Pratinjau Dortmund vs Spurs: Tentang Kemungkinan Hasil yang Berbeda

5 Maret 2019 18:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duel Tottenham Hotspur vs Borussia Dortmund di Wembley. Foto: Matthew Childs/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Duel Tottenham Hotspur vs Borussia Dortmund di Wembley. Foto: Matthew Childs/Reuters
ADVERTISEMENT
Tiga gol jadi tabungan Tottenham Hotspur untuk menyambangi Signal Iduna Park, Rabu (6/3/2019) dini hari WIB nanti. Ya, Borussia Dortmund mereka hempaskan 3-0 pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions di pertengahan bulan lalu.
ADVERTISEMENT
Artinya, pasukan Mauricio Pochettino itu cuma membutuhkan hasil imbang untuk menyabet tiket ke babak perempat final. Bahkan, kekalahan dua gol tanpa balas pun juga tak cukup untuk menghentikan eksistensi Spurs di Liga Champions.
Lantas, apakah Spurs mampu mempertahankan keunggulan 3 gol mereka atas Dortmund?
Begini, Spurs sendiri sebenarnya sedang dalam kondisi yang tak sehat-sehat amat, khususnya dalam tiga pertandingan ke belakang. Torehan kemenangan mereka nihil dalam rentang waktu tersebut--takluk dari Burnley serta Chelsea dan bermain imbang dengan Arsenal.
Produktivitas jadi problem paling kentara, mengingat cuma sepasang gol yang mampu mereka buat pada durasi itu. Harry Kane memang sudah sembuh dari cedera pergelangan kaki, tetapi justru hal itulah yang kemudian memampatkan keran gol Spurs. Lebih tepatnya karena kecenderungan mereka untuk menitik beratkan serangan kepada kapten Tim Nasional Inggris tersebut.
ADVERTISEMENT
Maaf-maaf saja, faktanya Kane belum menemukan bentuk terbaiknya setelah pulih. Hanya satu gol yang dibuatnya dalam tiga pertandingan, itu pun lahir melalui titik putih. Padahal, topskorer Premier League dua kali tersebut menjadi pemain Spurs yang paling aktif melepaskan tembakan dalam tiga laga ke belakang sebanyak 8 upaya.
David Luiz coba melerai perselisihan antara Harry Kane dan Cesar Azpilicueta. Foto: Reuters/Paul Childs
Son Heung-min yang paling merasakan imbas kedatangan Kane. Produktivitas pemain asal Korea Selatan itu terkebiri karenanya. Ia mesti melalui tiga laga terakhir tanpa gol. Padahal, Son sebelumnya tak pernah absen mencetak gol dalam empat pertandingan terakhirnya, tak terkecuali sumbangsih satu golnya ke gawang Dortmund di Wembley lalu.
Saat itu Pochettino menduetkan Son dengan Lucas Moura di garda terdepan. Kombinasi yang unik mengingat keduanya berposisi alami sebagai seorang winger.
ADVERTISEMENT
Nah, justru itu yang jadi tujuan pelatih asal Argentina tersebut. Ia berencana mengeksploitasi sisi sayap yang jadi titik lemah Dortmund. Terlebih, pergerakan melebar yang dilakukan Son dan Moura akan menciptakan ruang bagi lini kedua.
Gol kedua Spurs yang dibuat Jan Vertonghen, yang diturunkan sebagai wing-back kiri saat itu, memaparkan bagaimana kecairan lini depan mereka. Mantan bek Ajax Amsterdam tersebut dengan jeli merangsek ke kotak penalti dan menyambut umpan lambung Serge Aurier.
Son Heung-min merayakan gol Tottenham Hotspur ke gawang Borussia Dortmund. Foto: Matthew Childs/Reuters
Gamblangnya, cara paling mudah untuk mendongkrak kembali produkvitas Spurs, ya, dengan mengembalikan peran Son seperti sebelumnya. Bila Pochettino berani untuk menepikan Kane, Fernando Llorente layak untuk dijadikan alternatif.
ADVERTISEMENT
Secara karakteristik, Llorente memiliki kemiripan dengan Kane. Namun, berbeda soal peran. Pochettino tidak memfungsikan eks penyerang Juventus itu sebagai corong alias target di lini depan--sebagaimana yang diterapkannya kepada Kane.
