Pratinjau Liverpool vs Barcelona: Efektivitas dalam Kemustahilan

7 Mei 2019 16:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Barcelona merayakan gol Luis Suarez ke gawang Liverpool. Foto: Susana Vera/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Barcelona merayakan gol Luis Suarez ke gawang Liverpool. Foto: Susana Vera/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Empat gol adalah lesakan minimum yang mesti dibuat Liverpool untuk melangkah ke final Liga Champions. Hal itu terkait dengan kekalahan 0-3 yang mereka alami pada leg pertama yang dihelat di Camp Nou.
ADVERTISEMENT
Sulit? Tentu saja, sebab Barcelona yang jadi lawan mereka. Mereka belum pernah sekalipun takluk empat gol tanpa balas di musim ini.
Real Betis mungkin jadi satu-satunya tim yang sukses mencetak 4 gol ke gawang Barcelona di musim ini. Namun, perlu diingat bahwa Blaugrana sempat mencetak tiga gol balasan di sana, alias menjadi kekalahan tipis 3-4. Oh, ya, pasukan Ernesto Valverde itu juga belum pernah takluk di kandang lawan pada Liga Champions musim ini.
Tak sampai di sini saja level kesulitan Liverpool. Absennya Mohamed Salah dan Roberto Firmino yang masih didera cedera kian membuat misi Liverpool lebih sukar.
Well, keduanya merupakan produsen gol terbanyak Liverpool di Liga Champions musim ini. Sudah 4 gol mereka lesakan di ajang tersebut, jumlah yang cuma bisa disamai Sadio Mane. Praktis cuma ia yang jadi tumpuan Juergen Klopp nanti. Meski, ya, performa pemain asal Senegal itu di perjumpaan pertama jauh dari kata impresif.
ADVERTISEMENT
Tak satupun tembakannya yang mengarah ke sasaran, pun demikian dengan umpan kunci. Sementara untuk aksi manuver, Mane cuma berhasil mengukir sebiji dribel sukses dalam percobaan.
Secara garis besar, lini depan Liverpool tumpul. Agresif tetapi tidak klinis. Cuma 4 shoot on target yang dibuat Liverpool dari 15 upaya. Artinya, mereka butuh tiga percobaan untuk mencetak setiap tembakan yang mengarah ke sasaran.
Bandingkan dengan Barcelona yang berhasil mengukir 5 tembakan tepat sasaran dari 12 percobaan. Jauh lebih efektif ketimbang Liverpool, mengingat 3 di antaranya sukses berbuah gol.
Absennya Firmino membuat Klopp mengutus Georginio Wijnaldum sebagai false nine kala itu. Hasilnya nihil, ia gagal melepaskan tembakan dan cuma mengukir satu umpan kunci.
ADVERTISEMENT
Berkaca pada kekalahan pada leg pertama, menjadi lebih bijak bagi Klopp untuk mengembalikan Wijnaldum di pos gelandang tengah. Toh, Liverpool tak lagi memiliki gelandang yang piawai dalam memanfaatkan peluang dari lini kedua setelah Naby Keita cedera.
Sadio Mane bersujud usai mencetak gol ke gawang Bayern Muenchen. Foto: Andrew Boyers/Reuters
Ada tiga nama yang layak jadi opsi Klopp pasca-absennya Salah dan Firmino, Xherdan Shaqiri, Daniel Sturridge, dan Divock Origi. Kandidat yang disebut pertama kemungkinan besar bakal mengisi pos sayap kanan.
Tinggal bagaimana Klopp bakal memosisikan penyerang tengahnya. Secara karakteristik, Sturridge dan Origi adalah tipikal penyerang cair--seperti Firmino. Bedanya, Origi cenderung gemar bermain melebar, sedangkan Sturridge terlihat bermain lebih dalam pada beberapa kesempatan.
Tengok saja bagaimana kemenangan besar Liverpool atas Huddersfield Town dua pekan lalu. Pergerakan Sturridge ke lini tengah makin memperlebar ruang Mane dan Salah untuk merangsek ke jantung pertahanan lawan. Ramuan yang manjur, Mane dan Salah berhasil mengukir brace di laga tersebut.
ADVERTISEMENT
Sayang, tak akan ada Salah dalam duel nanti. Tak ada pula striker ideal untuk menerapkan skema yang sama sebagaimana versus Huddersfield. Jadi besar kemungkinan Klopp akan memercayakan pos penyerang tengah kepada Origi, ketimbang Sturridge. Efektivitas jadi perbedaan paling mendasar dari keduanya.
Divock Origi berpelukan dengan Juergen Klopp selepas laga. Foto: Action Images via Reuters/Lee Smith
Sudah 3 gol dan 1 assist yang dibuat Origi dalam 304 menit pementasan di Premier League musim ini. Artinya, ia hanya butuh 76 menit untuk menyumbang setidaknya gol atau assist per laga--jauh lebih baik dari Sturridge yang mengukir 166 menit.
Soal penciptaan peluang dari sisi tepi, Klopp bisa menyerahkannya kepada Shaqiri serta sepasang full-back mereka, Andrew Robertson dan Trent Alexander-Arnold. Ya, nama yang ditulis belakangan sudah seharusnya mentas sejak menit awal.
ADVERTISEMENT
Oke, Klopp sebelumya memang lebih memilih Joe Gomez di sektor full-back kanan demi mengantisipasi penetrasi Jordi Alba. Konsekuensinya, distribusi bola dari sisi kanan tak se-intens biasanya dan alternatif serangan Liverpool menjadi minim.
Dengan posisi Liverpool saat ini, langkah paling ideal adalah dengan memperkaya varian serangan. Origi, Shaqiri, dan Alexander-Arnold yang sebelumnya tak terdaftar sebagai starter, kini merupakan pilihan terbaik Klopp untuk tampil sejak menit pertama.
Para pemain Barcelona merayakan gol ke gawang Liverpool. Foto: JAVIER SORIANO / AFP
Realistis saja, sukar bagi Liverpool untuk membalikkan keadaan dini hari nanti. Valverde kemungkinan akan mengaplikasi pakem dan susunan pemain yang sama--dengan jalur serangan yang terfokus dari sisi kiri.
Lagi pula Valverde juga telah mengistirahatkan lebih dari setengah pemain intinya saaat menghadapi Celta Vigo akhir pekan lalu, termasuk Lionel Messi dan Luis Suarez yang jadi momok Liverpool.
ADVERTISEMENT
====
*Pertandingan Liverpool vs Barcelona akan dihelat di Stadion Anfield, Rabu (8/5/2019) dini hari WIB. Sepak mula dilakukan pada pukul 02:00 WIB.