Pratinjau: Karena Liverpool dan Bayern Sama-sama Ganas

13 Maret 2019 15:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Liverpool dan Bayern berebut bola. Foto: Reuters/Carl Recine
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Liverpool dan Bayern berebut bola. Foto: Reuters/Carl Recine
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Telah menjadi rahasia umum bahwa Juergen Klopp dan Bayern Muenchen tak saling menyukai. Ketidaksukaan Bayern disebabkan keberhasilan Klopp meraih trofi Bundesliga secara back-to-back --pada musim 2010/11 dan 2011/12-- ketika masih berstatus pelatih Borussia Dortmund.
ADVERTISEMENT
Sementara, Bayern juga punya caranya sendiri untuk menciptakan luka di dada Klopp. Masa keemasan Dortmund era Klopp perlahan-lahan sirna karena pemain-pemain terbaiknya hengkang ke Bayern. Selain itu, Die Roten menjadi tim yang mengalahkan Dortmund 2-1 pada final Liga Champions 2012/13.
Narasi inilah yang menjadi daya tarik pertandingan leg II babak 16 yang mempertemukan Liverpool dan Bayern di Allianz Arena, Kamis (14/3/2019) dini hari WIB. Untuk pertama kalinya sejak April 2015, Klopp – yang kini menjadi manajer Liverpool -- kembali dengan misi mempermalukan si tuan rumah.
Seperti pertandingan pertama yang berakhir 0-0, pertemuan Bayern dan Liverpool kali ini juga berpotensi sengit. Apalagi, kedua tim sama-sama tak terkalahkan dalam jeda pertandingan pertama dan kedua. Dengan kata lain, mesin Bayern dan Liverpool kini sama-sama panas.
ADVERTISEMENT
Liverpool sendiri telah menjalani empat pertandingan Premier League setelah melawan Bayern di leg I. Hasilnya ialah kemenangan 5-0 atas Watford dan 4-2 atas Burnley, dan hasil 0-0 saat bersua Manchester United dan Everton – dua rival The Reds.
Sementara, Bayern mampu menyapu bersih tiga pertandingan teraktual di Bundesliga dengan kemenangan. Skuat besutan Niko Kovac itu raih kemenangan tipis 1-0 atas Hertha Berlin, lalu menggunduli Borussia Moenchengladbach 5-1, sebelum pada akhirnya mempermak Wolfsburg dengan skor akhir 6-0.
Lantas, bagaimana penerapan taktik kedua tim di laga nanti? Siapa yang bisa menjadi pembeda dalam laga ini? Dan adakah faktor X yang bisa diperhitungkan dalam laga ini? Tunggu apa lagi, simak ulasan kumparanBOLA di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Liverpool: Si Rocky Balboa Itu
Perayaan gol Liverpool ke gawang Watford. Foto: Action Images via Reuters/Carl Recine
Jika melihat trennya, terlihat jelas Liverpool bermasalah saat menjalani laga tandang Liga Champions musim ini. Bayangkan saja, tiga laga tandang terakhir di kompetisi terelite se-Eropa itu seluruhnya berakhir kekalahan. Ironisnya, selama itu, Liverpool hanya melancarkan 5 tembakan tepat sasaran.
Dari sedikit itu tembakan, Liverpool hanya mampu membukukan satu gol. Itu pun dari eksekusi penalti James Milner ketika Liverpool keok 1-2 dari Paris Saint-Germain dalam pertandingan kelima babak grup Liga Champions musim ini. Catatan ini merupakan yang paling sedikit di Liga Champions musim ini.
Lantas, apakah dengan begitu sudah dipastikan kisah Liverpool di Liga Champions musim ini sudah pasti berakhir? Hmm… begini, pernah menonton film tinju legendaris berjudul ‘Rocky’? Agustus 2018 silam, Klopp pernah bilang bahwa Liverpool musim ini harus menjadi seperti Rocky Balboa -- karakter utama dalam film tersebut.
ADVERTISEMENT
Rocky memiliki gaya bertarung yang menarik. Tak jarang karakter yang diperankan Sylvester Stallone itu sengaja menerima pukulan dengan maksud menghemat tenaga. Di momen krusial, barulah Rocky menyerang lawannya bertubi-tubi dengan tangan kirinya.
Seperti Rocky, pada akhirnya Liverpool musim ini seperti itu juga. Dalam satu-dua laga, mereka tampil ogah-ogahan. Namun, di laga penting, mereka bisa memukul lawan tanpa ampun. Bisa saja, Liverpool melupakan catatan tandang buruknya di Liga Champions dan menunjukkan sisi terbaiknya ketika menghadapi Bayern.
Selesainya hukuman larangan tampil untuk Virgil van Dijk adalah angin segar untuk Liverpool. Mengingat bek berkebangsaan Belanda itu tak hanya cakap dalam aksi bertahan, tetapi juga ketika harus mengorganisir lini belakang. Kembalinya Van Dijk juga menjadi kabar baik untuk Fabinho Tavares.
ADVERTISEMENT
Fabinho berduel dengan Ross Barkley saat Liverpool menghadapi Chelsea di Piala Liga Inggris. Foto: REUTERS/Andrew Yates
Dengan begitu, Fabinho tak perlu lagi dipaksakan menjadi tandem Joel Matip di bek tengah. Sosok berkebangsaan Brasil itu bisa kembali menghuni posisi gelandang bertahan, dan memberikan stabilitas ketika tim menyerang dan bertahan.
Melawan Bayern, Liverpool takkan menurunkan Naby Keita, karena sosok berkebangsaan Guinea itu mengalami cedera minor. Walau begitu, Liverpool masih punya sejumlah pemain yang bisa diandalkan menjadi gelandang kiri dengan peran playmaker dalam formasi 4-3-3.
