Rumor: Conte Sedang Memuluskan Langkah Menuju Real Madrid

29 Oktober 2018 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Conte dan trofi Piala FA (Foto: REUTERS/David Klein)
zoom-in-whitePerbesar
Conte dan trofi Piala FA (Foto: REUTERS/David Klein)
ADVERTISEMENT
Julen Lopetegui disebut-sebut sudah pasti bakal didepak. Sebagai penggantinya, Real Madrid dikabarkan bakal mempekerjakan Antonio Conte.
ADVERTISEMENT
Rumor Conte bakal menjadi pelatih anyar Los Blancos merebak dalam beberapa pekan terakhir, menyusul buruknya performa tim di bawah arahan Lopetegui. Namun, rumor tersebut makin santer setelah Madrid dikalahkan Barcelona 1-5 di Camp Nou, Minggu (28/10/2018) malam WIB.
Selain Conte, Madrid juga dikabarkan mendekati pelatih Tim Nasional Belgia, Roberto Martinez. Namun, menurut laporan media Italia, Tuttomercatosport, Conte sedang memuluskan langkahnya menuju Madrid.
Per laporan media tersebut, Conte kini sedang berada di London. Ia tengah menyelesaikan urusan birokrasi dengan klub yang mempekerjakannya sebelum ini, Chelsea.
Dari sana, pelatih berusia 49 tahun tersebut dijadwalkan bertemu dengan para petinggi Madrid pada pukul 18:00 GMT pada hari Senin.
Conte menangani Chelsea selama dua musim, di mana ia sukses memberikan satu gelar juara Premier League dan satu gelar juara Piala FA. Namun, penampilan klub yang menurun pada musim 2017/18, plus kabar perselisihan dengan sejumlah pemain, membuatnya dibebastugaskan.
ADVERTISEMENT
Selama menukangi Chelsea, Conte meraih 69 kemenangan, 17 hasil imbang, dan 20 kali kalah. Persentase kemenangannya mencapai 65,1%.
Antonio Conte di laga melawan Spurs. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Antonio Conte di laga melawan Spurs. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
Sebagai pelatih, Conte tidak saklek dengan satu gaya. Kendati dikenal sebagai pelatih yang agresif dan senang sepak bola ofensif di Juventus, eks gelandang La Vecchia Signora itu menunjukkan bahwa ia juga bisa mengambil pendekatan pragmatis ketika menangani Timnas Italia.
Bersama Juventus, ia sering melakukan perombakan formasi —mulai dari 3-5-2, 4-2-4, 4-1-4-1, hingga 4-3-3. Di Chelsea, ketika formasi 4-1-4-1-nya tidak berjalan sesuai rencana, ia kemudian mengubahnya menjadi 3-4-3 (3-4-2-1). Kelak formasi itulah yang mematenkan konsistensi Chelsea di liga dan mengantarkan mereka menjadi juara.