Schaer Lanjutkan Laga Usai Cedera Kepala, UEFA Diminta Investigasi

26 Maret 2019 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bek Swiss, Fabian Schaer, terkapar setelah alam cedera kepala. Foto: REUTERS/Irakli Gedenidze
zoom-in-whitePerbesar
Bek Swiss, Fabian Schaer, terkapar setelah alam cedera kepala. Foto: REUTERS/Irakli Gedenidze
ADVERTISEMENT
Badan amal cedera otak asal Inggris, Headway, meminta UEFA untuk melakukan investigasi menyoal aksi bek tengah Swiss, Fabian Schaer, yang melanjutkan pertandingan meski mengalami cedera kepala. Schaer tetap berlaga kendati sempat tergeletak setelah kepalanya berbenturan dengan pemain Georgia di laga kualifikasi Piala Eropa 2020, Sabtu (23/3/2019) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan tersebut, Schaer berbenturan dengan Jemal Tabidze, bek tengah Georgia. Seusai benturan, Schaer sempat terkapar dan tak bereaksi. Untungnya, pemain Georgia, Jano Ananidze, segera menahan lidah Schaer agar tak tertelan. Aksi ini krusial mengingat tertelannya lidah bisa menghalangi udara masuk ke tubuh sang pemain.
Tim medis akhirnya masuk ke lapangan dan memberikan perawatan kepada Schaer dan Tabidze. Anehnya, Schaer diizinkan untuk tetap bermain kendati sempat tak bereaksi.
Keputusan tim medis Swiss dan Schaer ini tentu mengherankan. Alhasil, Headway meminta UEFA untuk mengusut kejadian ini.
“Kami meminta UEFA untuk menyelenggarakan investigasi atas keputusan pemain Swiss, Fabian Schaer, melanjutkan pertandingan melawan Georgia hanya beberapa menit setelah tak sadarkan diri dan membutuhkan pertolongan dari tim medis dan pemain lawan,” begitu pernyataan yang ditulis Headway di situs resminya.
ADVERTISEMENT
Peter McCabe, CEO Headway, menyatakan bahwa aksi Schaer sangat berbahaya. Selain itu, McCabe juga menyatakan bahwa tim medis yang bertugas sangat lalai karena telah memberikan izin terhadap bek Newcastle United tersebut untuk terus beraksi.
“Seberapa banyak pesepak bola yang kariernya, bahkan hidupnya, terancam karena tak mampunya perangkat pertandingan untuk mengikuti protokol yang berlaku? Keputusan untuk membiarkan Schaer kembali bermain setelah mengalami gegar otak tak hanya berbahaya, tetapi juga menunjukkan kelalaian dari tim medis yang bertugas,” ujar McCabe.
Cedera otak memang menjadi momok yang begitu besar terhadap karier seorang atlet, termasuk pesepak bola. kumparanSPORT pernah mengulas bagaimana aksi pesepak bola di lapangan yang berkaitan dengan menyundul bola memiliki efek jangka panjang terhadap kesehatan sang pemain. Ini ditunjukkan lewat riset dan beberapa kasus yang menimpa eks pesepak bola, termasuk legenda Timnas Inggris, Jeff Astle.
ADVERTISEMENT
Schaer pribadi tak menyadari bahaya dari cedera yang ia alami. Bek tengah berusia 27 tahun ini menegaskan bahwa cederanya terbayar setelah Swiss menang. Swiss memang berhasil menang atas Georgia dengan skor 2-0.
“Saya tak dapat mengingat apa-apa. Saya terkapar selama beberapa detik. Tengkorak saya berdengung. Leher saya juga sakit dan kening saya memar. Namun, semua itu terbayar,” ujar Schaer kepada media Swiss, dikutip dari The Guardian.
Ironisnya, Federasi Sepak Bola (FA) Swiss mengeluarkan pernyataan bahwa kondisi Schaer terbilang prima dan sang bek tengah tak memiliki masalah besar yang membuatnya harus keluar dari pertandingan.
“Ketika tim medis Swiss menanganinya sesaat setelah benturan, Damian Meli (Dokter Tim Swiss) menyatakan bahwa Schaer tanggap dan responsif. Ia dicek dengan alat tes gegar otak, dan tidak terdeteksi cedera neuropsychological di dirinya. Maka dari itu, setelah lima menit perawatan, tim medis membolehkan Schaer untuk meneruskan pertandingan,” demikian pernyataan tersebut.
ADVERTISEMENT
Saat ini, FIFA telah melarang Schaer untuk turun di laga Swiss berikutnya, pertandingan kualifikasi Piala Eropa 2020 kontra Denmark. Schaer pribadi, lewat unggahan di Instagram pribadinya, tetap ingin membela negaranya di laga melawan Denmark. Namun, per laporan BBC, tim medis Swiss sepakat untuk mematuhi keputusan FIFA.