Pratinjau Iran vs Portugal: Mengantisipasi Kebuntuan Ronaldo

25 Juni 2018 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapten Timnas Portugal, Cristiano Ronaldo. (Foto: Maxim Shemetov/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kapten Timnas Portugal, Cristiano Ronaldo. (Foto: Maxim Shemetov/Reuters)
ADVERTISEMENT
"Kirimkan saja bolanya kepada Ronaldo, perkara gol atau tidak, biar dia yang mengurusnya."
ADVERTISEMENT
Kalimat demikian bisa menjadi gambaran strategi Fernando Santos yang diucapkan kepada anak-anak buahnya dalam mengarungi Piala Dunia kali ini. Terdengar klise, akan tetapi skema itulah yang membawa Portugal tampil impresif sejauh ini.
Juara bertahan Piala Eropa itu berhasil memaksimalkan peran Cristiano Ronaldo sebagai tumpuan tim. Mereka sukses menahan imbang Spanyol dan menyudahi perlawanan Maroko pada babak penyisihan Grup B.
Kontribusi yang paling ketara adalah torehan empat gol Portugal yang semuanya dihasilkan oleh pemain berjuluk CR7 tersebut. Rata-rata 5 tembakan dilepaskannya di tiap pertandingan. Jumlah tersebut terpaut jauh dari Ricardo Quaresma di peringkat kedua yang cuma menyentuh angka 2 jika dirata-rata.
Terlepas dari ciamiknya performa Portugal hingga sekarang, tugas mereka belum usai untuk mengamankan satu slot di fase gugur. Hasil imbang melawan Iran, Selasa (26/6/2018) dini hari WIB, paling tidak jadi torehan paling minim yang kudu diraih A Selecao das Quinas untuk lolos dari babak penyisihan. Akan lebih baik lagi untuk ke depannya andai Portugal berhasil menang dan keluar sebagai juara Grup B yang sementara ini dipimpin Spanyol.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang Iran, hampir bisa dipastikan mereka akan bermain defensif untuk meredam gempuran Portugal nantinya. Skema tersebut mereka gunakan saat kalah tipis 0-1 dari Spanyol di laga terakhir.
Kala itu Carlos Queiroz berhasil meminimalisir agresivitas Spanyol dengan memadatkan area pertahanannya. Lebih rincinya, sisi kiri yang jadi area terkuat La Furia Roja yang jadi sasaran. Hasilnya, cuma 5 tembakan tepat sasaran dari 18 percobaan yang berhasil dicatatkan Andres Iniesta dan kolega ke gawang Iran. Meski akhirnya gawang Alireza Beiranvand bobol juga oleh Diego Costa di babak kedua.
Mengingat kualitas pemain Iran yang minim, skema semacam ini adalah cara paling bijak untuk meladeni Spanyol dengan kreativitasnya yang melimpah. Aksi yang paling nyata, ya, dengan mematikan pergerakan Ronaldo.
ADVERTISEMENT
Pemain Iran dan Spanyol berduel. (Foto: REUTERS / Jorge Silva)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Iran dan Spanyol berduel. (Foto: REUTERS / Jorge Silva)
Meski Ronaldo jadi poros permainan Portugal, tentu saja ia tak berdiri sendirian. Terdapat beberapa pemain yang diutus untuk menunjang performanaya sebagai algojo peluang. Sedikit berbeda dengan Spanyol yang bertumpu pada trio Isco, Andres Iniesta, dan Jordi Alba di tepi kiri, mereka mengandalkan sepasang full-back untuk membangun serangan, yakni Raphael Guerreiro dan Cedric Soares.
Satu nama lagi yang tak kalah penting, William Carvalho. Jika Guerreiro dan Soares bermain melebar, pemain yang lahir di Angola itu diplot sebagai poros distribusi bola. Dalam formasi 4-4-2 milik Santos, Carvalho bergerak statis untuk melindungi Pepe dan Jose Fonte sebagai bek sentral.
Tugas yang berbeda diemban dengan Joao Moutinho. Meski berposisi serupa, gelandang AS Monaco itu lebih dinamis untuk bergerak ke depan selain juga menjemput bola di wilayah pertahanan. Itulah mengapa Moutinho menjadi pemain Portugal yang paling aktif dalam melepaskan uman kunci dengan rata-rata 2,5 per laga.
ADVERTISEMENT
Dengan besarnya kemungkinan Iran mengantisipasi manuver Ronaldo, Portugal kudu menyiapkan plan B sebagai bentuk pencegahan. Sebagai perbandingan, Spanyol yang memiliki lini serang mumpuni saja hanya mampu mendulang satu gol ke gawang Iran.
Dalam hal ini, Goncalo Guedes jadi pilihan nomor wahid karena menjadi tendem Ronaldo di garda terdepan. Kendati begitu, ketajaman pemain milik Paris Saint Germain tak begitu signifikan karena cuma mengemas satu tembakan per laga.
Gelson Martins adalah kandidat lain yang layak dijadikan alternatif. Pemain berumur 23 tahun itu diberkahi kemampuan dribel yang mumpuni. Di level klub, 2,7 dribel per laga --terbanyak keempat di Liga Super Portugal. Torehan 11 gol dan 9 assist-nya untuk Sporting CP musim lalu juga jadi bukti impresif lainnya.
ADVERTISEMENT
Yang jadi masalah, Martins baru mencicipi 31 menit bersama Portugal sejauh ini. So, terlalu riskan andai menggantungkan harapan kepadanya nanti. Serupa dengan pertimbangan untuk menurunkan Andre Silva yang cuma tampil 10 menit.
Selain dua nama di atas, Quaresma bisa muncul sebagai pilihan lainnya. Oke, usianya memang tak muda lagi karena sudah menyentuh 34 tahun. Akan tetapi, justru pengalaman yang jadi nilai tambah darinya. Lagipula, mantan pemain Inter Milan itu juga piawai dalam melepaskan tendangan jarak jauh selain mahir dalam melakukan dribel.