Pratinjau Kroasia vs Inggris: Opsi Alternatif yang Bisa Jadi Kunci

11 Juli 2018 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegembiraan penggawa Timnas Inggris usai menang menghadapi Swedia. (Foto:  REUTERS/Dylan Martinez)
zoom-in-whitePerbesar
Kegembiraan penggawa Timnas Inggris usai menang menghadapi Swedia. (Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
ADVERTISEMENT
Sosok alternatif kian hari semakin dibutuhkan, mengingat tiap tim makin meningkatkan antisipasi pada titik potensial lawan masing-masing. Itu adalah salah satu dari beberapa aspek yang diperlukan kesebelasan untuk melanjutkan presensinya di Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
Tengok saja keberhasilan Prancis saat menyingkirkan Belgia dini hari tadi. Saat pemain lawan berbondong-bondong melakukan penjagaan kepada pemain macam Kylian Mbappe, Paul Pogba, dan Antoine Griezmann, Les Bleus dituntut untu memunculkan sosok lain sebagai pemecah kebuntuan.
Mereka menjawabnya dengan Samuel Umtiti sebagai pencetak gol kemenangan. Itu pun lahir dari opsi alternatif: Set-piece. Anak asuh Didier Deschamps itu juga berhasil memaksimalkan Raphael Varane di laga sebelumnya, kala berhasil menjebol gawang Uruguay. Yang paling sensional, tentu saja Eder, penyerang medioker yang berhasil mencetak gol kemenangan bagi Portugal di Piala Eropa 2016.
Namun, mari tinggalkan sejenak Prancis yang sudah melenggang ke partai puncak, sebab Kroasia dan Inggris akan saling bentrok di babak semifinal, Rabu (12/7/2018) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Sosok Selain Kane
Jika berbicara mengenai besaran opsi serangan, para pendukung Inggris bisa sedikit tersenyum. Pasalnya, 'Tiga Singa' berhasil menyingkirkan ketergantungan mereka akan sosok Harry Kane.
Sebagai gambaran, topskorer Premier League dua kali itu sudah mengemas 6 gol, atau lebih dari setengah gol Inggris sepanjang turnamen. Kemenangan atas Swedia di laga sebelumnya bisa dijadikan acuan.
Pendar Kane tak secerah biasanya lantaran barisan yang dikomandoi Andreas Granqvist itu tak cuma mahir dalam menjaga kedalaman, akan tetapi juga dalam duel udara Salah satu dasar mengapa Kane cuma mampu melepaskan sebiji tembakan, yang ironisnya tak mengenai sasaran. Catatan minusnya makin komplet dengan empat kali kehilangan penguasaan bola-- terbanyak di antara para pemain lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun, pasukan Gareth Southgate itu berhasil lolos dari lubang jarum. Adalah Harry Maguire dan Dele Alli yang muncul sebagai pemecah kebuntuan lewat gol-golnya ke gawang Robin Olsen. Lagi-lagi, dengan umpan lambung yang jadi trademark mereka.
Lesakan Alli lahir dari umpan lambung Jesse Lingard, sedangkan gol Maguire buah dari konversi set-piece. Menariknya, itu adalah gol kedelapan Inggris dari situasi bola mati.
Di satu sisi, Kroasia terbilang kokoh dalam mengantisipasi skema tersebut. Hanya sekali mereka kebobolan dalam situasi bola mati --saat Mario Fernandes menjebol gawang Danijel Subasic di babak perempat final lalu.
Nah, inilah saatnya bagi Raheem Sterling untuk mencuat. Memang ia baru mengemas satu assist dalam empat laga yang dilakoninya. Namun, kuantitas dribelnya cukup tinggi dengan menyentuh 1,5 jika dirata-rata. Belum lagi dipadu dengan umpan kunci dengan 1,3, kedua terbanyak setelah Kieran Trippier.
