Profil Tim Piala Dunia 2018: Australia

Timnas Australia di laga melawan Suriah. (Foto: AFP/Moh. Rasfan)

Eksistensi Australia terbilang unik. Dari segi geografi, misalnya, wilayah mereka terlalu kecil untuk dijadikan sebuah benua tetapi terbilang besar untuk sebuah negara yang cuma memiliki satu pulau utama.

Anomali demikian juga tertuang di ranah sepak bola. Kekuatan Australia terlalu absolut dibanding kontestan Zona Oseania (OFC) lainnya.

Itulah alasan mengapa laga play-off jadi satu-satunya jalan mereka untuk tampil di Piala Dunia. Sebab OFC hanya meloloskan satu wakilnya ke pentas paling akbar di muka bumi tersebut —itu pun masih harus berhadapan dengan utusan zona lainnya.

Tetapi itu bukan perkara mudah. Hanya sekali Australia mampu melewati fase play-off dan tampil di Piala Dunia sebelum tutup milenium, yakni pada edisi 1974. Hingga akhirnya generasi emas Australia muncul.

Mark Viduka, Harry Kewell, dan Tim Cahill membawa mereka lolos ke Piala Dunia 2006. Di sana pula mereka mencetak prestasi terbaik dengan lolos ke fase 16 besar.

Mulai dari sini, 'Tim Kanguru' tak pernah melewatkan perhelatan akbar tersebut, meski langkah mereka terhenti di fase grup. Termasuk ketika Australia mulai menempuh kualifikasi Zona Asia (AFC) pada Piala Dunia 2010.

Namun, Australia memiliki peluang untuk mengulang kesuksesan mereka 12 tahun silam. Aaron Mooy dan kolega cuma bersaing dengan Peru dan Denmark selain tergabung bersama Prancis di Grup C.

Pelatih: Bert van Marwijk

Bert van Marwijk tangani Timnas Australia. (Foto: CHRISTOF STACHE / AFP)

Nama Bert van Marwijk cukup memberikan garansi kepada Australia. Ia pernah memimpin Belanda saat menjadi runner-up Piala Dunia 2010. Torehannya di level klub juga tak main-main, masing-masing satu titel Piala UEFA dan Piala KNVB dipersembakannya untuk Feyenoord. 

Namun, Van Marwijk bukanlah pelatih yang meloloskan Australia ke Piala Dunia 2018. Adalah Ange Postecoglou yang memberi tiket Socceroos ke Rusia. Meski begitu, pelatih asal Yunani itu mundur dan digantikan oleh Marwijk.

Minimnya waktu adaptasi Marwijk bisa menimbulkan masalah tersendiri bagi Australia. Terlebih hasil uji tanding anak asuh Marwijk tak cukup memuaskan. Dicukur 1-4 Norwegia, imbang 0-0 dengan Kolombia, dan menang 4-1 dari non-kontestan Piala Dunia, Republik Ceko, jadi bayang-bayang mereka.

Pemain Bintang

Mile Jedinak, andalan Australia. (Foto: Orlando Sierra/AFP)

Kompetensi Liga Australia tidaklah tinggi. Maka, tidak heran jika Australia menyandarkan harapannya kepada para penggawa mereka yang merumput di Eropa.

Tak ada pemain spesial dari lini belakang Australia. Namun, Mathew Ryan yang bermain di Brighton & Hove Albion dan Brad Jones yang berseragam Feyenoord bisa jadi pilihan kokoh Australia di bawah mistar gawang.

Sementara pada sektor tengah, Aaron Mooy dan Tom Rogic bisa dijadikan andalan. Untuk lini depan, van Marwijk diprediksi akan memaksimalkan kontribusi Mathew Lecki dan Tomi Juric. Nama yang disebut belakangan bahkan sukses menjadi pencetak gol terbanyak pada babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia dengan 5 golnya.

Namun, kami memilih Mile Jedinak sebagai pemain kunci Australia. Meski berposisi sebagai gelandang bertahan, penggawa Aston Villa itu nyatanya mampu muncul sebagai pemecah kebuntuan.

Yang paling kentara adalah keberhasilannya mecetak hat-trick ke gawang Honduras pada babak play-off, kemenangan yang membuahkan tiket ke Piala Dunia.

Namun, jangan lupakan juga sosok Tim Cahill. Umurnya memang sudah menginjak 38 tahun, tapi dari kontribusnya jangan ditanya lagi. Setali tiga uang dengan Jedinak, Cahill juga menjadi penentu saat menyingkirkan Suriah pada kualifikasi babak keempat lewat sepasang golnya.

====

*Anda bisa menyimak profil tim peserta Piala Dunia 2018 di topik: Tim Piala Dunia 2018.