato Tapia dan Yotun.
Tengok saja betapa kerdilnya agresivitas Peru ketimbang Uruguay lalu. Hanya 3 tembakan yang mereka lepaskan, itu pun tak ada yang mengarah ke sasaran. Jauh lebih sedikit dari Uruguay yang melontarkan 13 tembakan dan di 3 di antaranya mengarah ke target.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, rata-rata gol mereka di tiap pertandingan juga cuma menyentuh angka 0,8. Ini menjadi yang terendah di antara kontestan fase gugur lainnya. Perlu diingat, ketiga gol yang dibuat Peru hanya lahir saat bersua Bolivia.
Pencetak gol terbanyak Timnas Peru, Guerrero. Foto: Reuters/Mariana Bazo
Kemungkinan besar jalannya pertandingan bakal berjalan demikian: Cile ofensif, sedangkan Peru bermain lebih defensif. Kabar baik bagi Peru, sebab Cile cenderung mengalami penurunan performa dalam dua laga ke belakang.
Mereka kalah 0-1 dari Uruguay di laga pemungkas Grup C dan hanya mampu menyingkirkan Kolombia via drama adu penalti usai bermain 0-0 di waktu normal.
Gamblangnya, lini depan Cile tak lagi mengigit. Hal itu tak terlepas dari matinya pergerakan Aranguiz dan Sanchez, dua pemain yang jadi motor serangan tim.
ADVERTISEMENT
Saat bersua Uruguay, Aranguiz tercatat kehilangan penguasaan bola sebanyak 7 kali (terbanyak) sedangkan Sanchez menyentuh angka 5. Sementara di laga versus Kolombia, eks pemain Udinese itu jadi objek penderitanya setelah kehilangan penguasaan bola sebanyak 8 kali (tertinggi).
Luis Suarez mencetak gol di laga Timnas Uruguay vs Peru, tetapi wasit menganulirnya. Foto: Sergio Moraes/Reuters
So, langkah paling strategis bagi Peru untuk menaklukkan Cile adalah dengan menerapkan skema defensif. Plus, mematikan Aranguiz dan Sanchez sebagai corong utama serangan La Roja. Yah, mirip-mirip dengan cara mereka menjungkalkan Uruguay di babak sebelumnya, saat sukses melumpuhkan Suarez dan Edinson Cavani.