Ronaldo vs Messi: Sampai Kapan Rivalitas Ini Bakal Berlangsung?

8 Desember 2017 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Messi & Ronaldo (Ilustrasi) (Foto: Denis Doyle/Stringer)
zoom-in-whitePerbesar
Messi & Ronaldo (Ilustrasi) (Foto: Denis Doyle/Stringer)
ADVERTISEMENT
Satu dasawarsa telah kita lampaui dan rupanya, memang tidak ada pesepak bola yang lebih baik dari Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Bukti sahihnya, ya, tentu saja trofi Ballon d'Or kelima yang diraih Ronaldo, Jumat (8/12/2017) dini hari tadi. Dengan demikian, komplet sudah dominasi kedua pemain tersebut. Kini, Ronaldo dan Messi sama-sama memiliki lima trofi bola emas tersebut.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, keberhasilan Ronaldo menyegel trofi Ballon d'Or kelimanya itu memang membuat jagat sepak bola menjadi (terlalu) mudah ditebak dan membosankan. Tetapi, di saat yang bersamaan, kita semua perlu mengakui bahwasanya, memang tidak ada pemain lain yang kehebatannya, popularitasnya, pengaruhnya, serta raihan trofinya sebanyak mereka. Jadi, mau kita merajuk sekeras apa pun, itu takkan mengubah apa-apa.
Tetapi, di sini sebetulnya terselip sebuah "kabar baik", terutama bagi kalian yang muak dengan dominasi Ronaldo dan Messi tersebut. Saat ini, keduanya sudah menginjak kepala tiga. Ronaldo 32 tahun dan Messi dua tahun lebih muda. Artinya, dengan asumsi bahwa mereka takkan pensiun di usia setua Ryan Giggs, karier mereka berdua telah berada di ambang batas.
ADVERTISEMENT
Ronaldo, pada musim ini, telah menunjukkan tanda-tanda penurunan. Memang benar bahwa di Liga Champions, performa CR7 masih sulit sekali ditandingi di mana dia mencetak sembilan gol dari enam pertandingan. Namun, di La Liga ceritanya lain. Setelah menjalani sanksi lima pertandngan menyusul insiden di Copa del Rey, Ronaldo selalu bermain di sepuluh laga yang tersedia. Di situ, dia baru mencetak dua gol.
Sementara itu, Messi sendiri sekilas belum terlihat menurun. 13 gol dari 14 pertandingan di La Liga plus tiga gol dari enam laga di Liga Champions adalah bukti bahwa Messi masih berada di atas sana. Tak cuma itu, di bawah arahan Ernesto Valverde, Messi bahkan makin memiliki peran krusial di Barcelona sebagai pusat serangan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, jika ditelisik lebih jauh lagi, Messi sebenarnya sudah mulai sadar bahwa dia tidak lagi bisa dibilang muda untuk ukuran atlet. Di sinilah terlihat "penurunan" La Pulga di mana dirinya, pada musim ini saja, sudah dua kali menyatakan betapa pentingnya beristirahat.
Ucapan pertama terlontar dari mulut Messi pada November silam ketika Tim Nasional Argentina tengah menjalani agenda internasional terakhirnya tahun ini. Pada titik itu, Albiceleste memang sudah memastikan diri lolos ke Piala Dunia dan dengan hanya menjalani laga persahabatan, Messi pun tidak turut serta.
Perihal ketidakikutsertaannya itu, Messi menjelaskan bahwa sebelumnya, dia telah berbincang dengan pelatih Argentina, Jorge Sampaoli. Menurut Messi, tanpa jeda internasional saja, dia sudah harus melakoni banyak pertandingan entah itu di La Liga, Copa del Rey, maupun Liga Champions. Maka dari itu, dia butuh istirahat karena dia ingin berlaga di Rusia dengan kondisi prima.
ADVERTISEMENT
Kemudian, ucapan kedua itu terlontar beberapa saat sebelum penganugerahan Ballon d'Or diserahkan. Kepada TyC Sports, dia memberi penjelasan soal tidak bermainnya dia sebagai starter pada matchday kelima dan keenam Liga Champions menghadapi Juventus dan Sporting CP. Di situ, lagi-lagi, yang ditekankan Messi adalah soal istirahat.
"Aku tahu bahwa musim sangatlah panjang dan ada beberapa momen yang bakal lebih sulit dari yang lain karena aku semakin tua dan tubuhku sudah mulai terkena dampaknya," tutur Messi. "Aku sadar bahwa terkadang, tidak bermain adalah keputusan terbaik."
Lionel Messi. (Foto: Albert Gea/REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Lionel Messi. (Foto: Albert Gea/REUTERS)
Sampai di sini, kita bisa menarik sebuah hipotesis bahwa kini, kita sedang berada di babak akhir dari sebuah era. Namun, benarkah demikian? Jika benar, maka berapa lama lagi era Ronaldo-Messi ini akan benar-benar berakhir? Lalu, siapakah yang nantinya kira-kira bakal memiliki karier lebih panjang, Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi?
ADVERTISEMENT
Ketiga pertanyaan itu, tentu saja, tidak bisa dijawab dengan jawaban yang definitif. Artinya, kita semua hanya bisa mengira-ngira dan berspekulasi saja. Tetapi, tidak ada salahnya juga, bukan, untuk sekadar memprediksi seperti apa akhir dari rivalitas terbesar sepanjang sejarah sepak bola ini?
