PSS Sleman soal Wacana Liga 1 Digelar Dua Kali Sepekan: Sangat Berat

13 Desember 2018 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perayaan PSS Sleman. (Foto: Foto: Dok. Humas Pemkab Sleman)
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan PSS Sleman. (Foto: Foto: Dok. Humas Pemkab Sleman)
ADVERTISEMENT
Kompetisi Liga 1 musim 2019 diagendakan bermula pada akhir April mendatang. Memang, rincian tanggal sepak mula belum lagi menemui titik temu, tetapi operator kompetisi yakni PT Liga Indonesia Baru sudah mencanangkan waktunya.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan ancang-ancang waktu, proyeksi molornya selesai kompetisi juga jadi bahan acuan pertimbangan. Jika mulai April maka selesai Desember atau malahan bisa rampung pada Januari 2020.
Mengantisipasi molornya kompetisi selesai, muncul wacana dari salah satu anggota Komite Eksekutif Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Exco PSSI), Yoyok Sukawi. Dari keterangannya kepada kumparanBOLA, kompetisi bisa selesai tepat waktu karena bisa digelar dua kali sepekan.
''Musim 2009 lalu juga dua kali sepekan ketika masa pemilihan umum. Penetapan kick-off ini sudah pernah disampaikan jauh-jauh hari,'' kata Yoyok.
Selebrasi pemain PSS Sleman setelah penyerahan trofi Liga 2 2018.  (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain PSS Sleman setelah penyerahan trofi Liga 2 2018. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
Menyikapi wacana itu, salah satu klub promosi Liga 1 yakni PSS Sleman buka suara. Melalui manejer tim, Sismantoro, mengatakan keputusan menggelar pertandingan dua kali sepekan membuatnya geleng-geleng kepala.
ADVERTISEMENT
''Terlalu berat bagi kami. Kami menilai kesiapan tim dan berujung pada pemain yang akan menjalaninya,'' kata Siswantoro kepada kumparanBOLA, Kamis (13/12/2018).
Penetapan pertandingan dalam dua kali sepekan bukan tanpa dasar. Pasalnya, tahun depan Indonesia akan menghadapi pemilihan presiden dan wakil presiden yang akan terselenggara pada 17 April 2019. Guna menghindari kompetisi yang molor tersebut, maka salah satunya caranya adalah dengan memadatkan jadwal.
''Kalau empat bulan memang waktu yang sangat panjang untuk menunggu dan bersiap. Harusnya, karena ini kompetisi yang rutin terselenggara, tidak berpengaruh dengan adanya agenda pemilihan presiden dan lain-lainya," ucapnya.
''Jika kita berbicara, mohon maaf, dalam membicarakan porsi masing-masing; negara, ya, negara dan olahraga, ya, olahraga. Kalau dikaitkan dengan negara yang kasihan kan pemain,'' katanya menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Pertandingan Liga 2 antara PSS Sleman vs Persiraja (Foto: Dok. Liga Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan Liga 2 antara PSS Sleman vs Persiraja (Foto: Dok. Liga Indonesia)
Dalam menggelar pertandingan sepak bola, bukan hanya berbicara dua kesebelasan bertanding di lapangan hijau. Faktor non teknis sebagai pendukung juga andil terlibat. Ambil contoh pihak kemanan.
Masih segar dalam ingatan bagaimana pihak kemanan mampu menghentikan satu pertandingan Liga 1 antara Persja Jakarta vs Persib Bandung pada 28 April lalu. Ketika mendekati peringatan Hari Buruh pada 1 Mei, maka laga yang sedianya dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) ditunda.
''Masalah keamanan, saya rasa sudah ada porsinya pasti. Pertandingan sepak bola di kita 'kan digelar malam hari,'' tutup Sismantoro.