Saddil Ramdani: Dicaci Sejadi-jadinya, Dipuji Setinggi-tingginya

8 Juni 2018 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Saddil Ramdhani, Timnas Indonesia U-23. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Saddil Ramdhani, Timnas Indonesia U-23. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dedy Gusmawan tampak tegopoh-gopoh mengejar Saddil Ramdani di sisi kiri pertahanan Mitra Kukar. Sambil menggunakan tangannya, Dedy coba menghentikan pergerakan liar Saddil. Tapi, apa daya, upayanya sia-sia. Dia malah tersungkur dan harus rela melihat Saddil semakin merangsek ke mulut gawang.
ADVERTISEMENT
Bebas tak terkawal, Saddil yang mendapat ruang tembak, tanpa ragu melepaskan sepakan kaki kiri--kaki yang menjadi andalannya--ke arah atas gawang. Kali ini, Gerri Mandagi yang dibuat tak berkutik. Gol tercipta begitu indah dan berkelas.
Saddil langsung berlari ke tribune penonton dan mencium lambang Persela yang menempel di dada sebelah kiri. Di bangku cadangan, Aji Santoso beranjak dari kursinya dan ikut merayakan. Pun demikian dengan L.A Mania yang berjingkrak-jingkrak di tribune Stadion Surajaya.
Begitulah. penampilan Saddil begitu memikat hingga bisa menjadi protagonis dalam kemenangan Persela Lamongan atas Mitra Kukar dengan skor 3-1 dalam lanjutan Liga 1, Jumat (8/6/2018).
Kendati demikian, kisah manis itu tak terjadi begitu saja. Ada keringat dan air mata di balik itu semua. Saddil bahkan harus lebih dulu melewati serangkaian peristiwa yang dipenuhi dengan keraguan dan caci maki.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil Saddil mencintai sepak bola dan menekuninya. Pada 2012, dia berhasil menjuarai turnamen Bupati Cup Konawe Selatan bersama Sekolah Sepak Bola Sinar Abadi. Prestasi pertama yang dia ukir sebagai pesepakbola.
Keterampilan Saddil dalam mengolah bola terus berkembang. Dia sukses menyabet trofi dalam ajang Pekan Olah Raga Daerah (Porda) Kendari. Bakat dan potensi yang dia miliki terlacak oleh Aji Santoso. Dia pun mendapatkan baesiswa di Aji Santoso International Football Academy (ASIFA).
Saddil Ramdani berusaha mengejar bola (Foto: M Risyal Hidayat/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Saddil Ramdani berusaha mengejar bola (Foto: M Risyal Hidayat/Antara)
Bersama ASIFA kemampuan Saddil terus melesat. Dia pun dipercaya untuk bergabung dengan Persela di putaran kedua Indonesia Soccer Championship 2016. Perlahan dan pasti, dia dapat membelalakkan pecinta sepak bola nasional.
Bakatnya mulai tercium kala Eduard Tjong membawanya ke dalam skuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 yang berlaga di Piala AFF 2016. Ketika itu, Indonesia baru saja terbebas dari sanksi. Dengan persiapan minim, Timnas U-19 pun terhenti di fase grup. Akan tetapi, penampilan Saddil kala itu mampu memikat hati banyak pecinta sepak bola nasional.
ADVERTISEMENT
Setahun berselang, Indra Sjafri yang kembali dipercaya mengasuh Timnas U-19 kepincut skill Saddil. Masuklah dia ke dalam skuat 'Garuda Nusantara' untuk perhelatan Piala AFF 2017 di Myanmar.
Kemampuan olah bola Saddil yang dinilai di atas rata-rata pemain seusianya, membuat dia terpilih mengikuti seleksi Tim Nasional (Timnas) U-22 pada 27 Februari sampai 2 Maret 2017 lalu. Di akhir seleksi, Luis Milla mengatakan bahwa Saddil sangat layak untuk bermain di katas ketiga kompetisi Spanyol.
Apa yang dikatakan Milla tidaklah muluk. Saddil punya sederet atribut yang membantunya untuk menjalankan tugas sebagai pemain sayap.
Kemampuannya dalam penempatan posisi patut diacungi jempol. Dribel bolanya tidak jauh beda daripada Febri Hariyadi. Pun dengan atribut defensifnya yang lebih unggul ketimbang pemain sayap lainnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Milla sempat menggeser posisi dia sebagai bek sayap. Reposisi yang dilakukan Milla tentu sudah melewati banyak proses, seperti menimbang plus minus si pemain dan atribut yang dimiliki. Dengan kata lain, Milla tidak asal-asalan ketika memberikan peran baru kepada pemainnya.
