Pratinjau Jerman vs Brasil: Ujian Tanpa Neymar yang Sesungguhnya

26 Maret 2018 13:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Brasil merayakan gol. (Foto: Reuters / Sergei Karpukhin)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Brasil merayakan gol. (Foto: Reuters / Sergei Karpukhin)
ADVERTISEMENT
"Kekalahan 1-7 masih terasa segar di ingatan dan tentu saja kami tahu bahwa kami akan bermain melawan Jerman di Berlin. Mereka adalah juara dunia, mereka pernah mengalahkan kami dan itu sudah berlalu. Kami berada dalam periode pembangunan skuat dan secara emosional itu akan menjadi penting," kata Pelatih Brasil, Tite, seperti dikutip oleh ESPNFC.
ADVERTISEMENT
Setelah memetik hasil positif atas Rusia, Brasil akan naik level untuk menantang Jerman, lawan yang lebih kuat sekaligus pembawa mimpi buruk di Piala Dunia empat tahun silam. 'Tim Samba' dipaksa bertekuk lutut 1-7 pada ajang akbar yang dihelat di negerinya sendiri itu. Maka dari itu, Tite tak bisa mengesampingkan pentingnya uji tanding yang akan dihelat di Olympiastadion, Rabu (28/3/2018) dini hari WIB.
Ujian Sesungguhnya Tanpa Neymar
Brasil berhasil menanggulangi ketiadaan Neymar dengan paripurna via kemenangan 3-0 atas Rusia, Sabtu lalu. Tite menurunkan skema dasar 4-1-4-1 dengan memainkan Philippe Coutinho, Willian, Douglas Costa, Paulinho, dan Gabriel Jesus secara bersamaan. Memang, agresivitas Brasil makin terdongkrak dengan menurunkan mereka, akan tetapi ada risiko di baliknya. Pasalnya, hanya Paulinho yang mampu menjaga keseimbangan lini tengah. Situasi semacam ini yang rawan untuk dieksploitasi Jerman nantinya.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan Rusia, Jerman tentu saja berbeda. Mereka punya build-up serangan yang rapi yang dibarengi dengan kreativitas lini tengah. Saat berhadapan dengan Spanyol akhir pekan lalu, misalnya, Jerman memanfaatkan distribusi bola dari barisan beknya, selain dari Toni Kroos yang bertugas sebagai poros ganda bersama Sami Khedira. Jerome Boateng dan Joshua Kimmich menempati posisi kedua dan ketiga, di bawah Kroos dalam kuantitas umpan.
Dengan sirkulasi bola yang lancar dari Jerman, artinya Brasil juga tak boleh gegabah dalam mengaktifkan mode menyerang. Apalagi Jerman memiliki winger dengan kecepatan tinggi macam Leroy Sane. Ia bisa memanfaatkan overlap yang rutin dilakukan Dani Alves dan Marcelo, dua full-back Brasil. Maka dari itu, ada baiknya Tite menurunkan Fernandinho yang akhir pekan lalu dicadangkan. Kapasitas gelandang berusia 32 tahun itu dalam melindungi back-four sudah teruji bersama Manchester City sejauh ini.
ADVERTISEMENT
Andalan City, Fernandinho. (Foto: Reuters/Carl Recine )
zoom-in-whitePerbesar
Andalan City, Fernandinho. (Foto: Reuters/Carl Recine )
Sementara itu, Casemiro akan dipertahankan untuk menghuni pos gelandang bertahan. Lagipula Tite memang menginstruksikan ia untuk bermain oportunis, seperti yang diembannya bersama Real Madrid. Dengan kata lain, Brasil akan mengaplikasi format 4-3-3, menempatkan Fernandinho, Casemiro, dan Paulinho untuk menguasai sektor tengah.
Sementara Willian, Coutinho, dan Costa jadi nama terdepan sebagai winger. Nah, untuk pos ujung tombak, Tite bisa mencontoh keputusan Julen Lopetegui yang mengandalkan striker cepat macam Rodrigo Moreno, dibanding Diego Costa yang powerful. Pasalnya, barisan pertahanan Jerman yang dihuni Boateng dan Mats Hummels sangat mengandalkan kekuatan fisik. Dalam hal ini, Jesus adalah pilihan ideal, meski Roberto Firmino juga layak untuk diturunkan sejak menit pertama.
Kedalaman Skuat
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, Jerman juga tak bisa menurunkan skuat terbaiknya. Mesut Oezil dan Thomas Mueller tak diikutsertakan, pun demikian dengan Emre Can yang mengalami cedera. Beruntung, Khedira yang sempat ditarik keluar di pertengahan laga kontra Spanyol lalu kini telah kembali fit. Dengan begitu Joachim Loew tak perlu pusing memikirkan personel poros ganda yang akan diturunkan. Namun, absennya Oezil sebagai pemrakarsa peluang mungkin bakal menyulitkan lini depan anak asuhnya.
Leon Goretzka mungkin bisa beroperasi sebagai gelandang serang, tapi tak begitu piawai dalam menciptakan peluang. Akan lebih ideal andai Kroos yang mengisi pos yang ditinggalkan Oezil. Pasalnya, ia merupakan pendulang umpan kunci tertinggi di Real Madrid lewat torehan 2,3 umpan per laga. Hebatnya, catatan tersebut ditorehkannya sebagai gelandang tengah --bukan gelandang serang.
ADVERTISEMENT
Untuk mengisi tempat Kroos sebelumnya, Guendogan adalah nama ideal. Jangan tanyakan kapasitasnya sebagai distributor bola di area tengah. Belum lama ini, pemain berdarah Turki tersebut sukses memecahkan rekor jumlah operan dalam satu pertandingan Premier League lewat 167 operan sukses. Gelandang asal Jerman itu sekaligus memecahkan rekor jumlah operan dalam satu pertandingan Premier League saat City unggul 1-0 atas Chelsea awal bulan ini.
Jika Julian Draxler masih dipercaya untuk mengisi pos sayap, adalah satu slot penyerang utama yang masih bisa diperebutkan. Mungkin saatnya Loew untuk mempercayai big-man macam Mario Gomez dan Sandro Wagner, atau penyerang versatile macam Lars Stindl. Penampilan Timo Werner yang di bawah harapan kala meladeni Spanyol jadi alasannya. Lagipula, Loew kudu menempa kedalaman skuatnya, demi memperkaya varian serangan.
ADVERTISEMENT