Mulai dari Georginio Wijnaldum, Xherdan Shaqiri, James Milner, hingga Adam Lallana bisa dijajal di posisi ini. Khusus Lallana, dia baru saja terlibat dalam dua gol awal Liverpool kala tampil sebagai starter di laga berakhir kemenangan 4-2 atas Burnley pada Minggu (10/3/2019) lalu.
ADVERTISEMENT
Wijnaldum dan Milner juga bisa mengemban peran box-to-box di gelandang kanan. Selain dua nama tersebut, sebenarnya masih ada Jordan Henderson. Namun, Henderson sebaiknya menjadi opsi terakhir. Keunggulan kapten Liverpool itu ialah stamina, dan kelemahannya adalah kontribusi minim ketika tim menyerang.
Mohamed Salah dan Sadio Mane bersalaman. Foto: Action Images via Reuters/John Sibley
Di lini serang, tentu saja trio Sadio Mane-Roberto Firmino-Mohamed Salah perlu diperhatikan. Salah memang belum mencetak satu gol pun dalam lima laga terakhir Liverpool. Namun, jangan buru-buru coret nama penyerang berkebangsaan Mesir itu.
Kembali ketika menang 4-2 atas Burnley, pergerakan Salah memiliki andil di balik tiga gol Liverpool. Mane merupakan penyerang terpanas Liverpool, yang telah mencetak 4 gol dalam lima laga teranyar. Sementara, Firmino telah mencetak dua gol ke gawang Burnley.
ADVERTISEMENT
Tugas trio penyerang Liverpool itu tak hanya akan dibantu lini tengah, tetapi juga Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson di full-back kanan dan kiri. Keduanya piawai dalam melakukan overlapping dan melancarkan umpan lambung serta aksi bertahan. Khusus Arnold, dia juga jago dalam eksekusi tendangan bebas.
Dengan skuat yang tengah lagi panas-panasnya, Liverpool tentulah akan mencetak gol dan menghindari kebobolan cepat untuk meraih kemenangan. Untungnya bagi Liverpool, ada celah di lini pertahanan Bayern yang bisa mereka manfaatkan.
Perubahan Nasib, Perubahan Taktik Bayern
Niko Kovac memimpin sesi latihan Bayern Muenchen jelang laga kontra Liverpool. Foto: Reuters/Lee Smith
Hasil-hasil positif yang didapatkan Bayern setelah pertemuan pertama Liverpool erat kaitannya dengan kesadaran Niko Kovac. Alih-alih terus memaksakan bermain dengan penguasaan bola dengan skema 4-3-3, pada akhirnya Bayern kembali tampil dengan sepak bola direct dalam formasi 4-2-3-1.
ADVERTISEMENT
Agar taktik ini berhasil, Kovac memutuskan untuk berdamai dengan Javi Martinez. Sosok berdarah Basque itu sekarang menghuni posisi gelandang bersama Thiago Alcantara. Bermodalkan tubuh besar dan kemampuan oke dalam mengantisipasi serangan, Martinez mendapatkan peran sebagai gelandang bertahan.
Dengan begitu, Thiago bisa dengan leluasa mendristibusikan bola ke lini depan. Sementara, James Rodriguez kembali trengginas akibat kembali ke posisi terbaiknya: Di belakang Robert Lewandowski yang berperan sebagai striker.
Jika Rodriguez tak bisa menunjukkan performa terbaiknya saat melawan Liverpool, tenang, karena Leon Goretzka telah pulih. Mantan pemain Schalke 04 ini kerapkali memberikan opsi lain ketika serangan Bayern buntu, dan catatan 6 gol dan 2 assist menjadi buktinya.
James Rodriguez merayakan gol di laga Wolfsburg vs Bayern Muenchen. Foto: REUTERS/Fabian Bimmer
Lewandowski sendiri telah kembali menemukan sentuhannya dengan catatan 2 gol kala Bayern menang 6-0 atas Wofsburg pada Sabtu (9/3/2019) silam. Di sayap kiri, Serge Gnabry tetap mengancam dengan kecepatan ketika bola ada atau tak ada di kakinya.
ADVERTISEMENT
Thomas Mueller memang tak bisa tampil di sayap kanan di laga melawan Liverpool karena cedera, begitu juga dengan Arjen Robben. Sehingga, bisa saja Kingsley Coman kembali dipercaya menghuni posisi ini. Seperti Gnabry, kecepatan menjadi kekuatan mantan winger Juventus tersebut.
Lini belakang menjadi satu-satunya masalah yang harus dipusingkan Bayern saat ini. Joshua Kimmich mengalami cedera, sehingga kemungkinan besar Rafinha menghuni full-back kanan. Rafinha sendiri tak cukup solid, sehingga celah ini bisa dimanfaatkan Sadio Mane yang sedang bagus-bagusnya.
Untuk full-back kiri, masih ada David Alaba. Performa Alaba musim ini cenderung stabil, namun bukan berarti Mohamed Salah tak punya kesempatan. Salah bisa mencari lubang ketika pemain berkebangsaan Austria itu memutuskan untuk melakukan overlapping.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat juga duo bek Matts Hummels dan Jerome Boateng belum mendapatkan ujian serius dalam tiga laga teraktual, begitu juga dengan Manuel Neuer sebagai kiper. Sejauh musim ini bergulir, inkonsistensi menjadi masalah ketiga pemain ini.
Jika Neuer, Boateng dan Hummels kembali jeblok, ya, tentulah kesempatan Liverpool untuk menang dan lolos menjadi kian besar. Tetapi, dengan faktor tampil di kandang sendiri, relakah ketiga pemain itu membuat Klopp tertawa lebar di akhir laga?