'Sampai Kau Bisa', Anthem PSS Sleman Pemantik Keyakinan dan Kebanggaan

7 Februari 2018 15:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter PSS Sleman (Foto: Instagram @pssleman)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter PSS Sleman (Foto: Instagram @pssleman)
ADVERTISEMENT
Di salah satu warung kelontong dekat Stadion Maguwoharjo, terlihat bocah kurus memakai kaos hijau berpadu celana hitam tengah menundukkan kepalanya seorang diri. Dengan syal bertuliskan PSS Sleman, anak tersebut berusaha menghapus air mata yang terus menetes tanpa henti.
ADVERTISEMENT
Tak lama, dua suporter PSS menghampiri bocah tadi yang masih terisak. Dengan nada optimistis, kedua orang dewasa itu coba menenangkan si bocah.
Sambil memegang erat tangannya, mereka terlihat mencoba menenangkan dan menghiburnya. Ditilik dari dari gerak tubuhnya, mereka coba meyakinkan sang bocah bahwa 'esok masih ada harapan'.
Di dalam stadion, para pemain dan ofisial PSS tampak menjalankan ritualnya usai berlaga. Membuat lingkaran di tengah lapangan. Tak berselang lama, anthem PSS dari Neckemic yang berjudul 'Sampai Kau Bisa' pun diputar.
Petikan gitar diawal lagu bersambut keheningan. Pendukung yang berada di stadion lalu membentangkan syal yang dibawanya. Sedangkan, para pemain yang berada di atas lapangan tertunduk lesu.
Beberapa di antaranya terlihat menengadahkan wajahnya ke langit, yang petang itu sedang berbalut mendung. Dengan nada lirih, semua orang yang berada di Maguwoharjo bernyanyi. Satu irama. Stadion pun bergetar.
ADVERTISEMENT
Pernahkah kau merasa
Melihat secercah cahaya
Mimpi di depan mata
Super Elja pasti kan juara
Bertahun menjalani
Lelah ini tak terasa lagi
Pagi berganti pagi
Masih ada keinginan hati
Sebuah kehormatan
Mengawalmu Pahlawan
Untuk s'lalu berjuang
Mewujudkan harapan
Percaya kita kan rayakan kawan
Demi satu nama
Kebanggaan di dada
Kan ku beri segalanya
Super Elang Jawa
Jadilah juara
Ku korbankan segalanya
Sampai Kau Bisa...
Setelah lagu berhenti, suasana haru pun pecah. Dan di atas lapang, para suporter berjalan memutari tribune sembari membentangkan spanduk bertuliskan 'Apapun Yang Terjadi, Jangan Mundur'.
Ya, serangkaian peristiwa yang terjadi pada 10 Oktober lalu itu, menjadi penutup dari rangkaian perjalanan PSS pada musim 2017. Kendati meraih kemenangan atas Persis Solo dengan skor 2-1 di laga terakhir, perpisahan itu diselimuti suasana haru berbalut kekecewaan.
ADVERTISEMENT
Hal itu karena langkah PSS harus terhenti di babak 16 besar setelah kalah selisih gol dari PSPS Riau di grup A. 'Elang Jawa' pun gagal menuju babak 8 besar sekaligus membuyarkan mimpi mereka untuk bisa berlaga di Liga 1 musim mendatang.
Jika membedah lirik anthem yang pertama kali diputar pada 10 Mei 2015--ketika PSS hendak dibubarkan karena konflik Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tak kunjung usai--sang penulis Neckemic ingin mengejawatahkan kecintaannya pada PSS lewat kata-kata dan nada yang sederhana.
PSS Sleman (Foto:  Instagram/@bcsxpss.1976)
zoom-in-whitePerbesar
PSS Sleman (Foto: Instagram/@bcsxpss.1976)
Lewat kata-kata sederhana itu, Neckemic ingin menghadirkan keintiman antara pendukung dengan seluruh penggawa PSS. Jika ditelisik lebih lanjut, lagu ini merupakan serangkaian harapan dan penantian seluruh kelompok suporter Sleman agar tim kebanggaannya dapat bangkit dan meraih prestasi.
ADVERTISEMENT
Secara kontekstual, lagu ini diciptakan ketika PSS sedang berada di titik nadir setelah peristiwa sepak bola gajah yang terjadi pada 26 Oktober 2014. Laga yang mempertemukan PSS melawan PSIS Semarang itu berakhir dengan lima gol yang seluruhnya berasal dari bunuh diri. Nama PSS berserta suporternya pun tercoreng.
Untuk itu, saat PSS akan dibubarkan, Neckemic ingin menyatakan bahwa masih ada harapan serta mimpi yang lahir, agar suatu saat nanti PSS kembali dan bangkit dari keterpurukan. Ini tercermin di bait pertama yang berbunyi 'Mimpi di depan mata, Super Elja pasti 'kan juara'.
Namun, Neckemic sepertinya juga tak menampik bahwa untuk mewujudkan mimpi tersebut dibutuhkan proses yang lama dan penantian panjang. Akan tetapi, di sisi lain, terdapat keyakinan bahwa dua hal yang disebutkan terakhir, dapat dilalui dengan kebanggaan dan rasa cinta yang tumbuh di Stadion Maguwoharjo.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, di akhir lagu, terhampar nada-nada optimistis bahwa suatu hari nanti, Iya nanti, entah kapan, mimpi yang diucapkan bersama itu akan menjadi nyata.
Ada dua hal yang mungkin samar-samar terlintas dari bait terakhir ialah harapan dan ketidakpastian. Karena kata 'Sampai Kau Bisa' tak menggambarkan sebuah kepastian tentang kapan itu terjadi. Selain itu, dari kata ‘Sampai Kau Bisa’ juga terpancar keikhlasan dan kepasrahan.
Sejatinya, dari anthem tersebut, ada simpulan yang mesti diamini. Cinta, kebanggaan, dan sepak bola merupakan hal-hal yang tak dapat dipisahkan begitu saja. Tak heran tentunya, bila Stadion Maguwoharjo terus disesaki pendukung kendati klub kebanggaan mereka masih berkutat di level kedua kompetisi sepak bola Indonesia.
ADVERTISEMENT
Karena, memang, sebuah kebangaan tak pernah memandang status, bukan?