Proses Naturalisasi Beto dan Kebanggaan sebagai WNI

20 Agustus 2018 17:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beto Goncalvez. (Foto: Franky Emmanuel)
zoom-in-whitePerbesar
Beto Goncalvez. (Foto: Franky Emmanuel)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak mudah menjadi seorang pemain sepak bola di Indonesia dengan status naturaliasi. Kerap muncul keraguan terkait kepantasan mereka mengenakan seragam Timnas Indonesia, tak terkecuali menyoal menyoal usia.
ADVERTISEMENT
Alberto Goncalves alias Beto paham betul tentang reaksi publik terhadap pemain seperti dirinya. Di usia yang menginjak senja, 37 tahun, Beto dianggap sudah habis. Maka itu, ketika namanya masuk skuat Timnas U-23 untuk Asian Games 2018, muncul sebuah pertanyaan: Memangnya tak ada pemain lain?
Namun, Beto selalu menjawab bahwa usia cuma angka. Tak cuma Beto berujar demikian, tetapi juga Ismed Sofyan, yang kini menjabat sebagai kapten Persija Jakarta. Ini dibuktikan lewat performa keduanya di lapangan yang masih bisa bersaing dengan para pemain muda.
Menariknya, pada usia senja, Beto malah mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. Dibantu oleh Sriwijaya FC, klub yang dibelanya dalam tiga tahun terakhir, pemain asal Brasil ini diganjar paspor Indonesia setelah 12 tahun berkecimpung di sepak bola Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian menceritakan tentang hal tersebut kepada kumparanBOLA ketika ditemui di Hotel Aston Imperial, Kota Bekasi, Minggu (20/8/2018). Bagaimana proses naturalisasi Beto berjalan dan apakah ada perbedaan setelahnya? Berikut wawancara kami dengan Beto:
Bisa diceritakan awal mula terpikir untuk naturalisasi? Apa sempat gamang?
Untuk pindah kewarganegaraan cukup lama saya mengurusnya, beberapa tahun lalu malahan dan akhirnya tahun ini saya bisa dapatkan karena bantuan manajemen Sriwijaya. Itu penting bagi saya, karena saya punya istri dan saya punya dua anak yang lahir dan besar di Indonesia juga.
Alasan saya pindah kewarganegaraan biar saya bisa hidup 'enak' setelah saya tak bermain bola lagi di negara ini. Tidak usah pergi ke negara lain untuk sekadar buat visa atau semacamnya karena saya sudah punya rumah di sini, keluarga di sini, dan saya juga cukup lama bekerja di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Jadi saya pikir prestasi saya cukup bagus di negara ini dan sudah beberapa klub juga saya bela. Tidak ada masalah sama sekali baik itu manajemen maupun pemain dan saya sangat baik untuk masyarakat Indonesia. Itu alasan saya dan 13 tahun saya main di Indonesia saya sangat menikmatinya. Masyarakat di sini sangat respek kepada saya dan saya harus membalasnya.
Alberto Goncalves (Foto: indonesiasc.com)
zoom-in-whitePerbesar
Alberto Goncalves (Foto: indonesiasc.com)
Apakah niat awal naturalisasi memang untuk bisa masuk Timnas Indonesia?
Ya memang tujuan utama saya tinggal di Indonesia untuk berkarier sepak bola. Setidaknya saya bisa bermain untuk tiga hingga empat tahun lagi sebagai pemain lokal dan tujuan saya memang ke sana (menjadi pemain nasional).
Tetapi setelah ini saya tidak tahu apakah saya akan membela Timnas Indonesia atau tidak. Karena Anda harus ketahui, pemain kalau pemain sudah di atas 30 tahun banyak yang bilang pemain itu sudah tua dan sampai saya sudah bosan dengar itu, tetapi saya tahu potensi dan kondisi saya.
ADVERTISEMENT
Saya menjaga kondisi dengan memiliki alat fisioterapi dan gym pribadi di rumah. Makanya, ketika mereka bilang saya sudah tua, tetapi mereka harus lihat, hei, saya main di timmas, saya masih kuat dan masih bisa bantu timnas. Dan ketika orang berbicara kualitas permainan atau umur atau apa pun itu, jangan masukkan ke hati. Pokoknya Anda harus percaya saja kemampuan diri sendiri.
Alberto Goncalves alias Beto (tengah) merayakan gol Timnas U-23 ke gawang Laos. (Foto: Carlie/Inasgoc/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Alberto Goncalves alias Beto (tengah) merayakan gol Timnas U-23 ke gawang Laos. (Foto: Carlie/Inasgoc/Antara)
Apa yang berbeda setelah menyandang status sebagai WNI?
Enggak ada bedanya. Ketika orang bilang: hei enak sekali kamu adalah pemain lokal dan enak sekali ya sekarang! Sumpah, saya tidak berpikir demikian. Meski saya pegang paspor Indonesia, pasti bagi sebagian orang ada saja yang menginginkan saya berprestasi seperti pemain asing di luar sana. Saya berusaha untuk mewujudkan ucapan itu dengan kerja keras. Karena ini bukan masalah lokal atau asing, melainkan bagaimana saya menjaga diri dan nama saya.
ADVERTISEMENT
Dan ketika menjadi pemain lokal saat ini saya juga masih sama, menargetkan untuk bisa mencetak banyak gol pada tiap musim di klub yang saya bela. Sebelumnya pun demikian, saya selalu ingin mencetak di atas 20 gol selama satu musim saat masih berstatus striker asing. Ketika menjadi striker lokal, saya juga harus bisa menargetkan jumlah gol yang sama tentunya, kalau tidak saya sakit hati karena dari dulu saya punya target pribadi, target gol.
Pemain-pemain Timnas Indonesia U-23 menyanyikan lagu kebangsaan, 'Indonesia Raya'. (Foto: AFP/Arief Bagus)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain-pemain Timnas Indonesia U-23 menyanyikan lagu kebangsaan, 'Indonesia Raya'. (Foto: AFP/Arief Bagus)
Setelah menjadi WNI, apakah juga memperlajari lebih banyak tentang sejarah Indonesia atau hal lainnya?
Hmmm... Agak susah, ya, mungkin tetapi saat mengingat waktu hari kemerdekaan, ketika kami menyanyikan lagi "Indonesia Raya", menyanyi bersama di lapangan dengan bendera Merah-Putih rasanya enak sekali karena selama 13 tahun ini saya selalu dengar "Indonesia Raya" di televisi saja. Dan saat saya di lapangan, membela Timmas Indonesia, rasanya enak sekali.
ADVERTISEMENT
Saya pikir semua pemain pasti bermimpi untuk bermain di timmas dan saat ini saya berada di sana. Itu bagus untuk saya dan mungkin ini tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya.