Seberapa Bahaya Malaysia untuk Timnas U-19?

11 Juli 2018 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Indonesia U-19 melawan Timnas Malaysia U-19 (Foto: PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Indonesia U-19 melawan Timnas Malaysia U-19 (Foto: PSSI)
ADVERTISEMENT
Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun, tetapi muskil untuk silih menuntun. Sedikit gesekan saja bisa menyelentik perseteruan antar kedua negara tersebut, tak terkecuali dalam sepak bola.
ADVERTISEMENT
Ada kehormatan dan harga diri yang diperebutkan kedua negara ketika bertemu di lapangan hijau. Hal itu pula yang membuat laga selalu berjalan sengit dan keras. Jika dapat keluar sebagai pemenang, pemain akan bangga. Sebaliknya, apabila mengakhiri laga sebagai pecundang, pemain bakal sulit melupakannya.
Dan, Kamis (12/7/2018), kedua negara itu bakal beradu kuat di babak semifinal Piala AFF U-19 2018. Ketetapan itu didapatkan seusai Malaysia menang 1-0 atas Myanmar U-19 dalam laga terakhir Grup B di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (10/7). Atas hasil itu, Malaysia memastikan diri keluar sebagai juara Grup B dengan koleksi 10 poin.
Sementara, Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 sudah memastikan diri menjejak semifinal setelah mengalahkan Vietnam U-19 pada laga keempat Grup A, Sabtu (7/7).
ADVERTISEMENT
Namun, catatan apik pasukan Indra Sjafri itu ternoda di partai terakhir fase grup saat kalah 1-2 dari Thailand. Hasil minor tersebut membuat Timnas U-19 keluar sebagai runner-up Grup A.
Timnas U-19 terakhir kali bersua Malaysia dalam babak kualifikasi Grup F Piala Asia U-19 di Paju, Korea Selatan, pada November silam. Kala itu, Nurhidayat dan kolega kalah dengan skor telak 1-4.
Kendati demikian, pelatih Malaysia U-19, Bojan Hodak, tak mau menjadikan laga tersebut sebagai tolok ukur. Sebab, situasi saat ini berbeda. Menurutnya, Timnas U-19 lebih tangguh dan tampak sudah mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk memainkan laga semifinal.
"Indonesia tim yang kuat. Anda semua mengetahui kalau kami sudah pernah berhadapan dengan mereka beberapa waktu lalu, tetapi saat ini situasi berbeda," ujar Hodak saat jumpa pers usai pertandingan melawan Myanmar.
ADVERTISEMENT
"Kami juga sudah melihat mereka bermain kemarin, ketika berhadapan dengan Thailand. Mereka tak terlalu ngotot bermain, karena kami juga memahami mereka tentu bersiap dengan laga semifinal," lanjutnya.
Pelatih Malaysia U-19, Bojan Hodak (kiri), saat sesi jumpa pers usai laga melawan Myanmar U-19 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Selasa (10/7). (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Malaysia U-19, Bojan Hodak (kiri), saat sesi jumpa pers usai laga melawan Myanmar U-19 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Selasa (10/7). (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
Predikat sebagai juara Grup B tentu bisa menggambarkan bahwa Malaysia bukanlah tim sembarangan. Kendati minim persiapan dan konsentrasi terpecah karena mesti mempersiapkan diri untuk Piala Asia U-19, toh mereka masih dapat menunjukkan permainan yang baik.
Bersama Thailand, Malaysia menjadi tim yang belum pernah mencicipi kekalahan di penyisihan grup. Dalam empat laga, Malaysia menuai tiga kemenangan dan satu sisanya berakhir imbang. Hebatnya, gawang mereka baru satu kali kebobolan. Namun, kesuksesan tersebut bukan tanpa cela.
Pada laga ketiga grup B melawan Timor-Leste, Malaysia cuma bermain imbang 1-1. Hasil itu menunjukkan bahwa Malaysia punya masalah yang bernama inkonsistensi --sekali waktu bermain luar biasa, sekali waktu bermain di luar kebiasaan--. Jumlah gol mereka pun tak lebih baik dari Kamboja yang menempati posisi ketiga.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan kini, apa yang jadi plus dan minus Malaysia selama mengarungi fase grup? Berangkat dari empat laga Malaysia selama mengarungi penyisihan grup, kumparanBOLA coba menjawabnya.
Tumpul di Depan, Tangguh di Belakang
Sama halnya dengan Timnas U-19, Malaysia mengutus dua sayap sebagai sumber serangan. Namun, pemain sayap Malaysia tak pernah meliuk-liuk di tepi lapangan untuk mengelabui lawan.
Ketika mendapatkan bola, mereka langsung melihat pergerakkan rekan setimnya yang berada di dalam kotak penalti dan sesegara mungkin menyodorkan umpan silang atas maupun bawah. Terkesan pragmatis memang, akan tetapi lewat cara seperti itu pemain depan Malaysia bisa membidik gawang lawan.
Persoalan muncul manakala Malaysia tak punya pemain depan yang benar-benar mematikan. Beberapa kali, pemain depan Malaysia gagal mengonversikan peluang di depan gawang menjadi gol.
ADVERTISEMENT
Selain akurasi tembakan yang tak bagus-bagus amat, mereka selalu kalah dalam melakukan duel-duel. Penghamburan peluang itu koheren dengan produktivitas gol mereka yang cuma menyentuh angka 6.
Dalam mode menyerang, Hodak tak menginstruksikan dua bek sayap untuk ikut memberi tekanan. Hal tersebut memaksa gelandang mereka untuk bergerak ke tepi lapangan melakukan kombinasi dan membuka ruang bagi pemain sayap.
Hodak menugasi dua bek sayap untuk fokus menggalang kekuatan di barisan bertahan dan siaga pada serangan balik lawan yang memanfaatkan lebar lapangan. Keputusan tersebut membuat lini pertahanan Malaysia tangguh. Hal tersebut bisa ditinjau dari jumlah kebobolan mereka yang cuma satu kali. Tak heran juga apabila agresivitas pemain Myanmar dapat dilumpuhkan.
ADVERTISEMENT
Piawai Memanfaatkan Bola Mati
Seringnya, Malaysia mengalami kebuntungan karena minimnya aktor yang terlibat ketika membangun serangan. Aliran bola mereka di sepertiga akhir kerap tersendat. Untuk menyiasati kebuntuan, pemain Malaysia sering melakukan manuver di sekitar kotak penalti lawan agar mendapatkan bola mati.
Nah, itulah yang kemudian bakal dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Malaysia. Mereka punya eksekutor yang baik untuk bola mati di depan kotak penalti maupun sepakan pojok. Lewat situasi tersebut, Malaysia selalu dapat mengakhiri kebuntuan.
Dua dari enam gol yang dapat Malaysia lesakan selama fase grup berpangkal dari bola mati. Catatan itu mengindikasikan bahwa bola mati menjadi salah satu sumber Malaysia mencetak gol.
Setidaknya, sejumlah poin tersebut bisa menjadi perhatian Timnas U-19 kala menjalani laga semifinal. Singkatnya, Witan Sulaeman dan kolega harus menekan lawan sejak menit pertama. Mencoba membuka ruang sekaligus mengacaukan koordinasi lini belakang mereka.
ADVERTISEMENT