Rami, Griezmann, Matuidi, dan Keberagaman Prancis

16 Juli 2018 8:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keberagaman di skuat Prancis. (Foto: REUTERS/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Keberagaman di skuat Prancis. (Foto: REUTERS/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Isu keberagaman menjadi isu yang diembuskan kencang pada Piala Dunia 1998. Perihal keberagaman ini juga menjadi sesuatu yang menarik pada perhelatan Piala Dunia 2018 ini.
ADVERTISEMENT
Pada ajang Piala Dunia 1998, skuat Prancis menjadi skuat yang paling multikultural dibandingkan dengan skuat negara lain. Para pemainnya kebanyakan memilliki darah keturunan yang tidak berasal dari Prancis. Zinedine Zidane, sang pemain kunci saja, merupakan keturunan Aljazair. Belum lagi ada nama Patrick Vieira dan Marcel Desailly yang masing-masing memiliki darah Senegal dan Ghana.
Akibat dari skuat yang multikultural ini, skuat Prancis 1998 diserang isu soal imigran. Pelakunya adalah Jean-Marie Le Pen, pemimpin Partai Front Nasional. Tujuannya, dia ingin agar para imigran tersebut lenyap dari Prancis, dan dia bisa maju melenggang menjadi Presiden Prancis pada 2002. Pada akhirnya, Prancis juara dunia pada 1998 dan Le Pen tidak jadi Presiden Prancis.
Di ajang Piala Dunia 2018 ini, skuat Timnas Prancis kembali berhiaskan keberagaman. Beberapa dari mereka punya darah Afrika, seperti N'Golo Kante, Kylian Mbappe, Presnel Kimpembe, Steve Mandanda, Djibril Sidibe, dan Ousmane Dembele. Ada juga yang memiliki darah Eropa, tetapi bukan berasal dari Prancis, melainkan Portugal, yakni Antoine Griezmann.
ADVERTISEMENT
Meski memiliki asal yang berbeda, hal tersebut rupanya tidak menjadi masalah. Adil Rami, pemain Prancis yang menyatakan pensiun setelah ajang Piala Dunia 2018 ini dari Tim Nasional (Timnas), menyebut bahwa keberagaman inilah yang menjadi senjata Prancis untuk meraih trofi Piala Dunia 2018 dengan menundukkan Timnas Kroasia dengan skor 4-2 di partai final.
"Saya orang Prancis yang punya darah Maroko, dan saya bangga akan hal tersebut. Bangga menunjukkan bahwa saya bukan orang serampangan, bangga bahwa saya sukses membawa negara saya berbahagia. Saya mencintai Prancis, dan negara ini pantas menjadi juara dunia," ujar Rami, disitat dari ESPN.
Nzonzi dan Kante merayakan gelar juara Piala Dunia bersama Lloris. (Foto: REUTERS/Damir Sagolj)
zoom-in-whitePerbesar
Nzonzi dan Kante merayakan gelar juara Piala Dunia bersama Lloris. (Foto: REUTERS/Damir Sagolj)
"Atmosfer di sini (Rusia) sungguh luar biasa. Saya tidak pernah melihat tim Prancis dengan keterikatan sebegini hebat. Prancis adalah juara dunia. Kami beragam, kami membutuhkannya, dan semua merayakannya. Ini luar biasa!" tambah Rami.
ADVERTISEMENT
Selain Rami, Blaise Matuidi dan Antoine Griezmann menjadi dua pemain yang juga mensyukuri adanya keberagaman di Prancis. Keberagaman ini, pada akhirnya membuat Prancis berwarna. Warna yang akhirnya membawa Prancis menjadi juara dunia.
"Keberagaman dari skuat kami adalah cermin dari indahnya sebuah negara bernama Prancis." ujar Blaise Matuidi.
"Inilah Prancis yang kami cintai. Sungguh sebuah pemandangan yang indah melihat semua bersatu. Mungkin ada beberapa pemain yang berasal dari daerah berbeda, tapi kami punya tujuan yang sama. Kami bermain dengan seragam yang sama dan siap memberikan yang terbaik untuk negara," kata Griezmann.
Memang pada akhirnya, jika dikelola dengan baik, keberagaman akan menjadi sebuah kekuatan yang besar. Setelah menunjukannya pada 1998 silam, Prancis kembali menunjukannya dua puluh tahun kemudian.
ADVERTISEMENT