ADVERTISEMENT
Di sini Southgate bisa memasrahi Sterling tugas untuk bermanuver lewat aksi dribel bersama Lingard. Ya, alternatif lain saat Inggris mengalami kebuntuan memaksimalkan Kane dan skema set-piece andalan mereka.
Sterling bersama Timnas Inggris. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Sterling bersama Timnas Inggris. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Enyahkan 'Modric-sentris'
Berbicara tentang Kroasia, tak serta merta bisa lepas dari Luka Modric. Ia menjadi pemain yang paling berpengaruh bagi Vatreni. Sepasang gol dan satu assist jadi bukti betapa besarnya sumbangsih Modric untuk Kroasia dalam turnamen ini.
Kualitas para pemain Kroasia tak merata. Mereka tak memiliki full-back yang aktif membantu serangan, winger yang kreatif, dan penyerang haus gol. Zlatko Dalic sadar betul akan hal tersebut. Itulah mengapa ia bersandar kepada Modric sebagai tumpuan --pengalir bola, kreator serangan sekaligus pencetak gol.
ADVERTISEMENT
Selain berterima kasih dengan Modric, Kroasia juga kudu memanjatkan syukur kepada babak adu penalti. Bukan apa-apa, dua kali Kroasia lolos melalui babak tos-tosan yakni kala mengandaskan Denmark serta Rusia. Dalam rentang waktu itu pula mereka cuma berhasil mencetak sepasang gol di waktu normal, dan sebiji gol di babak tambahan. Cukup merepresentasikan jika Kroasia kekurangan daya untuk mencetak banyak gol.
Oke, Modric masih akan dibantu Ivan Rakitic yang juga piawai untuk memanfaatkan peluang dari lini kedua. Seperti yang diperagakannya saat Kroasia melumat Argentina di fase grup. Dalic menggunakan pakem 4-1-4-1 dengan mengutus Modric dan Rakitic untuk lebih ofensif. Hasilnya manjur, keduanya sukses menyumbang dua gol pada laga yang dihelat di Nizhny Novgorod Stadium itu.
ADVERTISEMENT
Satu nama lagi yang bisa dijadikan alternatif adalah Mario Mandzukic. Nilai jual mantan penggawa Bayern Muenchen itu bukan terletak pada kemampuan klinisnya saja, melainkan juga kelebihannya dalam menciptakan ruang.
Ia justru kerap bergerak melebar kendati menjabat sebagai penyerang utama dalam skema 4-2-3-1. Kian memperbesar ruang bagi Modric dan Rakitic untuk bergerak lebih ofensif. Itulah mengapa torehan umpan kunci Mandzukic mentereng dengan rata-rata 1,5 per laga, hanya kalah dar Modric.
Mandzukic merayakan gol ke gawang Finlandia. (Foto: Reuters/Antonio Bronic)
zoom-in-whitePerbesar
Mandzukic merayakan gol ke gawang Finlandia. (Foto: Reuters/Antonio Bronic)
Namun, Dejan Lovren dan kawan-kawan memiliki masalah lain. Sime Vrsaljko yang mengalami cedera kemungkinan bakal absen. Padahal, eks pemain Sassuolo itu merupakan full-back yang paling aktif dalam membantu serangan dengan rata-rata satu umpan kunci per laga. Bandingkan dengan Ivan Strinic yang torehannya pun tak genap satu, dan nihil dalam melepaskan tembakan sejauh ini.
ADVERTISEMENT
Sementara Vedran Corluka yang kemungkinan diplot jadi pengganti Vrsaljko tak cukup cepat dalam melakukan overlap ke depan. Itulah mengapa pemain yang pernah berseragam Tottenham Hotspur itu lebih intens bermain sebagai bek sentral seiring bertambahnya usia.
Semifinal Piala Dunia 2018. (Foto: Aditia R, Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Semifinal Piala Dunia 2018. (Foto: Aditia R, Basith Subastian/kumparan)