Cristiano Ronaldo, walaupun sedang berada dalam tren kurang baik, sebenarnya tidak benar-benar bisa dibiang sedang mengalami penurunan. Masalahnya, selain performanya yang masih tokcer di Liga Champions, di La Liga pun pemain kelahiran Madeira itu sebetulnya cuma kurang beruntung. Ini, tentu saja, bisa dilihat dari betapa kerasnya dia sudah berusaha.
Adapun, besarnya Ronaldo itu bisa terlihat dari catatan statistiknya. Walau baru mencetak dua gol, eks-pemain Manchester United ini mampu melepaskan 6,8 upaya per pertandingannya. Jumlah itu pun hanya bisa ditandingi oleh Messi yang punya rata-rata 6,2 upaya per pertandingannya. Artinya, meski jumlah golnya amat minim, Ronaldo masih merupakan ancaman yang menakutkan bagi pertahanan lawan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kini pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, pun seperti makin memanjakan Ronaldo. Zidane tahu bahwa pemain andalannya itu sudah tak muda lagi dan maka dari itu, seiring juga dengan cederanya Gareth Bale, Zizou pun mengakomodasinya dengan memainkan formasi 4-4-2.
Cristiano Ronaldo tak lagi muda. (Foto: Reuters/Susana Vera)
zoom-in-whitePerbesar
Cristiano Ronaldo tak lagi muda. (Foto: Reuters/Susana Vera)
Dengan formasi tersebut, Ronaldo tak lagi benar-benar harus menyisir sisi sayap seperti dulu lagi dan lebih difokuskan untuk menjadi eksekutor peluang. Plus, dengan pakem itu, Ronaldo bisa lebih mudah untuk bertandem dengan Karim Benzema yang sekarang juga tampak lebih aktif dalam permainan. Dengan kata lain, beban kerja Ronaldo telah dikebiri dengan sendirinya oleh sistem yang mendukungnya.
Hal ini, tentu saja, sangat membantu jika Ronaldo ingin memperpanjang usia kariernya. Setidaknya sampai dua, tiga tahun lagi, dengan dukungan yang memadai dari rekan-rekan di sekelilingnya, performa sang mega bintang pun tidak akan terlalu terpengaruh. Selain itu, apiknya etos kerja Ronaldo di luar lapangan, terutama dalam urusan menjaga kebugaran, bakal sangat, sangat membantu dalam upayanya ini.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Lionel Messi kasusnya agak sedikit berbeda. Masalahnya, kini bebannya justru semakin berat. Sebagai pusat serangan, Messi praktis harus melakukan segalanya di lini depan. Di Barcelona, selain karena dia adalah pemain terbaik, menuanya Andres Iniesta juga jadi pertimbangan khusus bagi Valverde untuk mengubah peran Messi.
Namun, di situ ada satu hal positif. Dengan bermain sebagai pusat serangan, Messi sebetulnya justru tidak harus berlari ke sana kemari karena dia pun sudah diberi suplai memadai oleh para pemain tengah serta duo bek sayap Blaugrana. Di sini, La Pulga bertransformasi menjadi sosok trequartista klasik yang konon sudah punah ada awal 2000-an itu.
Sayangnya, ini cuma berlaku di level klub. Di level timnas, ceritanya lain lagi dan hal ini, tak lain dan tak bukan, disebabkan oleh minimnya sokongan memadai yang diterima Ronaldo dan Messi. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pemain lainnya, Seleccao dan Albiceleste adalah one-man team.
ADVERTISEMENT
Ronaldo dan Messi di Best FIFA Football Awards. (Foto: Ben Stansall/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo dan Messi di Best FIFA Football Awards. (Foto: Ben Stansall/AFP)
Bukti sahihnya, tentu saja, adalah bagaimana kedua negara itu bisa mencapai Piala Dunia. Messi yang sempat pensiun usai gagal memenangi Copa America Centenario kemudian kembali dan mengankat Argentina sendirian. Aksinya menyelamatkan Argentina saat laga melawan Ekuador tentu jadi bukti tak terbantahkan betapa krusialnya Messi untuk timnasnya dan bertapa tergantungnya Timnas Argentina kepada "Sang Mesias".
Kemudian, Portugal. Ada 15 gol yang dicetak Ronaldo selama Kualifikasi Piala Dunia 2018. Jumlah itu adalah yang terbanyak kedua di zona Eropa setelah milik Robert Lewandowski. Meski disokong Andre Silva dengan sembilan golnya, tetap saja, tanpa Ronaldo, Portugal takkan bisa lolos otomatis sebagai juara grup.
Artinya, di sini yang menjadi masalah sebenarnya adalah pertandingan level timnas dan hal ini justru nantinya bisa lebih merugikan Messi. Pasalnya, jika ada satu hal yang Ronaldo pernah dapatkan--selain trofi Premier League, tentunya,--itu adalah trofi untuk level timnas.
ADVERTISEMENT
Dengan usia yang lebih muda dua tahun dari Ronaldo, ada kemungkinan bahwa Messi nantinya bakal lebih keras dalam memaksa dirinya untuk membawa Argentina mengangkat trofi. Hal ini, apabila tidak disikapi dengan bijak oleh La Pulga, bisa menjadi sandungan yang membuat deselerasi performa itu bakal berjalan lebih cepat dari perkiraan.
Dari sini, satu hal yang bisa saya perkirakan adalah bahwa apabila Messi tidak kunjung meraih trofi untuk negaranya, bisa jadi kariernya bakal mandek di saat yang bersamaan dengan Ronaldo, meski usianya lebih muda. Namun, siapa yang tahu?