Real Madrid Memang Boros, tetapi Tidak Asal Buang Duit

17 Agustus 2018 17:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Real Madrid tidak asal belanja. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
zoom-in-whitePerbesar
Real Madrid tidak asal belanja. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
ADVERTISEMENT
Sudah jadi semacam keniscayaan bahwa Atletico Madrid bakal selamanya berada di bawah tetangganya, Real Madrid. Soal prestasi, Atletico masih kalah jauh. Soal kekayaan apalagi. Sampai detik ini, Atletico masih dianggap sebagai underdog ketika dihadapkan dengan Real.
ADVERTISEMENT
"Tentu saja dari segi anggaran kami kalah, tetapi soal motivasi dan semangat, kami tak pernah merasa kalah dari siapa pun," kata Diego Simeone setelah membawa Atletico menjuarai Piala Super Spanyol, Kamis (16/8/2018) dini hari WIB. Lawan Los Rojiblancos pada laga tersebut kebetulan adalah Real Madrid. Kata-kata Simeone itulah yang selama ini jadi semacam kesepakatan, yakni bahwa modal Atletico memang bukan di dompet mereka.
Simeone boleh saja bilang begitu dan orang-orang pun setuju. Namun, fakta tidak mengatakan demikian. Soal harta kekayaan, Real Madrid memang masih unggul. Buktinya bisa disaksikan di daftar peringkat Forbes. Real Madrid ada di urutan kedua dengan nilai 4,088 miliar dolar AS. Sementara, Atletico berada di peringkat 13 dengan nilai 848 juta dolar AS. Namun, itu tak mencerminkan betapa kuatnya daya beli Atletico.
ADVERTISEMENT
Transfermarkt mencatat bahwa dalam lima musim terakhir, Atletico sejatinya jauh lebih boros ketimbang Real. Total, klub yang bermarkas di Estadio Wanda Metropolitano itu menghabiskan uang sampai 510,46 juta poundsterling. Sementara, Real Madrid 'cuma' menghabiskan 365,63 juta pounds. Fakta ini jelas membuat pernyataan Simeone jadi terasa macam pepesan kosong.
Meski demikian, apa yang dibilang Simeone tadi memang bisa dimengerti. Maksudnya, Real Madrid memang identik dengan dana transfer yang seakan tak terbatas. Mereka doyan sekali mendatangkan bintang-bintang besar dengan harga selangit dan ini adalah identitas mereka. Sejak masih dipimpin presiden legendaris Santiago Bernabeu Yeste, Los Blancos sudah hobi berbuat seperti ini.
Pada masa kepemimpinan Bernabeu, Real Madrid mendatangkan pemain-pemain seperti Alfredo Di Stefano, Ferenc Puskas, Jose Santamaria, Paco Gento, sampai Raymond Kopa. Dengan skuat mewahnya itu Real Madrid berhasil menjadi juara European Cup (pendahulu Liga Champions, red) lima kali berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Kebijakan itu terus dilakukan sampai Bernabeu wafat pada 1978 lewat pembelian Gunter Netzer, Jose Antonio Camacho, serta Amancio. Walau begitu, sejak era Di Stefano cs. habis, Real Madrid hanya mampu merengkuh satu trofi European Cup lain pada 1966.
Setelah Bernabeu wafat, Real Madrid mengganti kebijakannya. Pada dekade 1980-an mereka lebih suka menggunakan pemain binaan sendiri. Inilah yang kemudian memicu kemunculan legenda-legenda macam Emilio Butragueno, Manolo Sanchis, serta Michel. Celakanya, perubahan kebijakan ini tak bisa seoptimal kebijakan Galactico ala Bernabeu karena mereka tak bisa menjadi juara European Cup sama sekali pada era ini.
Apa yang dilakukan Bernabeu itu kemudian diteruskan oleh Florentino Perez. Dalam dua masa jabatan, Perez selalu membeli pemain-pemain terbaik yang bisa dibeli. Zinedine Zidane, Luis Figo, Ronaldo, David Beckham, Michael Owen, Cristiano Ronaldo, Kaka, Gareth Bale, Toni Kroos, Luka Modric, dan James Rodriguez adalah nama-nama terdepan dari kebijakan Galactico milik Perez tersebut.
ADVERTISEMENT
Kebijakan itulah yang membuat Real Madrid jadi identik dengan kata 'boros'. Walau begitu, besarnya uang yang dihamburkan itu jadi tak berarti jika dibandingkan dengan trofi yang diraih. Perez, sejauh ini, sudah mempersembahkan lima gelar Liga Champions untuk Real Madrid. Artinya, kebijakan ini berhasil.
Bentuk keberhasilan lain dari kebijakan tersebut adalah menurunnya pengeluaran Real Madrid tadi. Lewat situlah kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pemain-pemain yang didatangkan Perez, meskipun mahal, bisa berkontribusi maksimal untuk klub dalam jangka waktu lama. Ronaldo, misalnya, bertahan sampai sembilan musim.
Dengan begitu, Real Madrid pun hanya butuh belanja seperlunya saja. Contohnya pada musim lalu ketika mereka cuma mengeluarkan 36,45 juta pounds untuk belanja pemain-pemain muda dalam diri Theo Hernandez dan Dani Ceballos. Sementara, Marcos Llorente, Borja Mayoral, dan Jesus Vallejo datang setelah kembali dari masa peminjaman.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, pernyataan Simeone soal kekuatan finansial Real Madrid tadi sebenarnya tidak salah, tetapi juga kurang tepat. Real Madrid memang kaya raya, tetapi pemborosan yang mereka lakukan sebenarnya adalah bentuk investasi. Kesinambungan, pada akhirnya, tetap yang terpenting bagi El Real dan itulah mengapa mereka bisa terus berada di atas.