Saddil Ramdani saat bersama Timnas U-22. (Foto: Instagram @saddilramdani76)
zoom-in-whitePerbesar
Saddil Ramdani saat bersama Timnas U-22. (Foto: Instagram @saddilramdani76)
Namun, hidup bagaikan roda yang selalu berputar, terkadang di atas, terkadang juga berada pada posisi bawah. Hal itu pula yang dirasakan Saddil.
Seperti pesepakbola lainnya, selalu saja ada satu peristiwa yang menjatuhkanya pada titik nadir. Hal itu dialami juga oleh Saddil ketika membela Timnas U-19 berlaga di Piala AFF U-19 di Myanmar.
Timnas U-19 dapat menjejak babak semifinal dan mesti melawan Thailand. Saddil sendiri memulai laga dengan duduk di bangku cadangan. Di pengujung babak pertama, pelatih Timnas U-19 saat itu, Indra Sjafri, memasukkan Saddil di pengujung babak pertama.
ADVERTISEMENT
Baru menjejak lapangan pada hitungan detik, Saddil menahan bola hasil lemparan ke dalam dengan dadanya. Tiba-tiba pemain Thailand bernomor punggung 20 melayangkan lutut ke punggung Saddil. Tidak terima, Saddil kemudian melepaskan sikutan tepat ke dada pemain Thailand itu.
Sialnya, sang pengadil lapangan cuma melihat gerakan tangan Saddil dan tidak melihat apa yang pemain Thailand lakukan. Saddil yang baru bermain beberapa menit langsung mendapatkan kartu merah. 'Garuda Muda' kesulitan untuk membongkar pertahanan Thailand dan mereka harus kalah lewat adu penalti.
Sama seperti kekalahan-kelahanan dalam laga penting lainnya, suporter mencari kambing hitam. Saddil adalah pemain yang tepat untuk itu karena kartu merah yang dia dapatkan. Pemain berusia 19 tahun ini dianggap sebagai biang keladi dari kegagalan Timnas U-19 dalam ajang Piala AFF U-19 di Myanmar.
ADVERTISEMENT
Pemain kelahiran Sulawesi Tenggara itu dicaci bertubi-tubi. Dia pun tidak kuasa menahan tangis. Namun, dia tidak berlarut-larut meresapi setiap cacian yang tertuju padanya. Sebab, dia tahu, cacian adalah teman akrab bagi pesepakbola yang akan menjejak puncak kariernya.
Berbekal keyakinan dan mental yang kuat, Saddil bangkit. Minggu (8/10/2017), ketika Timnas U-19 berusa dengan Thailand dalam uji tanding di Stadion Wibawa Mukti--beberapa pekan setelah Piala AFF 2017--dia melesakkan satu tembakan spektakuler dari dalam kotak 16 setelah mengelabui pemain belakang Thailand.
Bola menyusur tanah dengan kencang. Penjaga gawang Thailand tidak dapat menjangkau bola dengan tangannya. Bola pun mengoyak jala gawang. Saddil langsung merayakan dengan suka cita. Momen itulah yang kemudian membalikkan keadaan.
ADVERTISEMENT
Saddil tidak lagi dicaci. Sejak itu, dia tidak lagi pantas dipandang sebelah mata. Sejak itu pula, cacian yang mengalir kepadanya berhenti dengan seketika. Satu per satu pujian dan ungkapan maaf tertuju kepadanya. Namun, dia tidak memedulikan itu. Yang terpenting baginya adalah terus berkembang dan berprestasi.
Timnas U-19 jelang laga vs Jepang U-19. (Foto:  Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas U-19 jelang laga vs Jepang U-19. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Sempat tersiar bahwa Saddil akan meninggalkan Persela dan bergabung dengan salah satu klub besar yang berlaga di kompetisi teratas sepak bola Indonesia. Akan tetapi, kabar itu tidak benar. Saddil tetap berseragam 'Laska Joko Tingkir' dan menjadi anak asuh Aji.
Memang, perjalanan Saddil sebagai pesepakbola masih sangat panjang. Performa naik turun itu masih dia alami. Pun demikian ketika awal musim 2018. Dia gagal bermain dalam performa terbaiknya. Tidak ada aksi individual yang mebelalakkan mata.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan dukungan dari sang pelatih, perlahan dan pasti, dia terus berkembang dan kembali pada performa terbaiknya. Gol indah ke gawang Mitra Kukar pada pekan ke-13 bisa menjadi salah satu bukti sahih bahwa Saddil sudah menjejak jalur yang tepat.
Suatu saat nanti, entah kapan, bukan tidak mungkin, Saddil bakal menjadi tumpuan Indonesia berlaga di pentas internasional. Mengingat, saat ini, dia menjadi salah satu pemain yang sudah membela Timnas U-19, Timnas U-23, dan Timnas Senior, kendati masih berusia 19 tahun.