Duel versus Leicester pada Premier League pekan 26 bisa dijadikan acuan. Llorente aktif untuk menjemput bola di batas sepertiga akhir pertahanan lawan.
Bukan cuma dibutuhkan dalam urusan duel udara, tetapi juga untuk membagi dan mebuka ruang untuk lini kedua. Bukti itu tertuang lewat sumbangan assist-nya kepada Christian Eriksen.
Cristian Eriksen merayakan golnya ke gawang Inter Milan. Foto: REUTERS/Eddie Keogh
Setali tiga uang dengan Spurs, Dortmund juga sedang dalam kondisi jeblok sejak awal Februari. Terhitung hanya sebiji kemenangan yang berhasil mereka bukukan dalam tujuh laga di berbagai kompetisi.
ADVERTISEMENT
Walaupun begitu, mereka bisa mengandalkan keangkeran Signal Iduna Park sebagai penawarnya. Faktanya, Dortmund cuma sekali takluk di depan para pendukungnya pada musim ini--keok dalam drama adu penalti dari Werder Bremen di DFB Pokal. Bila dirinci, mereka mengukir 15 kali menang, 3 imbang dan sekali kalah dalam seluruh laga di berbagai ajang musim ini. Kemenangan telak Dortmund Atletico Madrid empat gol tanpa balas di fase grup lalu termasuk di dalamnya.
Kabar gembiranya, Luciane Favre kini bakal kembali diperkuat Paco Alcacer, Marco Reus, dan Lukasz Piszczek yang absen di leg pertama lantaran cedera. Meski pemain yang disebut belakangan belum 100% fit, kehadiran Alcacer dan Reus amatlah berarti untuk mendongkrak daya ledak tim. Keduanya merupakan pencetak gol terbanyak Dortmund dengan masing-masing 13 gol.
ADVERTISEMENT
Penyerang Borussia Dortmund, Paco Alcacer, merayakan golnya ke gawang Werder Bremen. Foto: REUTERS/Leon Kuegeler
Alhasil, Favre tak perlu merombak komposisi regulernya seperti leg pertama lalu. Mario Goetze yang sebelumnya turun sebagai false-nine, kembali diposisikan sebagai gelandang tengah. Begitu pula dengan Reus yang kembali mengisi pos sayap kiri untuk menyokong Alcacer sebagai penyerang utama--bersama Jadon Sancho di tepi sebaliknya.
Minimnya agresivitas dari sisi sayap jadi salah satu kelemahan Dortmund di leg pertama. Abdou Diallo yang sebelumnya diplot sebagai full-back kiri tergolong minim dalam melakukan aksi menyerang karena nihil jumlah tembakan, umpan kunci, serta dribel sukses.
Praktis, cuma Achraf Hakimi yang jadi tumpuan mereka dari sektor full-back. Sialnya, pemain yang dipinjam dari Real Madrid itu kesulitan untuk menembus komposisi lima gelandang yang diterapkan Spurs.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Favre kemungkinan besar akan mendaftarkan Raphael Guerreiro sebagai starter nanti. Bukan cuma rajin melakukan aksi bertahan, pemain berpaspor Portugal itu juga aktif untuk membantu proses serangan. Fakta yang tertuang lewat koleksi 4 golnya di Liga Champions, terbanyak di antara rekan-rekan setimnya.
Raphael Guerreiro berduel dengan Nastasic. Foto: REUTERS/Wolfgang Rattay
Jalannya laga bakal berbeda dibanding leg pertama, mengingat kedua kubu akan menurunkan susunan pemain yang berbeda pula. Spurs bakal memaksimalkan Kane yang sebelumnya absen. Kemungkinan terburuknya, langkah itu bakal memangkas agresivitas dari Son dan Eriksen dari lini kedua.
Sebaliknya, Dortmund berpotensi untuk memperbaiki produktivitas mereka nanti, lewat come-backnya pilar-pilar penting macam Alcacer dan Reus. Lagipula, Roman Buerki dan kawan-kawan juga punya bekal yang mengenyangkan, yakni persentase kemenangan sebesar 79% dari seluruh pertandingan kandang musim ini.
ADVERTISEMENT