Ragu Orang Tua yang Dibungkam Mane Melalui Sepak Bola

13 September 2018 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sadio Mane, penyerang pengantar senyum untuk Liverpool. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Sadio Mane, penyerang pengantar senyum untuk Liverpool. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Hampir seluruh hidup Sadio Mane dihabiskan di sepak bola. Pesepak bola asal Senegal itu sudah bermain sepak bola sejak berusia 5 tahun dan menyaksikan kegemilangan negaranya saat finis di perempat final Piala Dunia 2002 membuatnya kian yakin untuk menjadi pesepak bola top.
ADVERTISEMENT
Memang pada akhirnya jalan menjadi pesepak bola top terbuka bagi Mane. Karena tampil gemilang di akademi sepak bola Generation Foot, klub asal Prancis bernama FC Metz tertarik merekrutnya pada 2011. Karena kedua pihak memang ada ikatan kerja sama, maka proses negosiasi bisa berjalan mulus.
Namun, itu bukan berarti tidak ada pertentangan dalam upaya Mane mengejar mimpinya. Ketika masih di Generation Foot, terjadi pertentangan antara dia dan orang tuanya karena tak ada orang di kampungnya yang sukses menjadi pesepak bola profesional.
“Saya ingat ketika saya masih belia, mereka bilang seharusnya saya jadi guru saja. Orang tua saya bilang, tidak ada faedahnya berharap pada sepak bola,” kenang Mane kepada Bleacher Report.
“Tapi, saya bilang ke mereka kalau ini adalah satu-satunya pekerjaan yang memungkinkan saya menolong mereka. Karena saat itu, saya merasa punya kans besar untuk hidup sebagai pesepak bola profesional,” kata Mane menambahkan.
ADVERTISEMENT
Sadio Mane, nomor 10 baru Liverpool (Foto: Brad Penner-USA TODAY Sports via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Sadio Mane, nomor 10 baru Liverpool (Foto: Brad Penner-USA TODAY Sports via Reuters)
Setelah pindah ke Metz, karier Mane betul-betul meroket. Dia pindah ke Red Bull Salzburg di musim panas 2012, lalu ke Southampton di musim panas 2014, sebelum pada akhirnya menjadi bintang Liverpool sejak musim panas 2016. Melihat anaknya sukses, orang tua Mane pun pada akhirnya mendukungnya. Hal ini jelas merupakan faktor lain yang menyokong kegemilangan Mane di atas lapangan.
“Orang tua saya tidak salah karena mereka cuma ingin yang terbaik untuk saya. Tapi, saya sadar sepak bola adalah mimpi saya. Saya berikan segalanya untuk mengejar mimpi saya,” kata Mane.
“Sekarang, mereka sudah berada di titik ketika tak ada lagi keraguan dalam pilihan saya. Menyenangkan, karena dukungan mereka bikin saya kian tajam di atas lapangan. Saya bangga memiliki orang tua seperti itu dan saya rasa mereka pun bangga memiliki anak seperti saya,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sadio Mane merayakan gol (Foto: Reuters/Andrew Boyers)
zoom-in-whitePerbesar
Sadio Mane merayakan gol (Foto: Reuters/Andrew Boyers)
Di musim ini, Mane sedang berada dalam laju yang positif. Pemain bernomor punggung 10 ini telah mencetak 4 gol dari 4 penampilannya bersama The Reds. Catatan impresif itu bikin dia menjadi topskorer sementara Liverpool.
Jelas sudah, aksi pengidola Ronaldinho itu akan ditunggu publik sepak bola, termasuk orang tuanya di kampung, ketika melawan Tottenham Hotspur di Stadion Wembley dalam pertandingan pekan kelima Premier League, Sabtu (15/9/2018) petang WIB.